Bab 24 : Be There For Me.

43 8 0
                                    

Hubungan Ten dan Johnny semakin lama semakin membaik, tapi ada satu orang yang sangat membenci itu.

Pagi itu mereka berangkat bersama ke kantor, Ten sejujurnya tak enak jika dia sudah terlalu lama menumpang di apart Johnny.

" Jo? apa kau tak marah? " tanya Ten kepadanya yang tengah menyetir.

" Mad? mad about what? " tanya Johnny balik kepadanya.

" Marah tentang aku yang terlalu lama tinggal di rumah mu " balas Ten yang tidak lagi melihatnya sedari tadi.

" Tak apa Ten, lebih baik kau tinggal bersama ku sekarang karena aku tak yakin kau akan tinggal sendirian disini " jelas Johnny yang membuat Ten semakin tak enak.

" Tapi John- " lanjut Ten yang terputus karena Johnny memberhentikan mobilnya di lampu merah.

Johnny langsung mengecup bibir Ten yang begitu merona bagi dirinya, sungguh Johnny sengaja tak melihat ke arah Ten karena dia tak bisa menahan warna merah muda campur pink di bibir kekasihnya itu.

Ten kaget dan tak beraksi apa-apa, Johnny hanya mengecup saja dan melepaskannya begitu saja, dia mengelus pucuk kepala Ten dan mengucapkan sesuatu.

" Hei? tak apa jika kau tinggal bersama ku dan aku juga merasa tak masalah dengan hal itu yang ada rumah ku menjadi lebih hidup karena ada dirimu " sahut Joan yang membuat Ten sedikit tersipu.

" Jangan membuat ku malu! " ucap Ten yang memalingkan wajahnya.

" Haha lucu sekali " ujar Johnny dengan pelan.

Setelahnya mereka pun sampai di kantor dan langsung menuju divisi masing-masing, rupanya Yuta datang lebih dulu dibanding dirinya.

" Hei John, mengapa kau terlambat hari ini? " tanya Yuta kepadanya.

" Ah tadi aku malas berangkat cepat, oh iya linknya belum ku kirim jadi akan ku kirim sekarang " jawab Johnny yang duduk di meja kerjanya.

Yuta hanya mengangguk dan mereka berkerja, hari itu tengah ada rapat dan unit lain sedang mengambil kasus-kasus yang tengah berjalan.

Jadi Johnny dan Yuta tidak berhubungan dengan pembunuhan kali ini, tak lama ada panggilan untuk Yuta dari seseorang.

" Yuta! ada yang mencari dirimu " ujar salah satu atasannya yang membuat Yuta bergegas meninggalkan meja kerjanya dan keluar.

Sedangkan Johnny tetap di meja kerjanya dan mengurusi semua pekerjaannya, tak lama Ten datang ke mejanya dengan tergesa-gesa.

" Hei John, ayo ikuti aku kali ini ada kasus pembunuhan mut*las* " ujar Ten pelan yang membuat Johnny segera mengangguk.

Mereka berdua pun pergi ke sana dengan mobil Johnny, Ten menjelaskan semuanya tentang kasus pembunuhan yang brutal itu.

" Korbannya adalah orang Jepang, namanya Nakamoto Kazumi yang tinggal di Seoul, Korea dan kita akan menuju ke rumahnya, hanya ada dua orang di rumah itu tapi masih belum akan keterangan mereka, korbannya di kuliti dan kepalanya di potong dengan kapak tajam, tapi tak memungkinkan jika dia sendirian bisa menguliti semua tubuh korban " jelas Ten dengan panjang lebar.

" Itu memang mustahil Ten, itu bisa satu harian lebih jika di lakukan secara sendirian, pelakunya mungkin ada satu atau dua orang lagi yang membantunya " jawab Johnny yang mendengar akan itu.

" Marga nya Nakamoto, seharusnya Yuta kenal dengan wanita ini dan korban juga keturunan keluarga yang berdarah China dengan Jepang " lanjut Ten yang membuat Johnny mengetahui akan hal itu.

Mereka masuk ke dalam dan mencoba untuk tetap diam, tapi Ten tak kuat karena bau darah yang begitu tajam menusuk ke hidungnya.

" Ah.. aku tak bisa masuk ke dalam.. ini terlalu kuat aromanya " ujar Ten yang menutup hidungnya.

" Kau di luar saja, aku akan masuk ke dalam " balas Johnny yang langsung masuk ke dalam rumah itu.

Johnny melihat rumah itu berceceran akan darah di mana-mana, tebakan Johnny bahwa para pelaku pasti bersembunyi saat itu.

Dia berjalan ke kamar mandi terdekat dan menemukan potongan kaki disana, dia hanya bisa mengalihkan pandangannya dan melanjutkan perjalanannya.

Dia naik tangga, menuju lantai atas yang dimana bau darah itu semakin menyengat, Johnny menahan bau itu dan tetap menerobos kesana.

Dia melihat ada 4 ruangan disana, dia bingung mau melihat yang mana untuk di selidiki nya, dia memilih pintu kedua dari arah tangga itu.

Dia masuk ke dalam dan tak melihat darah namun bau darah itu semakin kuat, ternyata ada kamar mandi disana dan Johnny mencoba masuk ke dalamnya.

Sialnya dia bertemu dengan salah satu pelaku yang tengah memegang pisau daging, Johnny lantas kaget dan dia di serang oleh pelaku itu.

Johnny mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan itu kepada sang pelaku, hal itu membuat pelaku tersenyum dan menyerang Johnny.

Johnny menembak pelaku sedangkan pelaku hendak membunuh Johnny dengan pisaunya, hingga suatu ketika alat perang mereka tertukar.

" Sial, kenapa ada pisau ini? " tanya Johnny yang bingung jadinya.

" Haha polisi bodoh, kau akan mati sekarang " batin sang pelaku.

Pelaku itu menembak ke arah kepala Johnny, tapi beruntung Johnny mengambil pisau itu dan menghalanginya yang membuat Johnny tersenyum.

" Kau kira aku bodoh? kau lebih bodoh dibanding diriku " ujar Johnny yang mencapkan pisau itu di bantal sofa.

Johnny menghajarnya dengan tangan kosong, sang pelaku juga menghajarnya hingga mereka sama-sama sekarat dan Johnny sempat memborgol kedua tangannya.

Dia membawa pelaku itu turun ke bawa dan mengikat kakinya dengan tali yang ada di sana, dia kembali ke atas dan masuk ke ruangan paling ujung.

Ruangan itu bersih dan wangi tapi Johnny curiga, rupanya ada seseorang yang dari belakang akan memukul kepala Johnny, Johnny sadar karena pantulan kaca di depannya.

Dia menendang perut pelaku dengan kuat, mereka bertarung lagi dengan tangan kosong yang dimana akhirnya Johnny berhasil mengalahkannya lalu membawanya ke bawah serta mengikatnya.

Tapi sial, Johnny tak bisa bertahan lama karena dia tadi sudah di hajar beruntun, dia berjalan pelan sambil memegang lengan kanannya yang tertusuk pisau.

" Jo? apa kau masih kuat? " tanya Ten yang melihatnya.

" T-ten.. panggil Yuda dan petugas lainnya, aku tak tahan dengan ini " jawab Johnny yang membuat Ten panik.

" Apa perlu ku cabut pisau nya? " tanya Ten kepadanya.

" Don't, don't do that dear, I might faint from losing my blood.. " lirih Johnny yang nafasnya menjadi terbata-bata.

Johnny terduduk di tembok itu sambil mengatur pernafasannya, dia menelepon Winwin dan untungnya mereka cepat saat itu.

Tapi tidak dengan Johnny yang kehilangan kesadarannya karena dia menutup dada kirinya sedari tadi dengan tangannya, Ten kaget dan membuka tutupan tangan itu rupanya itu tusukan besar dari pisau yang membuat darah itu keluar banyak.

Ten menutup itu dengan kuat sambil menangis, dia tak menyangka jika Johnny menutup itu sedari tadi, dia terisak akan itu.

Tak lama Yuta dan Winwin serta petugas lainnya datang, Winwin menceritakan segalanya dan Johnny pun langsung dibantu ke rumah sakit oleh petugas lainnya.

"Love Story at Police Headquarters" | Johnten & Yuwin. [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang