Bab 56

197 13 0
                                    

"TIDAAAK !!" Clarisa berteriak histeris saat kepala Hans menggelinding tak jauh darinya.
Kedua lengan itu meraup keras wajahnya yg berlumur darah.

Sedangkan para rakyat bersorak gembira akhirnya pemberontak di hukum mati.

"Hidup Duke Arthur Guardhian hidup "

"Hidup"

"Hidup"

Seruan para rakyat membuat Duke menatap puas. Ia menunduk melihat Clarisa yang hanya menatap kosong mayat di hadapannya.

"Max"

"Ya tuan "

"Bawa gadis ini dan obati lukanya "

"Baik tuan"

Duke Arthur berbalik menuju kuda hitamnya, ia meninggalkan alun-alun kota menuju suatu tempat.

"Aku melakukan kesalahan kedua kalinya tapi jika aku tidak melakukan semua ini mungkin saja dia akan berbuat lebih jauh aku tidak akan membiarkan seseorang melukai milik ku ya Clarisa Mirellia adalah milik Arthur Guardhian !!" Batin Arthur tanpa ia sadari ia telah melukai hatinya sendiri.

Ngiiiikk

Kuda berhenti, kini Arthur sudah ada di atas bukti dengan pepohonan menjulang tinggi. Ia turun dari kuda. Semilir angin menghempaskan wajahnya yang berubah sendu.

Arthur berjalan semakin masuk kedalam hutan. Beberapa kali desisan ular terdengar dari balik semak-semak. Burung gagak berterbangan di atas awan yang semakin mendung. Namun langkah Arthur tak gentar ia berjalan dengan tatapan kosong bola mata merah itu seolah menghunus setiap sudut hutan.

Brukk
Arthur terjatuh kedua lututnya bersimpuh di samping gundukan tanah.

"Ibunda maafkan aku aku bahkan gagal menjaga hati gadis ku sendiri aku tidak bisa membiarkan mereka mengetahui yang sebenarnya " di akhir kalimatnya duke Arthur terisak pelan bahu nya bergetar, kedua lengan kekar itu mengusap nisan yang bertuliskan Sena Arora Guardhian ibunda Arthur.

Tidak ada yang tahu di balik wajah nya yang selalu terlihat tak berekspresi dan tak berperasaan sebenarnya ia juga hanya manusia biasa bahkan hatinya sangat lemah kata iblis yang selalu di dengarnya adalah kekuatan bagi Arthur untuk terus bertahan. Setiap tahunnya Arthur akan mengadakan peringatan kematian Duchees lalu setelah tiga hari ia mendatangi makam ibunda tercintanya seorang diri. Tapi kali ini berbeda ia mendatangi makam ibundanya dengan duka dan luka baru perasaanya benar-benar hancur melihat Clarisa yang sangat menderita. Kekuasaan yang Arthur miliki rasanya sudah tak berarti apa-apa. Kini ia tahu siapa iblis sebenarnya Thomaso !! Ya kaisar tamak itu adalah iblis sesungguhnya ia telah menghabisi Duchees Sena ibundanya.

"Kali ini giliran pembalasan dendam ku tak akan ku biarkan kaisar tua bangka itu hidup dengan tenang di atas kekuasaan nya"ucap Duke Arthur dengan suara dingin dan menekan. Ia lalu mencengkram tanah makam ibundanya tatapan tajam itu menghunus setiap buliran tanah yang jatuh seolah membayangkan itu adalah darah kaisar Thomaso.

"Ibunda aku akan membawakan darah pembunuh yang sebenarnya"

.
.

"cuaca begitu terik ayahanda bagaimana mungkin pelayan bodoh ini mengipasi ku begitu pelan lebih keras lagi bodoh!!" Teriak lolyana yang kini sedang bersantai sembari di layani oleh para pelayan nya. Ada yang mengipasi di kedua sisi ada yang memijat kedua kakinya dan ada yang menyuapinya buah anggur segar.

Sedangkan kaisar Thomaso memutar matanya malas begitulah kelakuan putri ku kalo tidak memaki ya membunuh batin nya. Namun bagaimanapun putrinya adalah aset kesayangan dan yang paling berharga di hidupnya ia akan di pergunakan untuk pernikahan politik kelak batin kaisar Thomaso tertawa jahat.

Tawanan Polos Sang Tiran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang