21

322 17 2
                                    

Vote doloooo yaw!

Happy reading💗🎀

********

Tepat jam enam pagi Akhtar dan Khansa sudah bersiap untuk berangkat. Karena jarak Jakarta ke Semarang memakan waktu hingga tujuh jam, Akhtar memilih berangkat lebih awal.

Keduanya saat ini sudah berada di dalam mobil. Sebelum menyalakan mesin mobil, Akhtar diam beberapa detik menatap ke arah Khansa yang duduk di sebelahnya.

"Cantik," ujarnya pada Khansa yang saat ini tengah sibuk sendiri dengan tas yang gadis itu bawa di pangkuannya.

Khansa menghentikan tangannya yang sibuk meneliti isi di dalam tas nya, dengan pandangan yang mengarah pada Akhtar.

"Bilang apa tadi?" Tanya gadis itu kembali karena tadi dirinya tidak terlalu memperhatikan.

"Nggak jadi," ujar Akhtar dan langsung menyalakan mesin mobilnya.

Khansa mengangkat bahunya acuh. Dan kembali sibuk melihat-lihat isi tas nya. Gadis itu takut jika sesuatu tertinggal.

Merasa di perhatikan, Khansa mengalihkan pandangannya pada Akhtar.

"Kenapa? Jangan ngeliatin mulu ih,"

"Nggak boleh ngeliatin istri sendiri?"

Wajah Khansa bersemu mendengar nya. Ia mengalihkan pandangannya pada jendela mobil.

"Cantik," lanjut cowok itu, membuat Khansa bertambah salah tingkah.

"Gue memang cantik, baru nyadar?" Ucap Khansa berusaha bersikap sok cool.

Akhtar terkekeh mendengar nya.

Keduanya akan pergi ke pondok pesantren milik kakek Akhtar yang di janjikan Akhtar pada Khansa.

Khansa kini tengah memakai abaya berwarna putih dengan kerudung berwarna senada. Sangat cantik, dan cocok di gunakan oleh gadis itu. Khansa bersiap-siap di bantu oleh bunda Akhtar karena mereka berangkat dari rumah kedua orang tua Akhtar.

Akhtar juga terlihat bertambah tampan dan berwibawa dengan baju Koko berwarna putih senada dengan pakaian Khansa dan tidak lupa peci hitam yang lelaki itu kenakan. Bertambah berkali-kali lipat lagi ketampanan Akhtar di mata Khansa, saat lelaki itu memakai kaca mata.

"Ini beneran suami gue??" Berkali-kali Khansa membatin dalam hati nya saat melihat Akhtar.

"Khansa,"

"Ya?---"

Ucapan Khansa terpotong dengan Akhtar yang mencium pipi nya tanpa aba-aba sebelum keduanya tertawa menahan salah tingkah mereka masing-masing.

Entah sejak kapan Khansa mulai terbiasa dengan sikap Akhtar yang selalu tiba-tiba. Walaupun hanya sekedar mencium pipi atau dahi, namun sekarang hal itu sudah seperti menjadi kebiasaan Akhtar.

"Buruan berangkat, Tar!" Omel Khansa dengan mengalihkan pandangannya.

*****

"Assalamualaikum," ujar Akhtar saat ia dan Khansa melangkah kan kaki memasuki gerbang pesantren. Mereka di sambut dengan senyuman hangat dari beberapa ustadz dan ustadzah yang sudah menunggu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ahlan Wa Sahlan Gus Akhtar dan istri,"

Sebelum melanjutkan langkahnya, Akhtar berucap pada Khansa yang berdiri di sebelahnya. "Samperin para ustadzahnya, gue sama yang laki-laki," ujar Akhtar pelan, Khansa langsung mengangguk paham.

Akhtar & KhansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang