"Pasti sulit Ya, menjadi diri Anda Lady Horison, oh atau anda memang berkiblat pada saya? Saya jadi terharu."
Rose yang ingin membalas perkataan Gisselle diurungkan karena Zavier meremas pergelangan tangannya. Zavier menatap Gisselle dengan pandangan yang sulit diartikan.
Gisselle dan Iphigenia pamit undur diri, langkah dua wanita berbeda umur itu tidak luput dari pandangan Zavier.
Zavier tahu, tidak hanya mulai mengerjakan anggaran kekaisaran, Gisselle juga terlihat aktif turun ke desa-desa yang tak terjamah karena banyaknya pekerjaan Zavier.
Pekerjaan yang menumpuk karena Zavier harus juga mengerjakan tugas Permaisuri, kini berangsur berkurang. Zavier sempat berfikir bahwa orang itu bukanlah Gisselle melainkan orang lain.
******************
Gisselle sedang berjalan santai, sebelum akhirnya ia mendengar keributan di sebelah kiri jalannya. Ternyata Rose yang sedang berargumen dengan Jordan. Masih tentang anggaran rupanya, Gisselle mendekat dan atensi nya di ketahui dua orang yang tengah berdebat itu,
"Wah, saya kira siapa, ternyata anda rupanya. Saya dengar-dengar anda sangat sibuk akhir-akhir ini, ya?" tanya Gisselle dengan senyuman mematikan,
"Ya, betul sekali. Tahu kan, mengurus suami itu butuh banyak waktu dan tenaga" ejek Rose dengan nada sinis. Gisselle tersenyum manis,
"Wah, luar biasa. Mengurus suami orang lain pasti lebih menantang ya?" Gisselle bertanya dengan nada mengejek pula.
"Iya, tapi kalau orang yang diurus itu lebih memilih saya, berarti saya melakukan pekerjaan dengan baik, kan?" Rose melipat kedua tangannya di dada dan mengangkat dagunya.
"Memang hebat. Saya sampai kagum dengan kemampuan anda mencuri kebahagiaan orang lain. Itu bakat alami atau hasil latihan keras?" tanya Gisselle yang membuat Rose tambah mengangkat dagu, sombong.
Jordan yang terjebak di antara dua wanita itu pun hanya tersenyum miris.
"Sepertinya memang bakat alami. Kalau tidak, mana mungkin bisa mengambil hati pria yang sudah menikah." Rose berbicara dan diakhiri dengan meniup jari-jarinya.
"Tentu saja, harus ada bakat khusus untuk bisa merendahkan diri sampai segitunya. Saya rasa anda juga harus berterima kasih pada saya karena sudah 'mendidik' dia dengan baik." Gisselle menepuk dadanya pelan,
"Oh, tentu. Saya sangat berterima kasih. Kalau bukan karena anda, dia mungkin tidak akan mencari yang lain." Rose pun menatap Gisselle remeh, pun Gisselle yang membalas tatapan Rose dengan remeh pula.
"Sama-sama. Kalau begitu, semoga anda berhasil. Tapi ingat, barang yang diambil dari orang lain biasanya tidak akan bertahan lama." ucap Gisselle sambil membersihkan debu yang menempel di telapak tangannya,
"Kita lihat saja nanti. Yang jelas, yang berada di sampingnya saat ini adalah saya, bukan dengan anda." Rose mengepalkan kedua tangannya.
Mengapa Gisselle tidak terpengaruh dengan ucapannya, sesuai prediksinya seharusnya Gisselle mengamuk padanya saat ini, karena Rose telah menyinggung posisinya di sisi Zavier.
"Benar juga. Mungkin kamu bisa kasih tahu saya bagaimana rasanya hidup dengan sisa-sisa kebahagiaan orang lain?" Gisselle bertanya dengan berkacak pinggang dan raut wajah yang mengejek.
"Tidak terlalu buruk kok. Tapi sepertinya kamu lebih tahu rasanya ditinggalkan, ya?" Rose mendelik pada Gisselle dengan nada remeh.
"Oh, tenang saja. Saya cukup kuat untuk berdiri sendiri. Lagipula, mungkin anda yang lebih butuh dia daripada saya." Gisselle masih berbicara dengan tenang, ketika dia tahu jika lawan nya sudah di ambang batas sabar,
"Mungkin benar. Tapi saat ini, yang terpenting adalah siapa yang ada di sisinya sekarang." Rose meremas gaun nya cemas. Gisselle terlihat berbeda,
"Semoga anda menikmati momen ini. Karena percayalah, karma itu bekerja dengan cara yang misterius." Gisselle mengakhiri perdebatan mereka dengan senyum manis.
Senyuman manis yang membuat Rose semakin kesal di buat nya. Jordan pun mengikuti kepergian Permaisuri nya.
"Lebih baik kau langsung pergi daripada harus berdebat dengan wanita itu Jordan. Hanya membuang-buang waktu saja."
Jordan setuju, dan Gisselle tahu benar. Jordan tak sepenuhnya bisa melawan, karena yang dia hadapi adalah wanita kesayangan Kaisar.
"Yang Mulia Permaisuri, sebentar lagi adalah ulang tahun Yang Mulia Kaisar. Biasanya saya akan mulai mengundang para sekutu Kekaisaran, tapi sekarang apakah saya boleh tahu, apakah anda yang akan mengelola anggaran dan undangan untuk ulang tahun Yang Mulia Kaisar?"
Tanya Jordan panjang lebar, Gisselle menghela nafasnya dan menatap Jordan yang menatapnya penuh harap,
"Kau saja ya Jordan, saya sibuk harus mendidik Tuan Puteri Iphigenia." senyuman Gisselle sangat kontras dengan senyum Jordan yang mulai berangsur hilang,
"Semangat Jordan!"
Gisselle menyemangati Jordan yang hanya mampu menghapus inner air matanya, yang terasa menetes padahal tidak ada tetesan air matanya.
Gisselle terkikik kemudian berjalan berlainan arah, dia hendak menuju kediaman Iphigenia, namun di jalan ia bertemu dengan Putera Mahkota yang sepertinya hendak pergi,
Tidak ada sapaan, Gisselle menunduk memberi hormat, meskipun dia adalah Permaisuri, tetapi kekuasaan Putera Mahkota ada diatas Permaisuri.
Kemudian Gisselle pergi begitu saja, Putera Mahkota Cheizel merasa ada perubahan signifikan tentang Ibunda nya. Perasaan aneh yang ia rasakan ketika sang Ibunda seperti menjaga jarak dengannya, sedikitnya membuat dadanya sesak dan tidak nyaman.
Putera Mahkota Cheizel hanya menatap punggung Ibunda nya yang mulai mengecil dan hilang. Sikap Ibunda nya menjadi buruk saat Ibunda nya tahu Ayahanda memiliki kekasih gelap di luar sana, sikap cemburu dan posesif itu yang membuat Ibunda nya berubah, dia dan Iphigenia selalu hidup bak neraka dengan sikap Gisselle yang kejam.
*************
Gisselle sudah bersiap hendak tidur ketika dia mendengar seruan jika Zavier akan bermalam di kamarnya. Gisselle menghela nafasnya.
Zavier sebenarnya lelaki baik, entah apa yang membuatnya jadi berubah dan memiliki banyak kekasih gelap di luar sana. Gisselle kemudian tidak terima dan mulai melakukan hal tidak baik terhadap kedua anaknya. Yang berimbas pada kebencian di hati kedua anaknya padanya.
Gisselle tidur menyamping membelakangi Zavier yang perlahan naik di ranjang Gisselle.
Zavier berbaring menatap langit kamar Gisselle yang dihiasi batu giok yang cantik. Kalau di fikir, apa yang membuat mereka berdua begitu jauh, padahal mereka menerima hubungan pernikahan politik dengan baik,
"Anda belum tidur kan? Apa yang sebenarnya sedang anda rencanakan, mulai menjalankan pemerintahan di suatu sisi anda akan turun tahta atau di cerai kan?" tanya Zavier,
Namun Gisselle memilih diam, apalagi memang yang bisa ia rencanakan, dia hanya ingin hidup damai di kediaman Ayahanda nya Marquess Aslon.
Tidak mendapatkan jawaban dari Gisselle, Zavier perlahan menutup matanya.
***********
Gisselle saat ini sedang di wilayah kekuasaan Iphigenia seperti biasanya untuk memantau jalannya pembuatan irigasi baru.
Masalah irigasi yang dialihkan itu, belum Gisselle tanyakan kepada bocah lelaki itu, iya siapa lagi si Putera Mahkota.
"Apakah kau malaikat yang turun dari surga? Karena senyummu begitu menenangkan."
Gisselle terperangah dengan kedatangan pria ini yang selalu diawali dengan gombalan, Gisselle tersenyum hambar,
"Sepertinya anda memiliki bakat membuat seseorang mual ya?"
************
UDAH UP YA,
INI SLOW UP, AKU BELUM BISA DOUBLE UP, MIKIRNYA RIWEH😭😭
SELAMAT MEMBACA,JANGAN LUPA VOTE YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam []
RandomSeorang prajurit senior perempuan angkatan darat, harus merelakan dirinya terdampar dalam tubuh seorang Permaisuri yang suka seenaknya dan mengabaikan dua buah hati nya. Akhir kisah sang Permaisuri akan di cerai kan, lima tahun berlalu Puteri nya y...