bab 54

168 15 2
                                    

Melihat Duke Arthur yang menangis tergugu di hadapan sebuah lukisan membuat Clarisa kian merasa penasaran sebenarnya kisah apa di balik kematian mendiang Duchess mengapa Duke masih belum bisa melupakan nya. Batin Clarisa

Setelah cukup lama, Duke Arthur akhirnya berdiri dan berjalan menaiki tangga Clarisa tetap diam memperhatikan bagaimana caranya agar tangga itu bisa kembali muncul nantinya.

Takk
Setelah Duke Arthur pergi akhirnya Clarisa keluar dari tempat persembunyian nya. Ia melihat ke sekeliling yang sangat temaram di mana hanya ada beberapa lilin yang menyala di sudut ruangan.

Perlahan-lahan Clarisa melangkah mendekati lukisan tadi. Karna cahaya yang temaram membuat lukisan itu kurang jelas terlihat, dengan inisiatif Clarisa mengambil lilin lalu kembali lagi ke tempat semula

"Cantik sekali jadi ini mendiang Duchess wajah nya tampak seperti seorang ibu yang begitu lembut" ucap Clarisa dengan memerhatikan wajah Duchess dalam lukisan sesekali tangannya mengusap pelan lukisan itu.

Setelah puas memperhatikan wajah Duchess kini Clarisa berbalik memperhatikan patung yang di tutupi kain putih. Clarisa menarik kain putih itu terlihatlah patung yang menyerupai wajah Duchess sangat anggun batin Clarisa.

Seeet
Clarisa membuka sebuah peti kecil di sudut ruangan di sana ada beberapa perhiasan yang tertata rapih

"Liontin ini seperti aku pernah melihat nya tapi di mana ?" Tanya Clarisa

Sekejap ucapan Duke Arthur melintas di pikiranya di mana liontin ini pernah di berikan padanya saat ia melamar Clarisa namun tentu Clarisa tolak.

"Jadi ini liontin turun temurun keluarga Guardhian liontin nya mengingatkan ku pada kedua mata Duke Arthur merah tajam seperti tatapan yang haus akan darah" lirih Clarisa lalu mengembalikan kembali liontin tersebut pada kotak nya.

Beralih ke sebelah nya ada peti yang lebih besar saat Clarisa membukanya ternyata sebuah gaun berwarna merah. Perlahan lahan Clarisa mengambil gaun itu.

"Sangat indah warna merah yang anggun dan terlihat berani " ujar Clarisa. Gaun itu memang indah Clarisa kembali teringat akan lukisan duchess saat ia melihatnya lagi ternyata Duchess di lukisan juga memakai gaun merah ini.

Lama Clarisa melihat lihat tempat itu tidak ada yang lain ia masih bingung dengan semua ini keanehan ini sebenarnya apa yang terjadi pada Duke Arthur. Apa kelemahannya adalah Duchess tapi beliau sudah tiada bukan jika kelemahannya memang Duchees mungkin saja ada yang terjadi di masa lalu hal yang membuat ia menjadi tiran berdarah dingin.

Lagi-lagi Clarisa berfikir kembali menatap lekat lukisan Duchess di sana dan boom ia menemukan sebuah ide.

"Nanti malam adalah malam terakhir dimana duka seseorang akan tertoreh kembali di situlah pertanyaan ku akan terjawab terkadang penjahat juga akan merasakan kelemahan hati saat itu terjadi semua akan lebih mudah untuk ku lakukan " lirih Clarisa dengan tekad di matanya.

.
.

"Duke ini malam terakhir setelah ini semua rahasia akan terjawab " ujar Max.

"Bagus beritahu padanya sebentar lagi ia akan menyusul korban korban nya untuk melayang ke neraka !!" Tekan Duke Arthur dengan amarah di wajah nya.

Setelah ritual malam terakhir tadi kini Duke Arthur duduk merenung  meratapi kegagalannya dalam menjaga sang ibunda dulu bagaimana bisa ia rela jika para pelaku masih tenang mengangkat kaki di atas kekuasaan sedangkan ibundanya kesakitan di sana. Botol-botol anggur merah sudah bersekaran di mejanya sesekali kedua lengan kekar itu memukul meja dengan kesal.

Kriing

Kriing

Suara gelang kaki terdengar di aula yang sunyi itu. Kedua mata Duke berusaha terbuka walau samar-samar ia melihat bayangan seseorang memakai gaun merah.

Tawanan Polos Sang Tiran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang