Mereka membeku.
Ruangan luas itu hening seketika saat mendengar ucapan Aneth.
"Ruang guru?" Killa memastikan apa yang dikatakan Aneth.
Dan Aneth hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kemungkinan besar ada yang disembunyiin di ruangan itu makanya sampe dikunci. Dan kemungkinan besar juga ruangan itu bisa ngejawab semua hal yang bikin kita kejebak disini." jelas Aneth.
Namun belum ada respon dari anggota lain. Zerina yang duduknya tidak jauh dari dirinya kini menggeleng. "Enggak, Neth." dengan tegas ia menatap Aneth dan mengatakan larangannya untuk pertama kalinya. "Jangan kesana, itu bukan lagi zona aman buat anak Osis."
"Zer..."
"Ini ruang aman kita, Aneth. Jangan sampe nyawa 11 anggota berkurang ke angka 10 atau angka yang lebih kecil lagi." Zerina tampak sangat tegas, ia terlihat seolah memiliki trauma yang sangat mendalam mengenai kejadian kemarin. Untuk pertama kalinya, Zerina memperlihatkan kekurangannya di depan anggota.
"Terus sampe kapan lo mau anggap ini ruang aman kita? seluruh bagian sekolah ini nggak ada yang aman bagi nyawa kita, Zer. Terus-terusan stuck di sepetak ruang ini juga gak menjamin kita lolos dari 'mereka'."
Sungguh Aneth sangat lelah sekarang. Ia sama takutnya seperti mereka, ia juga butuh perlindungan tetapi ia juga terlalu takut untuk terus berdiam diri seperti sedang menunggu gilirannya untuk mati.
Lagi dan lagi, tangan Aneth yang berada di sisi tubuhnya kini direngkuh dengan hangat oleh tangan lebar milik laki-laki di sampingnya.
Melihat perdebatan yang terjadi antara Aneth dan Zerina cukup membuat mereka berdiam diri dan tidak berani walau hanya sekedar menyela satu kata.
Mengingat Zerina adalah sosok ketua Osis yang biasanya menerima setiap pendapat dan kemudian mempertimbangkannya sebelum memutuskan. Namun sekarang ia langsung menolaknya tanpa berpikir panjang sungguh membuat anggota Osis lain harus berpikir dua kali walau hanya sekedar mengatakan pendapat kecil mereka.
"Aneth, jangan egois. tolong jangan ngulang kejadian-"
"Zer." sela Artha yang langsung membuat Zerina menutup mulutnya rapat.
Satu kalimat yang baru saja hampir dikatakan Zerina. Sebenarnya cukup menjadi pukulan Aneth di situasi ini. "Jangan khawatir, Zer. Kali ini gue pake satu-satunya kesempatan hidup gue, cukup gue yang pergi kesana dan kalian semua tinggal tunggu hasilnya disini."
"Aneth!" Untuk kali ini, Artha benar-benar terlihat sangat marah dengan keputusan Aneth.
Mendengar percakapan ketiga orang di depannya, membuat anggota lain merasa jika mereka bertiga menyembunyikan sesuatu diantara mereka semua. Ada apa? mengapa mereka tampak sangat takut dengan apa yang dikatakan Zerina?
Namun tak berselang lama Zerina menghela napas. Ia kalah telak, tidak mungkin ia membiarkan anggotanya pergi sendiri untuk menyelesaikan masalah milik bersama.
"Then, let's go together." pada akhirnya Zerina tak memiliki pilihan lain.
•••
cklek, cklek'
Suara kunci diputar dua kali terdengar nyaring di kesunyian yang tengah terjadi. Sungguh, 11 anggota Osis sekarang tengah berkumpul di depan pintu ruang guru, tetapi tak ada sedikitpun kebisingan yang mereka ciptakan.
Mereka bahkan mencoba bernapas se-pelan mungkin untuk mempertahankan kesunyian. Bersamaan dengan knop pintu yang hendak dibuka, jantung mereka berpacu dengan cepat. Bahkan beberapa dari mereka seperti sudah menyerahkan satu-satunya nyawa yang mereka miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Titik Balik
Teen FictionAneth Tisha Andintala, seorang anggota Osis yang terjebak di dalam gerbang sekolah yang selama ini ia bela mati-matian bersama 11 anggota lain. Aneth bertanya-tanya apakah solidaritas, kekompakan dan semua hal bisa bertahan bahkan nyawa dan mental...