D-Day
CHAPTER 32
.
Mobil pribadi Sekjen Lee yang dikendarai oleh Kwon Dae Yeon melaju dengan tenang di jalan kota Seoul. Hari ini mereka tidak memiliki acara lain selain pulang ke kediaman Sekjen Lee.
Melihat Sekjen Lee termenung seusai menutup panggilan dari Seo In-Wook, Kwon Dae Yeon menyampaikan usulannya. "Lebih baik mengirim orang untuk mengawasi Leeteuk."
"Tidak perlu." Sekjen Lee menolak dengan tegas.
"Tetapi...."
"Tidak perlu." Tolak Sekjen Lee lagi, tanpa sedikit keraguan pun dalam suaranya.
Mobil berhenti karena lampu merah menyala. Kwon Dae Yeon menatap sosok Sekjen Lee melalui kaca spion. Ia benar-benar heran akan sikap Sekjen Lee yang selalu berbeda terhadap Leeteuk.
"Tuan Lee, ada yang ingin kutanyakan."
"Ya?"
"Apakah Anda percaya saya?"
"Menurutku tidak," jawab Sekjen Lee sambil melihat keluar dari jendela samping.
Kwon Dae Yeon terus menatap Sekjen Lee lewat kaca spion tengah untuk melihat reaksi yang muncul di wajah orang yang ia dukung dengan setia selama ini.
"Bagaimana dengan Seo In-Wook dan rekan-rekan lainnya?"
"Mereka tidak bisa dipercaya." Sekjen Lee menjawab dengan cepat dan keyakinan penuh, membuat kening Kwon Dae Yeon semakin tertaut.
"Leeteuk?"
Sekjen Lee kali ini diam. Matanya hanya menatap pemandangan di luar jendela mobil.
"Bisakah Anda memberitahuku alasannya?" tanya Kwon Dae Yeon. Di antara semua yang ikut dalam gerakan revolusi, ia paling tidak menyukai Leeteuk. Ia tidak bisa percaya agen SP yang terkenal lurus dan mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaannya itu bisa bergabung dengan tujuan murni. Tetapi tampaknya Sekjen Lee berbeda pendapat dengannya.
"Kenapa kamu bertanya?" Sekjen Lee bertanya kembali.
"Untuk berjaga-jaga." Kwon Dae Yeon menjawab. Ia bersungguh-sungguh mendukung Sekjen Lee, dan ia tidak ingin ada musuh yang menusuk tuannya dari belakang.
"Jangan khawatir, dia tidak akan berkhianat," jawab Sekjen Lee setelah terdiam beberapa saat.
Kwon Dae Yeon terpaksa harus puas dengan jawaban itu.
Lampu berubah menjadi hijau. Mobil kembali meluncur menuju kediaman Sekjen Lee.
.
.
Kediaman PM Yu
Perdana Menteri Yu duduk bersandar di kursi kerjanya yang mewah. Sebentar lagi ia mungkin harus pindah dari Kediaman Resmi ini jika tidak terpilih sebagai Perdana Menteri untuk kedua kalinya.
Pikiran PM Yu melayang pada peristiwa 20 tahun lalu, saat ia menghadiri pemakaman hoobae-nya Park Hye Joon. Ia teringat tatapan mata anak bungsu hoobae-nya itu, yang menatapnya dengan penuh kebencian.
Pikirannya juga melayang pada kejadian di depan stasiun kereta yang ia buat untuk mengalihkan rumor keterlibatannya terhadap kasus bunuh diri Park Hye Joon, sekaligus untuk menaikkan kesan baiknya di mata masyarakat. Ia teringat tatapan mata Kyuhyun kecil saat ia hendak meninggalkannya sendirian di tengah hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D-DAY [COMPLETED]
FanfictionCerita ini berpusat pada petugas SP baru bernama Cho Kyuhyun (25). Dia menyaksikan orang tuanya dibunuh dalam terorisme terhadap seorang politisi ketika dia masih kecil. Trauma ini membuat panca inderanya sangat tajam. Ia memiliki memori fotografi...