42

154 14 13
                                    

Bangunan tinggi sebuah gedung tua yang kini sudah di rombak sedemikian rupa menjadi daya tarik Min Yoongi.

Sudah dua hari Yoongi berada di Daegu, tempat kelahirannya juga tempatnya pulang.

Setelah melewati lika-liku hati juga berpuluh-puluh pertanyaan dari orang tuanya, di sinilah ia sekarang.

Sebuah gedung yang beberapa waktu lalu menjadi kontroversi masyarakat Daegu.

Namun kini menjadi tempat yang paling ingin Yoongi kunjungi.

'Masjid Agung'

Bangunan dengan beberapa lantai yang lebih lebih mirip Ruko ini merupakan masjid yang didirikan oleh warga Indonesia, awalnya pembanugunan  masjid ini di tentang keras oleh warga anti islam Daegu, namun kini sudah berdiri tegak dan tak pernah sepi oleh orang-orang muslim yang hendak beribadah.

Selepas sarapan tadi, Yoongi memutuskan berjalan-jalan, namun di pertengahan jalan, mobil yang ia kendarai ia berhenti di pelataran masjid yang terlihat begitu ramai, setahunya Baby beribadah sangat pagi juga tengah hari.

Namun masjid ini ramai di pertengahan waktu  itu.

Yoongi memang tahu jika itu sebuah masjid, tempat beribadah untuk muslim seperti Baby, dan rencananya, Yoongi akan membawa Baby kesana jika Baby berhasil ia bawa ke Daegu.

Namun, keinginan itu harus tertunda.

Karena ia tak tahu dimana Baby berada.

Tepukan di pundaknya menyadarkan Yoongi dari keterdiamannya, secara tak sadar Yoongi sedari tadi memandangi bangunan yang nampak seperti bangunan-bangunan lainnya dengan raut sendu yang kentara meakipun hampir seluruh wajahnya tertutup masker dan topi.

"Kau ingin masuk?" Tegur seaeorang yang menepuk bahu Yoongi tadi.

Terlihat usianya tak jauh buerbeda dengan Yoongi.

Yoongi hanya terdiam menanggapi.

Sedangngkan pria yang menepuknya tadi tersenyum.

"Sebelum sasaeng melihatmu disini, kusarankan kau masuk atau pergi, itu terserahmu!" Ujar pria tersebut ramah.

"Kau... mengenaliku?" Tanya Yoongi ragu.

Pria tersebut terawa kecil.

"Tenutu siapa yang tak mengenalmu, Min Yoongi-ssi"
Jawabnya yang masih di iringi kekehan kecil.

"Bagaimana? Apa kau akan tetap di sini, Yoongi-ssi?"

Yoongi terlihat ragu sejenak.

"Apa boleh aku masuk?"

Pria lawan Yoongi berbicara tersentak sejenak, ia tak menyangka jika idol atheis kenamaan Korea selatan meminta izin masuk kedalam masjid.

"Apa kau serius-maksudku, kau tau ini tempat apa?"

Yoongi memgangguk, kemudian mengalihkan pandangannya kearah bangunan di depannya.

"Ini tempat ibadah seorang muslim kan? Sama seperti kekasihku" ujarnya melirih di akhir kalimat.

Sedangkam pria tadi sedikit tersentak, namun tak urung ia membawa Yoongi masuk kedalam tempat ibadah yang baru saja di bangun itu.

Yoongi terperangah ketika memasuki bangunan itu, ternyata tak seperti luarnya yang biasa saja.

Di dalam sangat luas dan sejuk, entah dari pendingin ruangan atau dari aura yang di pancarkannya rasa sejuk itu berasal.

"Disini perpustakaan, biasa di gunakan anak-anak belajar membaca kitab suci kami, ataupun para pelajar untuk belajar" terang pria yang baru saja ketahui bernama Malik.

"Lalu, di lantai ini kami biasa mengadakan kajian bersama ataupun pertemuan yang harus melibatkan banyak orang"

Yoongi semakin kagum dengan bangunan ini, ternyata selain sejuk, fasilitas juga lengkap.

"Nah ini, tempat favorit kami."
Malik dan Yoongi sampai di satu tempat terdapat beberapa orang melakukan gerakan yang sudah di hafal di luar kepala oleh Yoongi.

"Ini tempat mengadu, dan berkeluh kesah kami, tempat dimana kami meminta dan memuja, tempat kami..."

"Sholat!"

Sontak Malik tak meneruskan kata-katanya, ia terkejut ketika Yoongi mengerti kata Sholat.

"Benar bukan? Mereka melakukan sholat bukan?"

Malik mengangguk.

"Masya'Allah, dari mana kau mengetahuinya,Yoongi-ssi?"

Yoongi sama sekali tak mengalihkan pandangannya kearah orang-orang tersebut, ia tersenyum simpul meski pun wajahnya tertutupi.

"Kekasihku!" Singkatnya.
"Ia seorang beragama islam, aku sering melihatnya sholat, mendengarnya mengaji dengan suara yang indah, melebihi indahnya ia saat bernyanyi." Yoongi terdiam sejenak, mengingat kegiatan Baby yang tak lepas sedikitpun dari pandangannya kala itu.

Malik pun yang mengerti Yoongi seakan butuh tempat bercerita pun hanya mendengarkan tanpa menginterupsi.

"Aku kadang berfikir, apa 'Dia' benar-benar ada? Apa 'Dia' bisa memberi jika aku meminta? Sedangkan aku sukses seperti ini tanpa sedikitpun aku meminta. Seberapa hebat kah 'Dia' yang tak terlihat, hingga membuat kekasihku memilihnya, padahal aku bisa memberikan segalanya."

Ada getaran di nada suaranya.

Hati Yoongi tengah dilanda bimbang, ia seperti merasakam sesak yang luar biasa menyiksa ketika keraguan-keraguan itu menghantam isi kepalanya.

"Mengapa kau tak mencari tahunya sendiri, Yoongi-ssi?"

Yoonggi mengalihkan pandangannya kearah Malik  yang tersenyum begitu lembut dengan pandanganu bertanya.

"Masuklah, kau akan tahu jawaban setiap pertanyaanmu, sudah menjadi kehendakNya kau di arahkan menuju tempat ini.

Maka, carilah semua jawaban yang kini bersarang di kepalamu".

Yoongi terdiam, ia bimbang namun hatinya berkata masuk.

Ia ragu tapi juga mau.

Semua yang ada di pikirannya mendorongnya untuk mengetahui apa yang ada di dalam sana, apa yang di yakini  Baby hingga memilih pergi tanpa memberinya pilihan.

Seiring anggukan kepalanya, seiring air yang membasahi bagian tubuhnya atas bimbingan Malik,  seiring lantunan kalimat yang tak Yoongi pahami mengalun indah melebihi lagu ciptaannya yang terdengar dari tiap penjuru ruangan, disitulah air mata Yoongi menetes tanpa sebab.

Dadanya bergemuruh hebat, kakinya tak sanggup melangkah, hingga ia terduduk dengan Malik yang masih di sampingnya, terasa penyesalan juga keharuan   yang tak Yoongi mengerti dari mana asalnya.

Apa arti penyesalan ini?

Apa rasa arti rasa haru ini?

Mengapa terasa nyata walau sebenarnya tak Yoongi pahami.

Hingga seorang lelaki tua dengan jenggot yang memutih, juga topi putih di kepalanya, memeluknya begitu erat  seriring dengan semakin derasniya air mata Yoongi yang mengalir.

"Masya'Allah... menangislah nak! Buang rasa sesak di hatimu, kami membuka tangan untukmu" buisik lelaki tua itu.

"Ada apa denganku, ahjussi. Mengapa aku seperti ini" keluh Yoongi di sela tangisnya.

"Rasanya aku sangat bahagia, soalah-olah aku pulang setelah sekian lama aku pergi" ucapnya lagi.

Sedangkan orang di sana menatap haru seorang Min Yoongi dengan air mata bahagia yang tak berhenti mengalir.

"Maka, buka lah pintu mu nak, masuklah, kami menyambutmu dengan lapang dada dan hati yang terbuka leba, selamat datang" sambut pria tua yang kini sudah melepaskan pelukannya dan menatap Yoongi syarat akan makna yang Yoongi tak mengerti.

"Minum lah, setelah ini aku akan  memberimu pandangan yang mungkin tak pernah kau yakini"

Yoongi menerima gelas yang berisi air putih, bahkan air di sini terasa lebih segar.

"Bimbing aku, ahjussi!"

_______

Tbc.

SCANDAL||MYG (REVISI SETELAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang