01. Jagung Seseorang Yang Berharga

21.6K 1.3K 15
                                    

Baik Jordan dan Anne terdiam, baru kali ini mereka mendengar jika secara sadar Yang Mulia Permaisuri ingin mengunjungi puterinya.

"Apa ada yang salah?"

Gisselle tahu jelas, dari ingatan pemilik tubuh. Dia tidak akan jelas mengunjungi puterinya, tapi setiap puterinya muncul di hadapannya, Gisselle akan langsung menghinanya dan kemudian melakukan kekerasan fisik pada puterinya sendiri.

Jadi mungkin Jordan dan Anne berfikir, Gisselle akan menghukum Tuan Puteri karena suatu hal yang mereka berdua tak mengerti.

Tuan Puteri Iphigenia Roderica De Sapphire, Anak kedua dari Permaisuri Gisselle Laura De Sapphire dan Kaisar Zavier Alexander De Sapphire. Gadis itu saat ini berusia 12 tahun dan tumbuh sebagai gadis pendiam dan juga bodoh karena lambat menerima pelajaran yang diajarkan.

Para gurunya juga tidak segan mengatainya bodoh dan tak sedikit juga yang berani memukul kepalanya. Gisselle menghela nafasnya jika mengingat betapa kasihan dan menderitanya gadis itu,

"Tuan Puteri sedang menerima pelajaran etika pengetahuan di aula istana Yang Mulia Permaisuri." ucap Anne,

Gisselle bangkit dan segera berlalu, tetapi dia kembali lagi dan menatap Jordan,

"Terimakasih atas bantuan hari ini Jordan, tolong rahasiakan kunjungan saya hari ini kemari." ucap Gisselle dengan senyum manisnya, tapi bagi Jordan itu sangat menyeramkan.

************************

"Ini adalah hal yang dasar Tuan Puteri!" seorang wanita paruh baya tengah memarahi gadis cantik yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya. Wanita paruh baya itu kemudian memukul pelan kepala gadis itu,

"Untung saja anda adalah seorang Puteri Kaisar, jika tidak-"

"Jika tidak apa yang akan kau lakukan Countess Frita ?" suara dingin itu membuat wanita paruh baya yang bernama Countess Frita menoleh,

Matanya melebar melihat siapa yang datang dan bersuara dengan nada dinginnya,

"Salam Yang Mulia Permaisuri, semoga berkah Dewa cahaya selalu memberkati anda." ucap Countess Frita sambil membungkuk hormat,

"Jawab pertanyaan saya dulu" ujar Gisselle dengan menatap sang Countess dengan angkuh, mengabaikan Puteri Iphigenia yang menunduk gemetar karena ketakutan.

"Puteri Iphigenia tidak menunjukkan kemajuan sama sekali Yang Mulia Permaisuri itu sebabnya saya ingin memberikan hukuman agar kedepannya, dia tidak berbuat kesalahan lagi." ucap Countess Frita masih dengan membungkuk karena Sang Permaisuri belum mengizinkannya untuk bangun.

"Hukuman seperti apa yang akan kau berikan." Gisselle sengaja memang membuat Countess itu merasa pegal dengan posisinya sekarang,

"Saya akan memberikan cambuk di paha belakang Puteri Iphigenia dengan bambu kecil." jawab sang Countess yang mulai mengumpat dalam hatinya karena dia masih dalam posisi membungkuk hormat pada Yang Mulia Permaisuri.

"Begitu."

Gisselle menatap dingin sang Countess sambil mengetuk jari telunjuk di dagunya.

"Benar Yang Mulia-"

"Bawa Countess Frita kepada Aaron, bilang pada Aaron untuk mencambuknya 500 kali." titah Yang Mulia Permaisuri membuat semuanya terkejut, mereka berfikir sang Permaisuri akan setuju dan ikut menyiksa sang Tuan Puteri bersama Countess Frita,

"Apa salah saya Yang Mulia?" tanya Countess Frita yang sudah di tahan oleh dua prajurit.

"Kau masih bertanya? Menyiksa anggota kekaisaran sama saja sebuah penghinaan dan tindakan tidak mengenakan, jadi sampai sini sudah jelas! Kau tentu tidak lupa kan jika Iphigenia masihlah Puteri Kaisar, di dalam tubuhnya mengalir darah sang Kaisar." jelas sang Permaisuri panjang lebar,

Benar, mau di sangkal bagaimanapun, Puteri Iphigenia tetaplah darah daging Kaisar meski dia bodoh dan tidak berguna, tapi siapa sangka kali ini Puteri bodoh itu di bela oleh Permaisuri yang memang dasarnya adalah Ibunya.

Countess Frita memberontak saat di seret, sekarang tinggallah Gisselle dan Iphigenia yang masih setia menunduk dan gemetar ketakutan.

"Mau sampai kapan kau menjadi seperti ini, Berusaha lah sedikit! Tunjukkan jika kau memang layak menjadi Puteri di kekaisaran ini, tunjukkan jika kau memang memiliki darah tirani dari Kaisar."

Puteri Iphigenia tersentak dia dengan berani menatap wanita cantik di depannya dengan mata cokelat hazel miliknya yang sama dengan milik wanita di depannya yang berdiri angkuh, maniknya menatap wanita itu dengan bergetar,

"Memang kau tak bisa memilih dari siapa kau di lahirkan, tapi takdir mu seperti ini, hidup dalam sebuah pernyataan "SIAPA YANG KUAT DIA YANG MENANG"  jangan menjadi lemah terus menerus. Buktikan jika kau memang layak, bahkan jika Ayahmu dan Ibumu tidak berpihak padamu."

Puteri Iphigenia berfikir benarkah wanita ini adalah Ibunya, setiap kata yang di ucapkan wanita itu pasti hanya akan menggores hatinya. Sekarang pun sama, tapi seperti ada dorongan dan dukungan untuknya melangkah berubah,

"Kau tidak perlu guru untuk menambah ilmu pengetahuan mulai besok, karena esok aku yang akan melatihmu tanpa Ayahmu tahu! Mengerti!"

Puteri Iphigenia mengangguk kaku, dan kemudian Gisselle pergi begitu saja meninggalkan diri nya yang masih bertanya-tanya benarkah wanita tadi adalah Ibunya? Apakah Ibunya berubah,

Tidak,

Itu tidak mungkin, pasti ada udang di balik bakwan.

Maksudnya di balik batu, eheq.

*********************************

Gisselle hanya mampu mengumpat di hatinya, karena saat ini dia harus duduk di meja makan bersama Kaisar yang berada di kursi kepala keluarga, Putera Mahkota di sisi kananya, dan Kekasih Kaisar di sebelah kiri Kaisar.

Dirinya memilih duduk berhadapan dengan Kaisar yang jaraknya mungkin ada 1,5 meter. Dan untuk pertama kalinya Puteri Iphigenia mau duduk di sebelah kanan Gisselle. Membuat Putera Mahkota Cheizel mengernyit, begitupun Kaisar dan Kekasih Kaisar,

"Apa anda marah Yang Mulia Permaisuri, karena saya mengambil tempat duduk anda?"

Suara lembut bak malaikat maut itu menyapa rungu Gisselle, tapi dia berusaha tenang, karena jika itu Gisselle yang asli pasti sudah mengamuk dan lebih memilih pergi dari sana. Tapi ini dirinya, dia lapar dan memilih untuk duduk jauh dari mereka.

Tidak mendapat respon dari Gisselle, Rosa Horison kekasih Raja dari bangsawan Viscount itu mengeratkan pegangannya pada alat makan yang dia gunakan, kemudian netranya mendapati Puteri bodoh itu yang duduk di sebelah Gisselle,

"Sayang ku Iphigenia, kenapa kamu duduk disana, kenapa tidak dengan Ibu mu ini?"

Rose menekan kata Ibu tapi sungguh, Gisselle tidak terpancing sama sekali, tanpa di ketahui siapapun, Gisselle bersmirk,

"Saya sudah selesai, selamat malam Yang Mulia Kaisar, Putera Mahkota dan Tuan Puteri, saya pamit undur diri dulu, karena saya takut jika nanti akan ada jagung berharga milik seseorang jatuh dengan tidak elok di sini."

*Note, jagung : metafora dari gigi

Gisselle bangkit dan berbalik, tak lama Iphigenia juga melakukan hal yang sama dan meninggalkan ruangan menuju kamarnya sendiri.

********************************

Gisselle sedang di keringkan rambutnya oleh Anne, sebelum suara pemberitahuan itu membuat telinganya sakit dan rasanya mual melanda dirinya,

Gisselle segera bangkit dan rebahan di ranjang nya dan menarik selimut sebatas dada, segera tidur. Mengabaikan peringatan pemberitahuan datangnya suami tirani nya,

"Dia sudah tidur?"

Lanjut?

Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam [] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang