Cemburu

154 28 190
                                    

beberapa bulan kemudian

Di sebuah lounge cafe bernama bottega di kawasan SCBD Jakarta, Rizky mengajak Nasya makan malam disana malam ini. Keduanya duduk di sebuah sofa hijau yang bentuknya menyerupai huruf U, tepat di dekat area bar-nya. Nasya mengenakan dress hitam sebatas lututnya, Rizky juga mengenakan kemeja hitam lengan panjangnya. Keduanya baru saja memesan beberapa hidangan dan juga makanan pembukanya.
Rupanya setelah pak Poernomo dilantik menjadi presiden, Rizky mendapat sedikit kelonggaran. Selain ia mau bertemu Nasya ada hal yang sangat penting yang ingin mayor Rizky sampaikan.
Hal penting yang sebenarnya sudah pernah Rizky ceritakan pada Nasya saat keduanya berada di awal awal hubungan mereka.
,"Kuliah kamu lancar kan Nas?".
,"Lancar mas Rizky. Aku bisa ngejar ketinggalan aku. Temen-temen sama dosen aku juga bantuin aku waktu aku balik kuliah offline lagi".
Ucap Nasya berdandan cantik malam itu. Ada sebuah calamari yang tadi Nasya pesan untuk juga Rizky sebagai menu pembuka.
,"Mas seneng dengernya kamu fokus sama kuliah kamu. Maaf kalau waktu kita semakin sedikit ya Nas".
Rizky memandangi Nasya. Ada yang sedikit berbeda di sorot mata Nasya malam ini. Ia terlihat seperti orang yang lelah.
,"Iya enggak apa-apa mas. Aku ngerti kok. Yang penting mas Rizky sehat, aku udah seneng kok".
Nasya menyeruput minuman dingin green tea lattenya.
,"Nas.. ada yang mau aku sampaikan ke kamu".
Rizky meraih tangan Nasya dan menyentuh jari jemari kekasihnya.
,"Mas Rizky mau ngomong apa?".
,"Kamu masih inget kan Nas soal aku mau lanjut pendidikkan di Amerika?".
Rizky sedikit ragu, tapi ia harus menyampaikan ini pada Nasya. Lebih cepat lebih baik. Pikir Rizky.
,"Iya mas Rizky aku masih inget".
,"Aku udah daftar sama ngurusin semuanya Nas dari dua minggu lalu".
Keduanya bertatapan dengan intens.
,"Terus?".
Nasya mulai mengerti kemana arah pembicaraan yang Rizky ucapkan.

,"Aku diterima. Minggu depan aku berangkat ke U.S Nas'".

Mendengar itu Nasya sempat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hari yang ditunggu itupun tiba. Rizky benar-benar akan pergi jauh.
,"Oh.. minggu.. depan ya mas?".
,"Iya minggu depan. Makanya malam ini aku mau ajak kamu makan diluar. Nanti sebelum aku berangkat kita ketemu lagi ya di rumah kamu".
Rizky melihat ada sedikit raut kesedihan wajah Nasya.
,"Mas Rizky berapa lama pendidikkannya?".
Nasya berusaha tenang. Ia ingin menunjukkan jika keadaannya akan baik-baik saja, jika Rizky pergi ke luar negri untuk melanjutkan pendidikkan militernya.

,"Paling cepat tiga atau empat tahun Nas..".

Rizky pun sempat menundukkan kepalanya. Untuk kali ini ia tidak bisa menatap sorot mata Nasya. Ada sedikit rasa bersalah di benaknya. Waktunya dengan Nasya begitu dikit dan sekarang sebentar lagi dirinya akan meninggalkan Indonesia.

,"Oh gitu... Congrats ya mas Rizky. Aku harap pendidikannya mas Rizky di sana lancar. Supaya pas balik ke sini mas Rizky bisa naik pangkat yang lebih tinggi lagi".

Nasya memasang senyum getirnya. Hatinya tidak terasa sakit. Ia sedikitnya sudah terbiasa jarang bertemu dengan Rizky dan berbeda kota, tapi berpisah sampai sejauh ini.. Nasya hanya bisa menerima keputusan Rizky dengan lapang dada dan ikhlas.
,"Makasih ya kamu udah support aku sampai sejauh ini".
Gadis itu pun mengangguk, tanpa mengucapkan sepata katapun. Nasya merasa tenggorokkannya kering tapi ia masih tersenyum agar Rizky tidak mengkhawatirkannya. Terlebih makan malam mereka sudah datang dan tersedia di atas meja.
Tiba-tiba saja Nasya tidak merasa begitu lapar. Tapi ia melepaskan genggaman tangan Rizky dan mengambil alat makan.
Nasya.. memotong steak salmonnya dengan pelan. Perasaannya terus terang saja gelisah. Rizky baru mengatakan hal itu seminggu sebelum keberangkatannya. Kenapa tidak dari jauh-jauh hari Rizky memberitahunya. Kenapa baru sekarang?.
Ia menjerit di dalam batin.

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang