10

484 20 0
                                    

Selamat membaca 💗

_________

Akhtar terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ternyata semalam ia ketiduran di sofa yang membuat tubuhnya terasa sakit semua sekarang.

Lelaki itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah empat, masih ada waktu untuk melaksanakan solat tahajjud. Ia segera beranjak dari duduknya, namun pandangannya memburam. Tangannya memegang pinggiran sofa untuk menyangga tubuhnya yang sedikit oleng dengan kepala yang ia gelengkan, menghilangkan rasa pusing di kepala nya. Merasa penglihatannya kembali terang, Akhtar langsung melangkah ke kamar mandi dengan langkah pelan.

Cowok itu melaksanakan solat sunah tahajjud. Setelah selesai, ia berniat untuk membaca Alquran sambil menunggu azan subuh.

Khansa menggeliat dalam tidurnya saat samar mendengar suara. Gadis itu membuka matanya perlahan menyesuaikan dengan cahaya lampu yang terang. Pandangannya langsung menuju ke arah Akhtar yang tengah mengaji dengan suara yang indah.

Gadis itu menegakkan tubuhnya. "Akhtar," panggilnya.

Akhtar langsung menoleh pada Khansa. "Sorry, ganggu tidur lo, ya?" Ucapnya.

Khansa menggeleng. "Jam berapa sekarang?"

"Empat lewat lima belas,"

Khansa mengangguk, gadis itu menguap lebar membuat Akhtar kembali membuka suara.

"Tutup mulut lo,"

Khansa menatap Akhtar bingung. Apa salahnya?

"Kenapa?"

"Kalau nguap tutup pake tangan," peringat Akhtar.

Khansa berdecak. Gadis itu langsung turun dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi, membuat Akhtar menggelengkan kepala sebelum kembali mengaji dengan khusuk.

Akhtar terkejut saat tiba-tiba Khansa duduk di hadapannya sudah rapi dengan mukena putih yang gadis itu kenakan. Sangat cantik dan manis.

"Gue mau ngaji. Lo kalo mau solat tahajjud bangunin gue dong, gue pengen ikut," ucap Khansa.

Akhtar menatap Khansa dengan bibir berkedut, sebelum tangannya terangkat ingin mengusap puncak kepala Khansa yang terbalut mukena itu sebelum gadis itu mundur sedikit.

"Ih! Nanti batal!" Ucap gadis itu galak.

Akhtar terkekeh geli dan menarik tangannya kembali.

"Nggak-nggak. Lo ngaji sampe mana?"

"Juz pertama," ucap Khansa polos.

Akhtar menatap Khansa dengan alis terangkat sebelah.

"Yeeee.. gini-gini gue udah khatam lima kali ya. Jangan remehin gue,"

"Oh ya?"

Khansa mengangguk semangat. "Gue juga ada hafalan juz tiga puluh. Dulu ayah yang nyuruh, terus gue sering setoran hafalan juga ke ayah kalo ngga ke bunda. Tapi sekarang ngga bisa lagi," Khansa menunduk lesu.

"Kan bisa setoran ke gue," ucap Akhtar.

Khansa menegakkan kepalanya menatap Akhtar lekat. "Karena udah lama ngga gue hafalin lagi, sekarang sebagian hafalannya gue lupa,"

Akhtar mengangguk. "Ngga apa-apa, sekarang hafalin lagi, terus setor ke gue. Insyaallah gue bantu,"

Menghafal Al Quran itu mudah, yang sulit itu mempertahankannya, dan yang paling sakit itu adalah saat membaca beberapa surat lalu hati berbisik, 'dulu aku pernah hafal ayat ini'.

Akhtar & KhansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang