bab 58

515 17 7
                                    

Mereka sama-sama tertawa dan kembali menghabiskan sayur sup dan roti itu tanpa mereka sadari mereka sudah makan satu piring bersama-sama benar-benar tak terduga.

Sejenak Arthur terdiam, lengan kekarnya meraih wajah Clarisa pelan, Clarisa diam menatap bola mata merah yang menatap nya tajam entah kenapa perasaan yang semula hangat rasanya kembali dingin seolah-seolah tatapan Arthur kembali membunuh jiwanya.

Jemari Arthur turun membelai pipi Clarisa dengan lembut dan tanpa di duga Arthur menekan kedua pipi Clarisa sembari menyeringai ia berkata

"Sudah ku katakan kau akan belajar arti dunia sesungguhnya hati mu masih saja naif dan dengan mudah mempercayai ku kembali padahal kau baru saja berkata aku adalah pembunuh aku adalah iblis tapi lihat apa kau sadar kau baru saja membiarkan iblis ini kembali memasuki hatimu dengan mudahnya bahkan tanpa kau pikir ia bisa dengan mudah merenggut jiwamu Clarisa..." Kedua mata Clarisa membola menatap tajam Arthur.

"Apa yang di maksud Duke Arthur apa ia akan membunuhku saat ini juga" batin Clarisa ketakutan.

"Hmm kau benar aku akan membunuh mu saat ini juga hahaha" Arthur melepas kasar tangan nya hingga membuat wajah Clarisa tertoleh ke sisi. Arthur kini berdiri dan tertawa keras menatap keluguan wajah gadis di depan nya.

Sreeeng
Suara gesekan pedang yang di ambil dari serangkanya membuat Clarisa ketakutan ia berusaha berdiri dan menjauhi Arthur

"Stsss kau tidak perlu takut Clarisa  ini tidak akan menyakitkan aku akan menghitung mundur untuk melepaskan jiwa suci mu dari tubuh itu" Arthur semakin mendekati Clarisa dengan mengacungkan pedangnya siap menebas kepala Clarisa kapanpun ia mau.

"Apa yang tuan lakukan kenapa melakukan ini padaku apa apa aku tidak di beri kesempatan untuk tetap hidup aku memang menginginkan kematian tuan tapi itu bukan sekarang aku masih ingin menemukan tempat peristirahatan kedua orang terkasih ku aku mohon kali ini saja biarkan aku hidup tuan " Clarisa menyatukan kedua lengannya memohon dengan tubuh bergetar takut ia pikir ia telah salah membiarkan hatinya kembali terbuka untuk sosok pembunuh seperti Arthur.

"HM begitu ya tapi aku tidak peduli aku akan mulai menghitung untuk kebebasan mu, itu akan lebih baik dari pada kau terus terluka dan semakin hancur di dunia ini Clarisa " balas Arthur dengan suara nya yang semakin dingin

"Tiga... dua ..."
Pedang panjang dan tajam mengkilat kini sudah menempel di leher Clarisa. Clarisa hanya mampu menutup matanya dengan bulir bening yang berjatuhan

"Satu !!"
Sreengg

"Uhukkk" semburat merah menyembur pada pedang Arthur.

Clarisa menekan dan memukul-mukul dadanya kuat, rasanya terlalu sesak dan menyakitkan. Darah terus mengucur dari hidung dan mulut nya.

Brukk
Clarisa terjatuh ia tak kuat lagi menopang tubuhnya yang semakin kesakitan. Pandangannya yang semakin memburam berusaha menatap Arthur yang kini sudah terduduk juga di hadapannya.

Arthur melempar pedang nya asal, ia terduduk di hadapan Clarisa yang sedang kesakitan, dengan cepat kedua lengan Arthur meraih tubuh Clarisa dan mendekap nya pelan seolah takut ia semakin menyakiti tubuhnya

Clarisa yang masih sadar berusaha mengangkat tangannya, dengan susah payah akhirnya ia berhasil menyentuh wajah pria yang memangkunya. Lelaki yang berhasil masuk kedalam hatinya sekaligus lelaki yang telah membunuh jiwanya

"Tu tuan ukhuukk aku kalah aku kalah aku mencintai mu lagi dan lagi begitupun di kehidupan selanjutnya " ujar Clarisa terbata-bata, ia kembali memuntahkan cairan merah. Tanpa jijik Arthur mengelap pelan mulut gadis nya.

"Stsss tidur lah dengan tenang setelah ini kau tidak akan merasakan rasa sakit lagi aku berjanji kita akan kembali bersama tidak perlu di kehidupan selanjutkan esok pun kita akan bersama dan begitupun seterusnya dimana ada Arthur Guardhian di situ ada Clarisa Mirellia " ucap Arthur dengan lirih Clarisa hanya mendengar samar ucapan Arthur tak lama pandangan nya semakin menggelap dan

Bruk
Lengan rapuh itu terjatuh lemas pertanda tak lagi ada jiwa yang hidup di dalam nya

"Tidak Clarisa Clarisa aku mencintaimu apa kau mendengarku bangunlah kau akan menjadi ratu setelah ini tak perlu takut lagi meski dunia ini mengerikan tetap ada aku yang akan menjadi bayangan mu bangun lah ku mohon" Arthur tergugu menangis dan mendekap tubuh dingin milik Clarisa.

Tak lama kemudian Arthur membuka kasar jas kebesarannya ia membungkus mayat Clarisa dan menggendong nya perlahan.

Arthur meninggalkan ruang bawah tanah. Tatapan matanya yang kosong membuat siapapun bergidik ngeri. Arthur berjalan sembari mendekap erat mayat Clarisa. Gelap nya malam seolah membisu menyaksikan duka yang di alami tiran berdarah dingin itu. Bahkan rembulan enggan menunjukan dirinya seolah ia takut bola mata merah milik Arthur akan membakar habis cahayanya.

Ngikkkk

Ringikan kuda menjauhin kediaman Duke Arthur.

.
.

Kreeek

Arthur kembali datang di kediaman nya bajunya kotor oleh darah dan tanah, tatapan nya benar-benar kosong tanpa ia sadari ia melewati seorang gadis kecil bergaun putih

"Kakak" panggil gadis kecil yang masih berdiri tak jauh dari Arthur hal itu membuat Arthur berbalik dan mendekati gadis kecil itu. Arthur berjongkok dan menghapus air matanya

"Kenapa Thalita belum tidur sedang apa di lorong sendirian" tanya Arthur

"Kakak jangan bersedih thata mengerti perasaan ka Arthur. Jangan bersedih untuk yang telah pergi berjanjilah ka Arthur akan melupakan nya berjanjilah ka Arthur akan menghapus ia dalam ingatan Kaka" balas Thalita

Gadis kecil berusia 5 tahun itu seolah mengerti perasaan hancur Arthur nuraninya mengatakan ia sedang merasakan duka yang mendalam.

"HM kau sudah semakin pintar yah sekarang kembali lah ke kamar mu kakak akan beristirahat " Thalita mengangguk patuh ia berlari kecil meninggalkan Arthur.

.
.

"Bagaimana apa jalang itu sudah mati ??" Seorang wanita menatap tajam pada pria berpakaian serba hitam di hadapannya

"Benar tuan putri jalang itu sudah mati bahkan tanpa perlu mengotori tangan saya ia mati di tangan duke Arthur " balas pria berpakaian hitam

"Apa kau yakin bagaimana mungkin Duke Arthur membunuh pujaan nya sendiri apa kau sudah memastikan mayat nya !!" Tanya lolyana tak percaya

"Ya tentu saya turun ke dasar jurang untuk menemukan mayat gadis itu memang dia sudah mati bahkan mungkin sekarang mayat nya sudah di makan hewan buas bagaimana bisa saya berani berbohong tuan putri " ujar si pria berpakaian hitam dengan yakin

"Aneh tapi ini kabar yang sangat baik besok aku akan melihat kekasih ku langsung Duke Arthur aku tak sabar menemuimu sayang " lolyana tertawa senang ia mengambil sekantung koin besar dan melemparnya pada si pria

"Terimakasih tuan putri "

"Pergi aku akan berpesta hahah" lolyana kembali ke kamar nya ia menari-nari kegirangan bahkan kedua pelayan nya bergidik ngeri

"Hey pelayan bodoh sedang apa melihat ku beraninya kau karna kali ini aku sedang senang dan telah menghabisi lalat yang menganggu kekasih ku mari kita rayakan bawakan aku anggur merah 2 botol oh tidak 3 botol tentunya dengan cangkir berlian kesukaan ku hahaha " kedua pelayan lolyana segera menuruti keinginan tuan putrinya yang kini masih menari-nari tak jelas.











12 mei 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tawanan Polos Sang Tiran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang