02. Memiliki Reaksi Cepat Terhadap Omong Kosong

19.3K 1.4K 28
                                    

"Salam Yang Mulia Kaisar"

Anne pun segera keluar dari ruangan dan menutup pintu itu.

Kaisar Zavier mendekati ranjang dan melihat jika Permaisuri nya tidur. Mengamatinya apakah pura-pura tidur atau memang tidur sungguhan.

Biasanya Permaisuri nya akan menantinya dengan pakaian menggoda dan merengek minta di sentuh. Hari ini jika bukan karena desakan Rose kekasihnya, Kaisar mana mau datang.

Kaisar segera berbaring di samping Permaisuri nya dan berusaha menutup mata, harusnya dia tenang tetapi Kaisar merasa terganggu dengan Permaisuri yang lebih dulu tidur.

Sedangkan Gisselle, dia tertawa dalam hatinya. Dia berusaha untuk senatural mungkin agar tidak terlihat pura-pura.

************************

Puteri Iphigenia gelagapan saat ia di siram air dingin di pagi buta dan pelakunya adalah Ibunya sendiri. Dia ketakutan namun...

"Pagi hari adalah waktu yang pas untuk memulai hari produktif, di jam tiga pagi ini kau harus mulai dari olahraga bersamaku, Ayo!"

Puteri Iphigenia di bantu Sandra pelayan pribadinya berganti pakaian dengan baju lengan panjang fresh body, dan celana yang juga fresh body, seperti ala baju training prajurit.

Puteri Iphigenia juga melihat sang Ibu yang juga memakai pakaian yang sama dengan dirinya dan terlihat sangat keren dan anggun. Dia kemudian mengekori Ibunya, sekarang mereka berada di luar kediaman rumah kaca, ini sangat luas.

"Ayo lari 10 putaran."

"Tetapi Ibu-"

Puteri Iphigenia langsung menunduk saat netra sang ibu menatapnya, dia paling takut dengan netra tajam itu, dan sialnya netranya sendiri juga berwarna sama.

"Tatap mata orang ketika kau sedang bicara dengannya Puteri. Jangan menjadi lemah, kau ini seorang Puteri. Buat semua orang menunduk karena mu, bukan kamu yang menunduk, terkadang kita harus menekankan kepada semua orang siapa kita agar mereka tahu posisi mereka."

Ucapan itu, meskipun terasa menyakitkan, bisakah Iphigenia menganggap bahwa itu adalah motivasi untuknya.

Setelah pemanasan, mereka berdua mulai berlari mengelilingi rumah kaca luas itu, Gisselle merasa payah dengan tubuh barunya ini, baru enam putaran dan dirinya merasa lelah,

Iphigenia?

Anak itu baru tiga putaran dan sepertinya anak itu akan segera pingsan, Gisselle menghampiri nya dan menggertaknya untuk segera menyelesaikannya, Iphigenia ketakutan dan segera berlatih berlari cepat kembali,

Gisselle minum dengan anggunnya, melihat bagaimana Tuan Puteri Iphigenia yang mulai merangkak untuk menyelesaikan lari 10 putarannya. Anak itu kemudian mendekatinya dan ambruk di depan Gisselle,

Gisselle menyiram air dingin ke wajah Iphigenia, membuat sang Puteri kelabakan dan duduk, betapa Terkejut nya dia ketika melihat Ibunya memberikannya susu.

Dengan pipi bersemu Puteri Iphigenia menerimanya,

"Kau harus mulai berani menatap lawan atau kawan mu, tak perlu pedulikan tatapan atau bahkan ucapan orang lain, serta jangan khawatir tentang apa yang di pikirkan orang lain. Karena mereka tidak sering berfikir."

Iphigenia tersedak, ucapan Ibunya membuatnya sedikit tenang dan lega. Tapi dia tertekan dengan perilaku Ibunya yang lebih menyeramkan dari Viscountess Erni sang guru menarinya.

"Apa kamu bisu?"

"Tidak Ibu."

"Mulailah berani menjawab perkataan orang, baik dengan sarkas atau baik. Meski hanya masalah sepele, buatlah kesan untuk orang lain."

"Baik Ibu."

"Maafkan Ibu jika selalu kejam kepadamu, Ibu hanya takut bahwa kamu mungkin tidak bisa berjalan sendiri atau Ibu juga takut suatu hari kamu bertemu suami yang sama seperti Ayahmu, hanya menjadikanmu pajangan. Kau lemah sama sepertiku."

Gisselle menatap ke langit, dia berbicara seperti itu karena dia tidak tahu harus bagaimana memulai kata untuk meminta maaf, Puteri Iphigenia juga menatapnya dari samping, dengan raut wajah, kaget dan bingung menjadi satu.

"Iphi, bunuh mereka dengan kesuksesan dan kubur mereka dengan senyum kemenanganmu, Ibu hanya merasa waktu kita sudah tidak banyak lagi." ucap Gisselle,

Benar, mendidik Iphigenia sudah tidak bisa di undur lagi, waktunya purna menjadi Permaisuri sudah dekat.

Iphigenia, meremas kedua telapak tangannya. Rumor Ayahnya akan menurunkan tahta Ibunya hingga menceraikannya dia sudah tahu. Jika Ibunya terus seperti ini, atau bahkan jika Ibunya kembali ke sifat yang kemarin, Iphigenia akan tetap mengikuti kemanapun Ibunya pergi, meski nanti cacian yang ia terima dari Ibunya.

****************************

Ketika akan berjalan menuju ruang makan, Gisselle bertemu Putera nya yaitu Putera Mahkota Cheizel Lucasio De Sapphire, wajah nya benar sama persis seperti Kaisar, tidak ada sedikitnya gen dari Gisselle.

Orang-orang akan langsung tahu jika pemuda ini memang anak Kaisar karena wajah dan sikapnya yang terjiplak sempurna.

Tidak ada sapaan, bahkan pemuda itu melanggar terlebih dulu. Gisselle menghela nafas, dia tidak berfikir untuk membangun hubungan baik dengan pemuda itu. Dari dulu hubungan mereka memang tidak baik, Cheizel juga lebih dekat dengan si rambut merah, Rose kekasih Kaisar.

Sampai disana, terlihat Rose yang sudah duduk di tempat miliknya di sebelah kiri Kaisar. Tapi sekarang dia tidak peduli, dia memilih duduk berhadapan dengan Kaisar yang belum datang,

Jangan lupakan Iphigenia yang sudah duduk di sisi kanannya, dan Gisselle memperhatikan bagaimana Putera Mahkota bersenda gurau dengan Rose layaknya anak dan Ibu yang harmonis.

Dan sekali lagi Gisselle tekankan, dia tidak peduli, prioritasnya adalah Iphigenia, dia harus menjadikan monster ini menjadi berpihak padanya.

Kaisar datang dan acara makan pun di mulai, Gisselle merasa jika Iphigenia sedikit berbeda, rambutnya seperti habis di tarik dan ada bekas tamparan di pipi sebelah kanan yang di tutupi oleh Iphigenia.

Gisselle menarik dagu Iphigenia untuk menghadapnya dan menyibak rambut yang menutupi sebelah pipinya. Kaisar, Putera Mahkota dan Rose melihat kearah Gisselle dan Iphigenia.

"Ya ampun ada apa dengan pipi mu Puteri? Apakah Yang Mulia Permaisuri yang melakukannya?" Rose penuh perhatian dan segera bangkit dari duduk nya untuk menghampiri Iphigenia,

Namun baru saja bangkit dari kursinya, Iphigenia juga bangkit dan berdiri di belakang Ibunya sambil menutupi pipinya yang terluka,

"Ini bukan salah Ibunda Permaisuri, ini adalah bekas tangan saya sendiri karena ada nyamuk di pipi dan saya memukul wajah saya sendiri."

Bergetar Iphigenia mengatakannya, ini pertama kalinya gadis ini mau berbicara panjang dan sedikit keras.

"Kau tidak perlu menutupi kesalahan Yang Mulia Permaisuri, Puteri ku." Rose berbicara lembut, tapi Gisselle bisa melihat jika tatapan itu seperti menekan Puteri Iphigenia untuk melakukan sebuah perintah dari Rose.

"Apa anda sedang mencoba melempar batu kepada saya?" tanya Gisselle dengan tenang dan menatap Rose dengan dingin,

*Note, melempar batu : fitnah

"Apa anda marah Yang Mulia Permaisuri?" tanya Rose dengan nada lemah, seperti tidak makan berhari-hari atau tengah mengemis agar Kaisar dan Putera Mahkota iba pada Rose.

"Saya tidak marah, saya hanya memiliki reaksi cepat terhadap omong kosong."





KOMENTAR DONG SAY!!
JANGAN LUPA VOTE JUGA YA, VOTE GRATIS LOH!!

Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam [] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang