10. Kenapa Juga Saya Harus Bersimpati?

10.3K 896 77
                                    

Gisselle duduk dengan angkuhnya, saat ini dia juga kembali berkunjung ke tempat Ayahnya, Marquess Vale.

"Ulangi lagi dari awal."

Titah Gisselle membuat semua prajurit menganga tak percaya, mereka sudah 10 kali di buat mengulang hitung dari awal jika ada prajurit yang tidak sempurna dalam melakukan push up.

"Apa? Protes? Saya janji kalian akan di gaji seperti biasanya! Cepat lakukan atau mau tanding sama saya satu lawan satu."

Semuanya kompak menggeleng, kapten Henry saja yang seorang prajurit senior bisa di tambang kan. Apalagi mereka yang hanya prajurit biasa.

"Silahkan teh nya Permaisuri."

Seorang pelayan datang, kembali membawakan teh untuk Gisselle. Hah, kapan terakhirnya dia menikmati pemandangan ini. Pemandangan ketika ia melatih para anggota prajurit nya ketika di dunia dulu. Sungguh indah, bagi Gisselle. Bagi prajurit ini adalah suatu hal yang paling mengerikan dan melelahkan.

********************

Cheizel menatap Iphigenia dan Ayahnya secara bergantian, untuk pertama kalinya dia melihat adik yang beda 3 tahun di bawahnya itu hadir di ruang rapat kerja istana.

Beberapa petinggi juga merasa aneh dengan kehadiran Tuan Puteri bodoh itu. Namun, atensi mereka beralih pada seseorang yang baru saja membuka pintu ruang kerja istana,

"Sayang"

Suara manja mendayu-dayu itu datang dari calon Sering Agung Kekaisaran Shappire. Iphigenia melirik sinis pada wanita itu yang sekarang tengah bergelayut manja di punggung pria yang ia panggil Ayahanda. Tatapan sinis Iphigenia tidak luput dari tatapan Cheizel.

"Bisakah Anda memberikan saya uang, ada gaun terbaru di pusat kota dan itu sangat cantik untuk saya-"

"Anda pikir Ayahanda saya bekerja untuk anda. Ayahanda saya bekerja untuk rakyat, jadi seberapa banyak keuntungan yang Ayahanda dapatkan haruslah bermanfaat untuk rakyatnya. Bukan malah menghidupi anda yang statusnya belum jelas di sini."

Iphigenia berbicara lantang di depan semuanya, membuat seluruh agenda jatuh padanya. Sedangkan Iphigenia berbicara tanpa menoleh kemanapun, matanya fokus ke lembar kerjanya.

Para petinggi kekaisaran cukup takjub dan setuju dengan perkataan sang Tuan Puteri. Kaisar Zavier juga cukup bangga dengan keberanian yang beberapa kali di perlihatkan Puterinya. Cheizel tersenyum tipis. Dia juga setuju dengan adiknya, makin lama sikap wanita itu justru terlihat menekan dan ingin menguasai segalanya.

"Puteri ku Iphi-"

"Sejak kapan saya lahir dari rahim anda?"

Pffttt

Cheizel dan para petinggi menahan tawa saat Iphigenia dengan savage nya membalas perkataan Rose dengan sangat lancar tanpa berfikir.

Zavier juga menghela nafas tipis untuk menghilangkan senyum tipis yang hampir ia perlihatkan. Sifat Iphigenia sama dengan Gisselle dahulu sebelum berubah menjadi angkuh dan posesif.

Wajah Rose memerah karena menahan malu, akibat perlakuan Puteri Iphigenia pada dirinya.

"Iphigenia-"

"Sudah saya katakan, panggil saya Tuan Puteri! Anda itu hanya seorang Lady bangsawan bangkrut!"

Cheizel terkejut dengan ucapan lantang dan penuh penekanan dari Iphigenia. Sedangkan Iphigenia dia mati-matian menahan sesak jika sewaktu-waktu Ayahanda nya akan membela wanita itu.

"Sayang, lihat Puteri kita semakin jauh dari saya."

"Lakukan saja seperti yang Puteri Iphigenia mau."

Menjadi Ibu Untuk Tuan Puteri Kejam [] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang