"Ada apa?" bisik Jian penasaran, sebab dirinya tidak bisa melihat tapi mendengar walau sayup-sayup. Tetapi Aneth tak kunjung memberikan balasan, dia masih terkejut dan berdiam diri. Menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya.
"Anggota yang lain gimana?" tanya si Pak Tua.
Zerina melepaskan pelukannya, "Udah sekarat, mereka di kelas yang gak jauh dari ruang Osis." Zerina membawa Informasi pada Pak Tua. "Pak Ron, gimana sama rencana besok?" sungguh Zerina terlihat sangat antusias, padahal besok dikenal sebagai hari pembantaian.
Pak Tua menyipitkan matanya dengan senyum kecil, seolah sedang berpikir. "Besok mungkin sesi tom and jerry?" jawabannya dengan mudah, seolah sedang membahas hal yang lucu.
Sialan.
Mereka benar-benar akan bertarung besok.
Lagi dan lagi Zerina terlihat antusias, ia mengangguk dengan bersemangat. "Aku besok ikut main, yeay!!!" ucapnya dengan sikap manis yang sengaja dibuat-buat.
Pak Ron mengulurkan tangannya dan mengacak pucuk pucuk kepala Zerina dengan senyum hangat. Manusia berhati iblis itu, sekarang tengah bersikap layaknya manusia normal. Dan Aneth membencinya.
Mereka berlalu, Zerina dan pria itu berlalu pergi keluar bersama. Tetapi Aneh tak kunjung bergerak dan menunggu jikalau ada hal lain yang datang.
"Neth? ada apa?" tanya Artha.
"Zerina mata-mata. terus katanya besok sesi main tom and jerry, kita mungkin diburu sama mereka." ucap Aneth datar, dia sudah muak dengan semuanya sekarang.
"Sesuai tebakan." balas Jian.
Rena berdiam diri, karena dia sudah tau sebelum Aneth memberikan informasi. Rena sedari tadi menempelkan telinganya pada lorong dan berusaha menangkap semua suara yang dapat didengar.
Tak ada pergerakan apapun dari bawah sana. Aneth memasukkan jari-jarinya dari sela jeruji dan mengangkat penutup jeruji yang cukup lebar. Ia meletakkannya di seberang lubang dengan sangat perlahan.
Lalu Aneth memutar tubuhnya untuk tidur terlentang. Dengan perlahan Aneth maju untuk membawa kepalanya menggantung ke bawah, guna mengintip ke bawah.
Ruangan itu ternyata benar-benar sangat luas. Terlihat mewah dengan segala fasilitas yang ada. Sofa yang kelihatannya cukup nyaman dan empuk, lemari tinggi dan mewah, lemari kaca berisi banyak senjata, monitor lebar yang memperlihatkan setiap sudut sekolah. Benar-benar ruangan yang sangat hebat, terlalu mewah untuk digunakan tikus-tikus psikopat.
Dan anehnya, tidak ada satupun cctv yang tertancap disini. Ruangan itu sekarang kosong mungkin karena penghuni ruangan ini tengah berkeliling.
"Oke, sudah kosong. Ayo turun." Aneth kembali ke posisi tengkurap. Ia maju sedikit ke depan dan membawa kakinya turun sebelum seluruh tubuhnya turun menginjak lantai ruangan itu.
Aneth langsung berjalan ke samping agar tidak menghalangi yang lain untuk turun. Gadis itu juga melakukan peregangan pada pinggangnya yang terasa sangat lelah. "Uugh, capek banget." keluhnya.
Setelah Jian, sosok yang terakhir turun. Mereka memutuskan untuk berpencar mencari sesuatu. Aneth menuju ke lemari, ia berpikir untuk menggunakan penyamaran jika disana ada baju cadangan yang bisa digunakan.
Tangannya menggeser ke kiri pintu lemari yang ukurannya cukup besar. Disana, terlihat baju serba hitam dan beberapa tanda pengenal yang tergantung di sebuah gantungan.
"Semuanya, kesini." dan dimulailah operasi penyamaran.
•••••
Menggunakan celana hitam dengan atasan hitam serta mengenakan masker kain yang menutup bagian hidung dana mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Titik Balik
Novela JuvenilAneth Tisha Andintala, seorang anggota Osis yang terjebak di dalam gerbang sekolah yang selama ini ia bela mati-matian bersama 11 anggota lain. Aneth bertanya-tanya apakah solidaritas, kekompakan dan semua hal bisa bertahan bahkan nyawa dan mental...