Go Public!

200 28 93
                                    

Mobil fortuner hitam milik mayor Rizky tiba di bandara keberangkatan luar negri, ketika waktu menunjukkan pukul delapan malam. Terlihat keadaan bandara cukup ramai dan banyak orang berlalu lalang disana. Pak Aiman kemudian menurunkan koper koper milik atasannya lalu meletakkannya pada troli bandara satu per satu. Beliau kemudian menunggu agak jauh dari kendaraan karena mayor Rizky masih berbicara empat mata dengan kekasihnya, Nasya. Gadis berambut brunette itu sangat berat melepaskan tangan mayor Rizky. Rasanya seperti tidak menginginkan kepergiannya.

,"Mau sampai kapan tangan aku di genggam terus kayak gini Nas?".

Mayor Rizky sebenarnya tidak tega. Tapi dia harus segera turun dari dalam mobil.
,"Bisa enggak sih mas Rizky enggak pendidikkan keluar negri?".
Ada getaran suara Nasya yang terdengar. Sekuat mungkin ia tidak mau melepas kepergiaan sang mayor dengan sebuah tangisan.
,"Ya enggak bisa dong Nas. Mas kan udah rencanain pendidikkannya dari jauh jauh hari. Kamu sabar ya.. mas janji kita akan selalu komunikasi kok".
Mayor Rizky tersenyum. Ia membelai pipi Nasya sesaat. Bola mata mereka saling memandang satu sama lain.
,"Amerika itu jauh banget mas, tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar. Tapi.. karena mas udah janji, ya udah Nasya bisa apa lagi selain nurutin permintaan mas Rizky".

Kepala Nasya tertunduk sesaat.
Ia menyeka bulir bening yang terjatuh. Nasya tidak bisa lagi menahannya.

,"Kamu jangan nangis Nas. Nanti mas enggak tenang ninggalin kamunya. Kita kan pisah cuma sementara. Yah?".
Mayor Rizky meraih dagu Nasya. Mereka kembali saling bertatapan. Laki laki berlesung pipi itu tersenyum dan memberikan kecupan manisnya di kening Nasya.
,"Makasih ya udah antar mas ke bandara. Kamu jaga kesehatan, kuliahnya yang rajin, jangan sampai sakit. Kalau ada apa-apa langsung kabarin mas, pasti mas akan hubungin kamu balik. Tungguin mas Rizky sampai kembali ke Jakarta ya?".

Kedua tangan mayor Rizky kini mengapit setiap sisi pipi milik Nasya. Dia membelainya dengan lembut, seakan ia ingin memberitahu Nasya jika dirinya juga sedih akan berpisah. Mata keduanya masih saling bertatapan.
Nasya menggangguk. Namun kali ini sang mayor lah yang menghapus bulir beningnya.

,"Iya aku janji, aku pasti nungguin mas Rizky. Mas Rizky juga jaga kesehatan. Jangan godain cewek lain ya disana. Awas aja kalo tebar pesona sama cewek-cewek".

Mendengar itu mayor Rizky tertawa kecil. Senyumnya kian lebar dan dengan cepat menganggukkan kepala.
,"Iya.. mas Rizky janji. Mas ke sana kan buat pendidikkan".
,"Ya udah kalo gitu. Nasya.. enggak mau sedih lagi. Nanti mas Rizky kepikiran di pesawat kalo aku masih nangis".
Perlahan Nasya menunjukkan senyum termanisnya untuk Rizky. Meski hidungnya sedikit merah.
,"Gini dong. Ini baru calon istrinya mayor Rizky. Jadi pasangan abdi negara itu harus kuat. Jangan cengeng".
,"Iya..".
Nasya menjawab singkat.

,"Kalo gitu mas berangkat ya. Kamu enggak perlu antar mas sampai ke dalam. Disini aja. Nanti biar pak Aiman yang antar kamu pulang".

Lalu saat Rizky melepaskan sentuhan lembutnya di pipi Nasya, segera ia peluk sang kekasih seerat mungkin. Dekapannya berbalas dengan hangat.
Mayor Rizky bahkan menepuk-nepuk kecil punggung Nasya agar ia berhenti bersedih.
,"Mas pasti kangen banget sama kamu Nas. Makasih udah pengertian sekali sama aku. Mas seneng beberapa hari ini kita bisa sering ketemu, bisa sama-sama setiap hari".
Suara Rizky terdengar sangat dekat di telinga Nasya. Gadis itu kembali mengangguk dengan dagunya yang menopang di pundak sang mayor.
,"Aku juga seneng banget mas. Nasya janji akan selalu dengerin perkataannya mas Rizky. Jadi mas enggak perlu khawatir".
Pelukkan keduanya pun terlepas. Tubuh mereka kembali sedikit berjarak. Rizky kemudian memakai topi di kepalanya sebelum ia membuka pintu.

Sebuah ciuman terasa di pipi Nasya.
Rizky menciumnya dengan sangat manis.

,"Bye Nas.. mas Rizky berangkat ya".
,"Iya..".
Nasya tersenyum manis tapi ia tidak bisa dipungkiri perasaannya masih terasa kacau balau. Tidak banyak kata yang terucap dari bibirnya. Nasya tidak tahu harus berkata apalagi. Ia hanya bisa pasrah.
,"Hati-hati ya mas Rizky".
Rizky mengangguk cepat.
,"I Love You".
,"Love You more mas Rizky".

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang