Terbangun Dari Mimpi

100 27 88
                                    

Penantian panjang itu kini berakhir. Perjuangan Nasya di meja operasi pun telah selesai. Ia kini berada di ruang intensif karena kondisinya yang belum pulih sepenuhnya. Nasya masih belum tersadarkan. Tapi masa kritisnya telah berlalu. Keadaannya masih harus terus di pantau 24 jam. Lengan kiri Nasya terlihat memakai gips, ada cedera di bagian dada dan lehernya. Banyak luka gores di kulit tubuhnya akibat sempat terpental di atas aspal jalan. Keadaannya sangatlah miris. Namun beruntung ia masih dapat di selamatkan karena teman-temannya langsung membawanya ke rumah sakit. Ada beberapa monitor mengawasi kondisi Nasya.
Rizky yang telah mengganti pakaiannya terlihat menemani Nasya setelah tugasnya selesai. Meski hanya memiliki waktu beberapa jam saja bersama Nasya, tidak masalah baginya. Rizky yang mengenakan kemeja biru dengan lengan yang di gulung sebatas siku, tampak setia menemani Nasya. Sesekali ia tertidur dan berharap Nasya akan segera membuka matanya.

,"Hey nas.. ini udah tiga hari. Kamu cepet sembuh ya.. mas Rizky tungguin kamu di sini terus. Papa, kakak-kakak, temen-temen kamu setiap hari gantian jenguk kamu. Mereka juga udah mulai kuliah lagi. Please wake up soon".

Rizky memohon. Ia memberikan sebuah kecupan di tangan Nasya. Membelai rambut kekasihnya dan terakhir mencium kening Nasya lekat lekat.
Ketika ia bekerja, Rizky pun tidak bisa tenang. Namun profesinya yang sebagai abdi negara mengharuskan untuk tunduk dan patuh.

,"Nasya.. please bangun.. sadar nas..".
Akhirnya bulir bulir bening itu pun terjatuh dari kedua sudut mata Rizky. Ia tidak kuat lagi menahan kesedihannya. Sekuat tenaga mayor Rizky tidak memperlihatkannya di hadapan semua orang. Di dalam kesunyian Rizky menumpahkan segala perasaan yang selama ini dia pendam.
Bahkan setitik air mata jatuh di atas tangan Nasya.
,"Aku kangen banget sama kamu Nas".
Rizky meletakkan tangan Nasya di bibirnya. Ia tidak berhenti berdoa untuk kesembuhan Nasya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rizky lantas mengusap wajahnya. Memperlihatkan senyumnya untuk Nasya yang masih tertidur.
,"Mas pulang dulu ya Nas. Besok mas kesini lagi kalau pulang tugas. Maaf aku cuma bisa sebentar temenin kamu. Lusa aku harus keluar kota. Jadi aku mohon besok kamu udah sadar ya.. Love you".
Rizky meninggalkan ciuman manis ke kening Nasya lagi. Memandangi wajah Nasya yang sedikit lebih pucat. Bibir rose pink yang biasa terlihat itu masih belum kembali.

* * * * *

Selain mengemban tugas negara dan mengawal orang nomor satu di Indonesia, mas Fardhan kini disibukkan mencari informasi dimana keberadaan Arief dan Claudia. Keduanya masih belum ditemukan semenjak kecelakaan Nasya terjadi. Reza, Aldi dan Fardhan cukup di buat stress karenanya. Ditambah Nasya belum juga tersadarkan. Ayah mereka, Laksamana Heru bahkan banyak menghabiskan waktunya untuk menjaga Nasya. Setiap ada perkembangan beliau langsung memberi kabar pada anak-anaknya dan juga mayor Rizky.
Kabar terakhir yang ayahnya berikan adalah jika Nasya mulai merespon. Jari jemarinya terkadang memberi respon jika sedang diajak bicara, tapi itu tidak bertahan lama. Perasaan ayah Nasya tentu saja hancur melihat putri kesayangannya kini terbaring lemah dan tidak berdaya. Tapi dia cukup optimis dan percaya, jika Nasya akan segera sadar tidak lama lagi. Itu adalah feeling-nya sebagai orang tua. Sebagai seorang ayah.

Sore ini Fardhan sedikit menyempatkan waktunya untuk menjenguk sang adik yang masih berada di ruang intensif. Ia membawakan sebuket bunga untuk sang adik tersayang. Mas Fardhan kini terduduk di pinggir ranjang. Ia memandangi wajah Nasya yang pucat pasi itu. Meraih tangan adiknya dengan lembut dan hangat.
,"Nas.. ini kakak kamu. Mas Fardhan dateng lagi nih. Mas bawain bunga buat adek kesayangan. Nas.. cepet sadar nas. Kasian papa, kasian mas Reza, mas Aldi. Mas Rizky juga.. pacar kamu. Kita semua nungguin kamu sadar Nas setiap hari. Kalo kamu denger kakak pleaseee kasih respon Nas..".

Fardhan mengusap jari jemari adiknya. Terkadang ia merasa takut jika Nasya tidak akan bangun lagi. Ia takut Nasya tidak akan membuka matanya lagi yang indah. Namun seolah tidak ingin membuat keluarganya lebih sedih lagi jari jemari Nasya bereaksi.
,"M...as.. Far...dhan".

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang