- I Love You.

46 9 0
                                    

Sore itu Yuta dan Winwin keluar dari kantor dan menuju ke parkiran, tapi hal itu tak jadi karena Yuta merasakan ada orang lain di mobilnya.

" Jangan berjalan ke sana " ujar Yuta yang menarik tangan Winwin yang hendak berjalan ke parkiran.

" Eoh? kenapa? " tanya Winwin dengan penuh rasa heran.

" Jangan dulu, saya rasa ada hal aneh, bagaimana kita minum kopi dulu? " tanya Yuta yang mengajaknya.

" Kopi, kopi dan kopi saja otak mu, huh! aku tidak mau " balas Winwin yang menolak akan itu.

" Maaf tapi nanti boleh beli makanan yang kau inginkan " ucap Yuta yang membuat Winwin menoleh ke arahnya dan tersenyum.

" Baiklah! silahkan minum kopi Yutaaa " bisiknya yang meninggalkan Yuta setelahnya.

Yuta hanya tertawa pelan dan mereka pun ke cafe yang ada di dekat kantor itu, mereka berada di sana cukup lama karena Yuta masih memantau mobilnya.

Berbeda dengan Johnny yang meregangkan badannya dan keluar dari sana, sialnya dia bertemu dengan wanita yang dia benci.

" Johnny... kau kemana saja sayang? " tanya wanita itu yang mendekatinya sambil merayu.

" Lepas. aku tak ingin berurusan dengan mu. " ucap Johnny yang menyingkirkan tangan wanita itu.

Ten saja baru keluar dan melihat itu, bukannya seperti pasangan lain yang akan melarikan diri karena sakit hati tapi dia menghampirinya dan menampar wanita itu.

" Apa yang kau lakukan?! " bentak Ten setelah menampar wanita itu.

" Kau siapanya Johnny? " tanya wanita itu kepada nya.

" Aku? aku pacarnya! " bentak Ten lagi yang tak terima.

Johnny sendiri bingung bagaimana caranya menengahi kedua orang itu yang tengah berdebat, hingga beberapa orang kantor melihatnya.

" Sial sekali, apa ini hari sial? " batin Johnny yang pusing setelah itu.

" Tetap ingat jika Johnny akan berpaling kepada ku, pria kecil. " ujar wanita itu yang membuat Ten emosi.

Wanita itu pergi dari sana dan Johnny hanya menahan Ten lalu mengajaknya pulang ke rumah, di mobil mereja berdua tak berbicara hingga sampai di rumah juga masih diam.

Tak ada yang membuka topik apapun, semuanya sibuk akan urusan mereka sendiri apalagi Ten yang tengah membuat laporan namun emosi karena mengingat wanita jelek itu.

" WANITA TUA SIALAN, KAU MEMBUAT KU EMOSI! " seru Ten dengan kuat sambil memukul meja kerjanya.

Karena hal itu Johnny bergegas turun dan memeluk Ten, setidaknya hanya itu yang bisa Johnny lakukan supaya Ten tidak terlarut dalam emosinya lagi.

" Ten? stop mengingat wanita tadi, lupakan saja " kata Johnny yang mengelus kepalanya.

" Dia siapa mu? mengapa dia menghampiri mu? " tanya Ten yang melepas pelukan itu.

" Dia adalah mantan ku, tapi kami sudah lama putus dan itu sekitar setahun yang lalu, aku juga membencinya " jelas Johnny yang membuat Ten semakin pusing.

" Mantan mu? argh! aku ingin membunuhnya " sambung Ten yang ingin pergi tapi dia di tahan oleh Johnny.

" Jangan, jangan lakukan itu, biarkan aku yang mengurusnya karena berbahaya jika kau yang mengurusnya " sahut Johnny yang melarangnya.

" Tapi Jo, dia sudah melakukan hal seperti tadi kepada mu dan kau tahu bukan jika badan mu untuk ku saja? dan begitu juga dengan mu Jo " jelas Ten yang merasa tak terima.

Johnny sendiri sudah bingung mau menanggapinya seperti apa, dia tak tahu harus menjawab apa lagi setelah mendengarkan kalimat terakhir Ten.

" Intinya jangan, biarkan aku saja dan kau cukup disini dengan ku. " ucap Johnny pada akhirnya.

Ten hanya bisa terduduk di meja kerjanya sambil kesal, rasanya dia ingin menghajar wanita itu lalu mencabik seluruh tubuhnya karena sudah menyentuh miliknya.

Johnny mencoba menenangkan dirinya dan menemani Ten disana, dia ingin Ten melupakan emosinya dan dia juga berniatan membantunya.

" Sudah Ten, jangan marah lagi " timpal Johnny yang duduk di sebelahnya.

" T-tapi aku tak mau kau disentuh orang lain... " lirih Ten yang menangis rupanya.

" Astaga kau menangis? jangan menangis lagi, kau sangat jelek ketika menangis " jawab Johnny yang menghapus air mata Ten dengan jarinya.

Tapi Ten menjadi menangis lebih deras lagi, dia merasa bahwa dia ingin menangis lebih kuat karena Johnny di sentuh wanita jelek itu.

" Sudah ku katakan jangan menangis, apa kau tak mendengarkan aku? " tanya Johnny yang menangkup kedua pipi Ten.

Ten menghapus air matanya dan mengelap sekitaran hidungnya, dia memeluk Johnny dengan erat dan Johnny membalas pelukan itu.

" Jangan menangis lagi, hati ku sendiri sakit melihat mu menangis. " lirih Johnny yang mengelus kepala Ten dengan lembut.

Setelahnya Ten tertidur karena kelelahan, Johnny menggendong dan meletakkannya di kasur dengan hati-hati supaya tak terbangun.

Dia menyelimutinya, setelah itu dia membereskan meja kerja Ten yang rupanya dia melihat sebuah kertas berisi tulisan.

" Aku senang bisa bertemu dengan Johnny, teman masa kecil ku yang sekarang sudah jadi kekasih ku, apa mungkin aku bisa menikahi nya? oh rasanya aku ingin berjalan di altar bersama dirinya nanti, mengenakan baju pernikahan dalam bentuk kemeja dan cincin darinya selalu ku tunggu, mungkin itu masih lama tapi aku masih mau menunggunya, aku mau menemaninya hingga aku menuju kehidupan ku! setidaknya aku ingin menjadi kekasihnya dulu hingga lamaran datang pada ku. "

" Memikirkan itu membuat pipi ku merona dan jantung ku berdegup kencang, ayolah perasaan ku kepadanya sangat kuat tapi aku tak yakin jika dia menyukai ku :( aku harap perasaan ku terbalaskan. "

Johnny sedikit tersenyum membaca surat itu, tapi dibelakangnya ada Ten yang hendak memarahinya dan Johnny sadar jika ada orang di belakangnya.

Dia menoleh ke belakang dan melihat tatapan Ten sangat tajam ke arahnya, dia sontak kaget atas itu dan meletakkan kertas tadi di meja.

" Apa yang kau lakukan di meja kerja ku? " tanya Ten yang mendekatinya.

" Wow wow, tenang dulu Ten aku hanya ingin membereskan meja kerja mu " jelas Johnny yang mencoba untuk membuat Ten tenang.

" Lalu kau membaca isi kertas yang berisi tulisan itu bukan? " tanya Ten lagi yang berada di dekatnya.

Kali ini sangat dekat, Johnny bisa saja memeluknya tapi dia merasa ragu untuk melakukan itu apa lagi Ten sangat marah.

" Ten? perasaan mu pada ku itu terbalaskan, aku mencintai mu dan kau juga begitu bukan? tunggu cincin pernikahan dari ku, aku akan berusaha untuk membeli yang bagus untuk mu " ujar Johnny tiba-tiba yang membuat Ten tak marah kepadanya.

" Tunggu sedikit lagi ya? uang ku belum cukup banyak untuk menikahi mu, tunggu aku memiliki banyak uang dan aku akan menikahi mu dengan permintaan mu, kau akan menemani ku " lanjut Johnny yang kali ini mendekati Ten yang membuat Ten sendiri mundur ke arah kasurnya.

" Aku merasa belum cocok jika langsung menikah sekarang, sabar ya? aku berusaha sekeras mungkin untuk mengumpulkan uang nya, aku juga mencintai mu Ten. " kata Johnny yang membuat Ten tertidur di kasur dan Johnny menindih badannya.

Tapi dengan cepat Johnny tersadar atas perlakuannya itu, dia turun dari kasur dan hendak pergi dari kamar Ten sambil menyembunyikan wajahnya.

Ten bangun dan menarik tangan Johnny, hal itu membuat Johnny berbalik dan Ten dengan cepat mengecup bibirnya. Johnny sendiri kaget dan Ten memimpin atas kecupan malam itu.

Mereka saling membalas satu sama lain dan mundur ke belakang, hingga menuju kasur lagi dan Ten tertidur di atas kasur itu, Johnny hanya mengecup bibir Ten dengan kasar dan melumatnya.

"Love Story at Police Headquarters" | Johnten & Yuwin. [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang