Kisah Masa Lalu

117 27 90
                                    

Pagi pagi sekali, tepat di hari kamis, Mayor Rizky datang menjemput Nasya di rumahnya. Rencananya hari ini Rizky akan mengajak Nasya melakukan perjalanan singkat menuju Bandung untuk bertemu dengan keluarga Rizky. Ia sudah berjanji akan mengenalkan Nasya kepada orang tua juga adik perempuannya. Akan lebih baik jika Nasya dikenalkan lebih dulu sebelum dirinya berangkat untuk pendidikkan hari sabtu esok.
mayor Rizky terlihat duduk di sofa ruang tamu di temani Laksamana Heru, ayah Nasya. Mereka berbincang akrab dan hangat sambil menunggu Nasya selesai berganti pakaian. Selayaknya ayah yang sudah sangat merestui hubungan putrinya dengan calon mantunya, om Heru sepenuhnya mempercayakan Nasya pada Rizky.
,"saya titip Nasya ya 'Ky. Sampaikan ke orang tuamu maaf kalau saya belum bisa datang ke Bandung karena masih banyak tugas. Sudah lama enggak ketemu sama ayahmu".
,"Siap pak Heru, nanti saya sampaikan ke papa sama mama. Pak Heru enggak perlu khawatir, saya akan jagain Nasya terus".

,"Kalau sama kamu saya percaya 'Ky. Jujur saya enggak menyangka kamu mau serius sama anak saya. Padahal waktu makan malam itu saya cuma bergurau aja sama kamu loh 'Ky. Ehh enggak tahunya jadi kenyataan".
Ada tawa kecil menghiasi wajah beliau.

,"Berarti bener apa kata orang ya Pak, ucapan adalah doa".
Balas Mayor Rizky dengan sikapnya yang terlihat santai. Hubungannya dengan ayah Nasya itu selalu terlihat akrab karena sudah saling mengenal sejak lama.

,"Iya tapi enggak apa-apa. Soalnya saya senang juga punya calon mantu kayak kamu 'Ky. Kamu banyak sabar aja ya menghadapai Nasya. Dia masih muda, harus banyak bimbingan. Kalau dia ngambek-ngambek, yaa terima saja. Tapi tetap kamu kasih pengertian, biar dia juga belajar dewasa".
Lanjut om Heru memberi sedikit wejangan pada mayor Rizky. Mendengar itu Rizky mengangguk dan mengiyakan. Dia mengerti maksud dari perkataan calon mertuanya itu.
,"Iya pak, sudah pasti saya mengerti. Nasya enggak pernah merepotkan saya pak Heru. Justru dia bikin hidup saya lebih berwarna. Dia juga sabar banget pak anaknya. Mungkin karena sudah terbiasa di tinggal sama bapak dan kakak kakaknya tugas".
Ucap mayor Rizky lagi. Ia terlihat tampan dengan hoodie putihnya dan celana jeans kebiruan. Lesung pipi nya tidak pernah hilang setiap kali ia membicarakan tentang Nasya.

,"Terima kasih ya 'Ky karena kamu bisa menerima anak saya. Semoga pendidikkan mu di Amerika lancar dan kembali ke sini secepat mungkin. Saya percaya kamu mampu meraih cita-cita yang kamu inginkan 'Ky".
Laksamana Heru memberikan semangatnya pada Rizky. Menurut Rizky, sejak dulu sikap optimis beliau tidak pernah berubah dan om Heru selalu penuh semangat.
,"Iya pak sama-sama. Terima kasih untuk doanya, saya usahakan kurang dari empat tahun pendidikkan selesai dan saya yang harusnya ucapin terima kasih sama pak Heru karena sudah mempercayakan Nasya ke saya. Saya akan jaga baik-baik putri bapak. Pak Heru tenang saja".
Om Heru mengangguk mendengar janji yang mayor Rizky ucapkan padanya.

Tidak lama setelah itu obrolan ringan Laksamana Heru dan Mayor Rizky terhenti ketika Nasya muncul dari balik dinding. Ia sudah terlihat rapih dan membawa sebuah koper berwarna merah mudah berukuran kecil. Rencananya memang ia akan menginap di rumah keluarga mayor Rizky yang ada di Bandung. Itu pun karena permintaan orang tua Rizky.
,"Kamu udah siap?".
Tanya mayor pada Nasya. Ia terlihat cantik dengan hoodie putih dan rok jeansnya. Memakai sneakers favoritnya dan rambut yang tergerai.
,"Udah mas Rizky. Pa, Nasya ke Bandung dulu ya. Besok aku juga udah balik lagi kok ke Jakarta. Soalnya papa mamanya mas Rizky minta Nasya nginep di rumahnya. Enggak apa-apa kan pa?".
Tanya Nasya pada sang ayah.
,"Iya enggak masalah. Nanti papa telpon ayahnya mayor Rizky, kalau kamu sudah berangkat dari Jakarta. Kamu jangan merepotkan om sama tante di rumah sana ya, yang mandiri loh".
Om Heru mengingatkan anak bungsunya itu. Nasya meresponnya dengan tersenyum tipis.
,"Iyaaa papa tenang aja. Nasya ngerti kok".
,"Kalau gitu saya dan Nasya pamit berangkat ya pak Heru. Takutnya kalau kesiangan jalanan macet apalagi ini mau weekend. Nas, pamit sama papa dulu".

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang