DI TEMPAT MOMMY LAGI ADA LOMBA MANCING IKAN,
MOMMY MENDING MANCING EMOSI AJA, PASTI JUARA..."Saya ingin Zavier menjadikan saya Permaisuri, bukan Selir Agung. Saya harap Yang Mulia mau membantu saya."
"Itu mudah, tapi ada harga yang harus kamu bayar."
"Dengan apa itu?"
"Tubuh mu dan Aku menginginkan wadah untuk diriku sendiri."
"Wadah?"
"Iya, Putera Mahkota itu sepertinya cocok untuk menjadi wadah ku bernaung."
"Ketika apa yang saya minta Anda kabulkan. Jangankan anak itu, semua permintaan Yang Mulia akan saya lakukan."
"Ha ha ha ha ha, aku suka bagaimana kau menyembah ku ha ha ha ha."
**************
"Bagaimana anda selalu berbuat kecerobohan! Bisakah Anda bekerja seperti Puteri Iphigenia? Anda bahkan tertinggal jauh dengan Puteri bodoh itu."
Zavier melempar berkas kerja Cheizel, kedua tangan Cheizel mengepal menahan sesak di hatinya. Di banding-bandingkan terus dengan Iphigenia, membuatnya sakit hati dan juga iri.
Rose yang duduk di samping Zavier tersenyum, penuh arti di balik kipas yang menutupi setengah wajahnya.
"Sayang ku, jangan terlalu tegas dengan Cheizel. Dia sudah berusaha semampunya." ucap Rose dengan lembut sambil mengelus lengan kekar Zavier.
"Dia bahkan dua kali lipat lebih bodoh dari Puteri Iphigenia sebelumnya." Zavier bangkit dan meninggalkan ruang aula rapat dengan kesal.
Rose tersenyum penuh arti dan mendekati Cheizel yang rapuh. Menenangkannya bak seorang Ibu, kemudian menangkup wajahnya.
"Kau seorang Putera Mahkota bukan? Apa pantas kau mendapatkan perlakuan seperti ini? Ini semua karena adik mu yang sepertinya ingin merebut tahta mu." bisik Rose,
Cheizel tertegun dan membalas tatapan mata Rose. Benarkah adiknya ingin merampas apa yang menjadi hak nya. Tanpa sadar Cheizel menggeleng, tidak, semua ini miliknya dan Iphigenia tidak ber hak.
"Aku bisa membantu Mu agar Ayahanda mu puas dengan kinerja mu."
***************
"Apa maksud anda Puteri? Para pejabat kekaisaran menemui mu dan meminta mu untuk merebut tahta Cheizel?"
Gisselle dan Iphigenia sekarang berada di mansion Black Pearl Grand Ducchess, ketika Iphigenia genap 17 tahun nanti dia akan diberi gelar Grand Ducchess Ereshkigal.
Gisselle agak tidak setuju dengan marga yang diberikan untuk Iphigenia, Ereshkigal bermakna Wanita yang memimpin tanah orang mati. Meski pada akhirnya ada kata "Nyonya Bumi Yang Agung". Ya meskipun Gisselle akui itu juga cocok untuk Iphigenia yang wajahnya dingin dan datar juga perawakan tubuhnya yang gagah.
"Iya Ibunda" ucap Iphigenia setelah meletakkan teh secara anggun di meja nya dan kemudian menatap Ibunda nya.
"Gelar grand dhucess apa tidak cukup untuk ananda?"
"Cukup, lebih dari cukup, bahkan aku tidak masalah jika hanya diberi gelar Baroness Ibunda."
Tidak, Baron adalah gelar paling kecil dan Iphigenia tidak akan mendapatkan akses besar dan wilayah besar seperti ia menjabat Grand Ducchess. Tapi yang Gisselle Takut kan adalah, bagaimana jika Cheizel justru merasa terancam dengan kepiawaian Iphigenia, entah itu di bidang politik, bisnis atau militer.
"Itu bagus, setidaknya jauhi konflik dengan kakak mu sendiri." ucap Gisselle sambil meminum teh nya.
Iphigenia meringis mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam []
SonstigesSeorang prajurit senior perempuan angkatan darat, harus merelakan dirinya terdampar dalam tubuh seorang Permaisuri yang suka seenaknya dan mengabaikan dua buah hati nya. Akhir kisah sang Permaisuri akan di cerai kan, lima tahun berlalu Puteri nya y...