JAP 07

17.5K 1K 5
                                    

"Jadi, nama kamu itu Zassia?" tanya gadis cantik yang duduk di bawah pohon besar dekat danau alami bersama anak kecil yang mengaku bernama Zassia.

Zassia menganggukkan kepalanya pelan, tanpa mengalihkan atensinya dari susunan bunga-bunga yang ia buat membentuk mahkota yang sangat cantik.

"Lalu, kenapa kamu bisa ada disini? Dan, kenapa aku juga bisa ada disini?" tanya gadis cantik itu lagi. Ia bernama Joana, sosok yang menggantikan jiwa Zassia.

"Aku ndak bisa balik lagi ke tubuh aku kalena sekalang tubuh aku udah punya Kakak," jawab Zassia dengan polos. Ia terlihat tidak sedih dengan hal itu.

"Maksud kamu?" Joana yang masih belum paham dengan ucapan Zassia pun kembali bertanya. Agak aneh memang jika harus bertanya dengan anak kecil.

Zassia pun menarik napasnya pelan, dan menatap Joana yang bingung dengan serius. Ia ingin menjawab pertanyaan Joana, namun ia tidak jadi menjawab.

Pasalnya, seorang pria dengan jubah hitam tiba-tiba saja datang dari arah belakang Joana. Pria itu terlihat tampan meski tertutup dengan tudung jubah.

 Pria itu terlihat tampan meski tertutup dengan tudung jubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat ini, kau hidup di dimensi lain. Bukan menjadi Joana, melainkan menjadi Zassia Queen's Avellino," kata pria berjubah hitam itu dengan dingin.

Joana yang mendengar perkataan pria itu pun sontak menolehkan kepalanya ke belakang, dimana pria itu tengah berdiri sambil memegang sebuah buku.

"Lo...lo siapa?" tanya Joana sambil menunjuk kearah pria itu. Jujur saja ia merasa sedikit takut dengan aura pria itu yang terlihat suram dan misterius.

"Kamu tidak perlu tau siapa saya. Yang harus kamu tau adalah...apa yang kamu tau, belum tentu sama dengan apa yang terjadi," jawab pria itu dengan dingin.

Joana pun mengerutkan keningnya, ia merasa bingung dengan jawaban pria itu yang terkesan misterius. Padahal, Joana tidak menanyakan hal itu.

"Tunggu...maksud 'apa yang kamu tau, belum tentu sama dengan apa yang terjadi' itu gimana, ya?" tanya Joana dengan rasa penasaran yang tinggi.

Pria itu pun berjalan pelan mendekati Joana. Ia terlihat tersenyum misterius saat buku kuno yang ada di tangannya tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.

"Kamu akan tau jawabannya nanti. Tapi, satu hal yang harus kamu ingat. Kamu tidak akan bisa kembali ke dunia aslimu sebelum semuanya selesai," kata pria itu.

Joana pun semakin dibuat bingung, ia ingin bertanya lebih banyak dengan pria itu. Namun, sebuah tangan tak kasat mata tiba-tiba saja menarik tubuhnya.

Wusshh~

Dalam hitungan detik, jiwa Joana pun hilang. Pria itu kemudian membuka tudung jubahnya, dan menatap halaman buku kuno yang ada di tangannya.

"Episode dimulai ulang..."

"Menurutmu, apa cerita kali ini akan menarik?" tanya pria itu kepada Zassia yang masih sibuk merangkai beberapa bunga menjadi sebuah mahkota.

"Menalik tidaknya celita, telgantung siapa pembacanya. Tapi...sepeltinya kali ini cukup belbeda," jawab Zassia dengan tenang tanpa ada guratan emosi.

Pria itu pun terkekeh pelan, ia lalu duduk di sebelah Zassia, dan mengelus atas kepala Zassia dengan lembut, "Ya, kamu benar. Gadis itu terlihat menarik."

***

Zassia membuka matanya dengan pelan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Cassie yang tampak kelelahan karena menjaganya di rumah sakit.

"Gue...dimana?" gumam Zassia sambil berusaha untuk merubah posisinya menjadi duduk. Namun, pergerakan Zassia itu segera ditahan oleh Cassie.

"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Cassie dengan khawatir, takut jika Zassia akan kabur-kaburan lagi dan berakhir hilang di rumah sakit seperti tadi.

"Aku nggak mau kemana-mana, kok. Cuma mau duduk aja," jawab Zassia dengan santai, meski ia tau jika Cassie sedang khawatir dengan dirinya.

"Zassia...Mommy ada salah, ya, sama kamu? Kamu marah, ya, sama Mommy? Makanya kamu kaya gini," tanya Cassie dengan tatapan sendu dan sedih.

Zassia pun hanya diam, jujur ia bingung ingin menjawab apa. Tidak mungkin ia menjawab jika ia tidak hanya marah, melainkan juga benci dengan Cassie.

"Sayang? Kamu kalo marah sama Mommy, bilang! Apa salah Mommy, jangan diemin Mommy, Zassia! Mommy nggak bisa kalo kaya gini," kata Cassie.

Zassia pun menghela napasnya pelan, sepertinya hidupnya disini tidak akan bisa sebebas saat dirinya masih menjadi Joana, terutama bebas dari Cassie.

"Nggak tau, deh! Ikutin aja alulnya!"

.

.

Bersambung...

Jadi Anak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang