bab 10

8.3K 451 7
                                    

⚛》》》》Happy Reading《《《《⚛

Hari berikutnya...

Saat ini Varo dan ke ketiga sahabat nya sedang berada
dikantin untuk mengisi perut mereka yang sudah berbunyi dari tadi.

Sedangkan untuk Kenzo, anak itu sudah di kembalikan kepada kedua orang tuanya.

"Lo kenapa Do?" Tanya Gema kepada Aldo yang sedari tadi murung.

"Gapapa cuman gasengaja liat mantan, yang lagi mesra-mesraan sama cowo lain," curhat Aldo.

Mendengar itu mereka menahan tawa.

"Kar'na kamu, aku rela menunggu semua
Sungguh berat yang kurasa
Kar'na kamu, aku tetap bertahan
Meskipun kini engkau di peluknya," nyayi Deon, sambil memainkan Gitarnya, entah dari mana pemuda satu itu mendapatkan gitar tersebut.

"Masih mungkinkah semua
Abadi seperti dahulu?
Kar'namu, selalu kar'namu
Ku cemburu," lanjut Varo, sekarang mereka langsung menjadi pusat perhatian karena suara mereka yang sangat merdu dan enak untuk didengar.

"Teruslah melangkah melupakan dirinya
Tinggalkan dia untukku sekarang
Saatnya tunjukkan semua tentang hatimu
Bahwa akulah yang pantas untukmu
Hanya kamu di setiap helaan nafasku
Hanya kamu, hanya kamu," Aldo, sekarang banyak siswa maupun siswi yang mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan momen langka tersebut.

"Aku tahu engkau sangat dipuja mereka
Bagai bintang yang bersinar
Aku tahu ini semua jalanmu
Tapi ku akan tetap menunggumu," Gema, mereka sangat menikmati lagu tersebut hingga tidak menyadari keadaan sekitar.

"Jangan tinggalkan semua
Sendiri seperti dahulu
Kar'namu, selalu kar'namu
Ku cemburu" Deon.

"Teruslah melangkah melupakan dirinya
Tinggalkan dia untukku sekarang
Saatnya tunjukkan semua tentang hatimu
Bahwa akulah yang pantas untukmu
Hanya kamu di setiap helaan nafasku
Hanya kamu, hanya kamu," Varo.

"Masih mungkinkah semua
Abadi seperti dahulu?
Kar'namu, selalu kar'namu
Ku cemburu, ho-oh" Aldo.

"Teruslah melangkah melupakan dirinya
Tinggalkan dia untukku sekarang
Saatnya tunjukkan semua tentang hatimu
Bahwa akulah yang pantas untukmu," Gema.

"Teruslah melangkah melupakan dirinya
Tinggalkan dia untukku sekarang
Saatnya tunjukkan semua tentang hatimu
Bahwa akulah yang pantas untukmu
Hanya kamu di setiap helaan nafasku
Hanya kamu, hanya kamu," Varo.

"Hanya kamu, oh-oh
Hm-mm-mm," Deon, Varo, Aldo dan Gema.

Mereka berempat sangat menikmati lagunya tanpa melihat sekitar, bahwa sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Kalian ngerasa ga sih, kalau kita lagi diperhatiin?" Tanya Gema.

"Bukan diperhatiin lagi tapi sambil Dipelitotin njing, liat sekitar deh," ujar Varo pelan.

Dengan serempak mereka menoleh dan benar saja, semua mata tengah tertuju ke arah mereka berempat.

"Hais malu banget gue," ujar Aldo.

"Bukan lo doang Do, kita bertiga juga malu," ujar Deon.

"Mending kita keluar yok, lama-lama merinding gue diperhatiin terus," ujar Varo yang disetujui oleh ketiga temannya.

Dengan segera mereka langsung keluar dari kantin, tapi tenang saja. Mereka sudah membayar makanan yang sempat mereka pesan kok.

Mereka berjalan beriringan di Koridor sekolah.

"Sumpah sih, baru kali ini jadi pusat perhatian," ujar Aldo, padahal bukan untuk yang pertama kali.

"Endas mu pertama kali," cibir Deon.

"Eh noh kakel lagi pada main basket," ujar Gema sambil melihat kearah lapangan yang terdapat beberapa kakel yang sedang latihan basket.

Lantas mereka ikut menoleh. "Wih keren," puji Aldo.

"Gue jadi pengen main basket," ujar Gema.

"Hooh perasaan dah lama gue ga main basket lagi," ujar Deon sambil menerawang kemasa lalu.

Sedangkan Varo hanya terdiam karena ia sedang malas bicara, entah lah kenapa.

"VAR AWAS!"

Dukkk

Brakk

"VARO!" Teriak mereka saat melihat Varo yang sudah tergeletak pingsan akibat tidak sengaja terkena lemparan bola basket dengan sangat keras.

Mereka langsung menggerubungi Varo. "Var bangun Var," ujar Deon sambil menepuk pelan pipi Varo.

Tapi tiba-tiba datang seseorang dan langsung menggendong Varo ala bridal style, dan membawanya menuju UKS.

Sedangkan mereka yang melihat itu terdiam bengong, apakah ini mimpi? Tapi ini sayangnya ini nyata.

Dengan segera, mereka langsung menyusul Varo dan Xavier ke UKS. Xavier? Ya yang tadi membawa Varo adalah Xavier, manusia yang mendapat julukan pangeran Es di sekolah.

Skipp

"Eughh,"

"Gue dimana?" Binggung Varo saat melihat sebuah kamar yang menurutnya asing.

"Tunggu, tadi kan gue ga sengaja kena bola basket. Terus gue pingsan, tapi kok sekarang bisa ada di sini? Seharusnya kan di UKS," binggung Varo.

Tapi tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok pemuda tampan dengan tubuh kekarnya yang menatap Varo lembut.

Xavier segera berjalan mendekati Varo, lalu duduk dikasur sebelah Varo.

"Udah bangun? Ada yang sakit?" Tanya Xavier lembut.

Varo mengerutkan keningnya binggung. "Lo siapa? Lo pasti bukan Xavier kan? Xavier yang gue kenal itu, dingin, datar, terus kejam. Hayo lo siapa? Atau lo makhluk yang merasuki tubuh Xavier ya?" Oceh Varo membuat Xavier menghela nafas pelan.

"Huft, gue Xavier Rey," ujar Xavier.

Varo terdiam mendengar panggilan itu, dengan cepat ia mengubah ekspresi nya menjadi datar. "Gue kan udah bilang. Jangan.pernah.panggil.gue.dengan.nama.itu," tekan Varo menatap tajam Xavier.

"Kenapa? Dulu gue pernah manggil lo dengan sebutan itu," ujar Xavier santai.

Varo terdiam sejenak. Dulu? Pernah? Tapi kapan? Varo tidak mengingat hal itu.

"Dulu? Emang kita pernah ketemu?" Tanya Varo yang masih dengan ekspresi datarnya.

"Rey mulai sekarang kamu milik ku,"

Varo terdiam mendengar itu karena itu merasa familiar ditelinga nya.

"Rey 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘶,"

"Rey 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘝𝘪𝘦𝘳,"

"𝘝𝘪𝘦𝘳 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘪𝘯 Rey,"

"𝘝𝘪𝘦𝘳, Rey 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘝𝘪𝘦𝘳,"

"Rey 𝘮𝘢𝘢𝘧, 𝘝𝘪𝘦𝘳 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘦 𝘑𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯,"

"𝘝𝘪𝘦𝘳 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘰𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢 Rey?"

"𝘔𝘢𝘢𝘧𝘪𝘯 𝘝𝘪𝘦𝘳, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘝𝘪𝘦𝘳 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘮𝘶,"

"𝘐 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘺𝘰𝘶 Rey𝘷𝘢𝘳𝘰 𝘈𝘤𝘩𝘪𝘭𝘭𝘦𝘴 𝘎𝘢𝘳𝘧𝘪𝘦𝘭𝘥 𝘙𝘺𝘥𝘦𝘳 𝘟𝘦𝘺𝘦𝘯,"

"𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘝𝘪𝘦𝘳 𝘺𝘢,"

"Rey 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘝𝘪𝘦𝘳,"

"Vier," gumam Varo.

Transmigrasi Elyen (BL) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang