06

544 25 0
                                    

Sebelum membaca jangan luoa vote dulu.

Kalian baca ini jam berapa??

Enjoy!!!

_________

"Bunda..." Khansa langsung memeluk wanita berhijab yang masih sangat cantik itu.

"Assalamualaikum," Akhtar menyusul di belakang Khansa dan langsung menyalami bundanya.

"Bunda kangen loh sama kalian, ayo duduk dulu," bunda menggandeng tangan Khansa untuk duduk di sebelahnya. Maklum, bunda Akhtar sangat senang Khansa jadi bagian dari keluarga mereka, apalagi perempuan. Karena anak-anak bunda laki-laki semua.

"Gimana sekolah kamu?"

"Lancar, bunda,"

"Oh iya, Akhtar ngga jahat sama kamu kan?"

Akhtar yang mendengar namanya di sebut-sebut menatap bundanya dengan helaan nafas. Memang dirinya penjahat, sampai bundanya bilang seperti itu.

"Ngga kok Bun, Akhtar baik sama Khansa," Khansa menatap Akhtar sekilas sebelum kembali menatap bunda dengan senyuman tipis.

"Akhtar cuek ngga sama kamu?"

"Emm, biasa aja tuh, bunda. Malah Akhtar banyak bantu khansa,"

"Es nya udah meleleh ya, Tar," bunda menatap putranya itu dengan alis di naik turun kan.

"Apasih, Nda. Oh iya, ayah belum pulang?" Tanya Akhtar saat tak melihat ayahnya. Dan menghiraukan godaan bundanya tadi.

"Ayah kamu ke pesantren, baru pulang lusa,"

"Kok ngga ngabarin Akhtar?"

"Kamu kan pengantin baru, masa udah mau ninggalin istrinya si," bunda mencolek dagu Khansa dengan senyum tak biasa.

"Pesantren?" Bingung Khansa yang tak tahu apa-apa. Dirinya hanya orang lain yang masuk ke keluarga Akhtar, jelas ia tak tahu semua seluk beluk keluarga cowok itu.

"Iya, Sayang. Kakek Akhtar punya pesantren di Jawa Timur, terus ayahnya Akhtar selain kerja di kantor sering ke sana, Akhtar dulu juga sering ikut,"

Khansa menatap Akhtar yang juga menatap nya. Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya seolah bicara 'apa?'

"Bener, waktu ijab Qabul make bahasa arab." Batin khansa.

Saat itu Khansa belum menyadari, padahal hampir seluruh keluarga Akhtar datang ke pernikahan mereka. Tidak heran juga jika di pikir-pikir kalau almarhum ayah dan bundanya bisa mengenal keluarga Akhtar, karena ayahnya juga cukup mendalami ilmu agama. Katanya, ilmu agama itu sangat penting, bunda Khansa juga sama.

Bahkan saat ada acara pengajian saat Khansa meminjam jilbab bundanya itu, yang ia dapatkan kebanyakan jilbab yang berukuran syar'i. Kakak Khansa juga cukup mendalami ilmu agama. Walaupun ia seorang pilot, tapi kakaknya itu tidak pernah tertinggal solat lima waktunya. Jika belum menikah, pasti kakak nya itu jadi idaman. Di keluarga memang Khansa yang melenceng sendiri entah meniru siapa. Solat lima waktu saja ia masih sering bolong, waktu orang tuanya masih ada. Bukan karena ia tidak di peringati oleh ayah atau bundanya. Tapi Khansa yang sering kali berbohong, bilang solat padahal tidak.

Ia jadi merasa tidak pantas untuk Akhtar.

"Khansa mau dong kapan-kapan ke pesantren, Bun," ucap gadis itu antusias.

"Bilang sama suami mu itu dong," ucap bunda.

Khansa langsung menatap Akhtar. "Ya? Boleh kan?" Tanyanya.

Akhtar & KhansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang