Yok bisa yok vote dulu sebelum baca shay.
Kalau boleh tau readers asal nya dari mana aja?
Oke, selamat membaca 💗
_______
Dengan bujukan panjang dari bunda dan Khansa, akhirnya Akhtar mau ke rumah sakit.
Kata dokter Akhtar kelelahan, hingga sistem pertahanan tubuhnya menurun sampai cowok itu demam seperti sekarang. Untuk tidak sampai hipertermia.
Saat ini Khansa tengah mengupas buah apel untuk cowok itu.
"Kepala gue masih pusing," ucap Akhtar pelan.
"Kata dokter tekanan darah lo naik. Lo banyak pikiran?"
Akhtar menatap Khansa yang duduk di samping ranjang pasiennya.
"Dikit, masalah kerjaan," ucap cowok itu.
"Gue apasih di hidup lo? Kalau punya masalah atau apapun itu lo bisa cerita ke gue, Tar. Kalau kaya gini kan gue ngerasa cuman jadi beban lo aja," cerocos Khansa dengan tangan mengulurkan buah apel yang sudah di potong ke depan mulut Akhtar.
"Iya," ujar Akhtar sebelum menerima suapan Khansa.
"Iyi," tiru Khansa.
Akhtar hanya menanggapi dengan senyum geli.
"Kena darah tinggi tau rasa,"
"Astaghfirullah,"
"Makanya, apa-apa itu cerita ke gue,"
"Iya, Sa."
Khansa menanggapinya dengan memenye-menye kan bibirnya.
"Lo nggak sekolah?"
"Ya lo pikir gue bakal ninggalin lo gitu?"
"Thanks, tapi gue baik-baik aja,"
"Udah deh, diem bisa nggak!" Sungut Khansa. Entah lah hari ini rasanya dia ingin memakan Akhtar.
"Lo datang bulan?"
"Iya! Mau gue makan, lo?!"
Akhtar menghela nafasnya sabar. Khansa itu jika tengah datang bulan bisa menjadi sangat ganas, ia saja baru tahu belum lama ini.
Ruangan hening itu di isi dengan suara kunyahan Akhtar yang pelan.
Akhtar memperhatikan Khansa yang menunggunya mengunyah sebelum kembali menyuapinya lagi. Ia menahan senyum gelinya. Padahal ia bisa makan sendiri, tapi melihat suasana hati gadis itu yang sedang sensitif ia menerima perlakuan nya, toh dirinya tidak meminta untuk di suapi.
"Nanti pas bunda kesini, gue mau pulang," ucap Khansa membereskan sampah kulit buah yang Akhtar makan tadi, membuangnya ke kotak sampah.
"Iya,"
Khansa kembali duduk di samping Akhtar, mendengus.
"Gue bisa pulang kapan?"
"Mungkin besok,"
Akhtar menganggukkan kepalanya.
"Lo nggak mau nanya, gue pulang mau ngapain?"
Cowok itu hanya mengangkat sebelah alisnya. "Ngambil keperluan gue buat disini?"
"Iss! Ogah amat,"
"Terus?"
"Assalamualaikum," bunda datang dengan membawa tas berisi keperluan Akhtar. Tadi bunda memang menawarkan diri, dan Khansa menyetujuinya walaupun ia merasa kembali tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhtar & Khansa
RomanceAKHTAR IQBAL ALFAUZI Cowok datar, cuek, tak tersentuh (katanya). Siapa sangka dia termasuk anggota geng yang waktu SMA terkenal sebagai pentolan sekolah karena sering tawuran. Tidak banyak orang tau sifat asli Akhtar selain orang tua nya dan keempa...