JAP 21

4.1K 268 13
                                    

"Arghh!" Zares melempar semua barang yang ada di atas meja kerjanya dengan kasar. Wajahnya terlihat sangat frustasi dan marah karena Zassia tidak kunjung ditemukan. Bahkan, kondisi Cassie pun semakin lama semakin menjadi-jadi.

"Tuan! Berhentilah melempar barang yang ada disini! Semuanya percuma, Tuan!" seru Liam kesal karena sedari kemarin Zares terus saja melemparkan barang-barang penting yang harganya sangatlah mahal dan pastinya fantastis.

"Kau diam, Liam! Kau tidak akan tau bagaimana rasanya mencari anakmu yang hilang, dan melihat istrimu depresi karena kau tidak becus menjadi seorang suami!" bentak Zares dengan urat-urat leher yang terlihat sangat menonjol.

"Maka dari itu, Tuan. Sampai sekarang, saya memilih untuk tetap singel karena saya tidak mau menjadi calon orang gila seperti Tuan Zares Price Avellino."

Jleb!

"Li-am! Kau-"

Drrt! Drrt!

"Shut up, Tuan. Ada yang menelfon saya. Tolong jangan menganggu," ujar Liam yang entah mengapa dilakukan oleh Zares. Padahal disini, Zares adalah Bos Liam, bukan Liam yang menjadi Bos Zares. Lalu, mengapa Zares menurut?

"Hallo." Liam merubah ekspresi wajah tengilnya menjadi dingin dengan cepat saat telfon itu sudah diangkat olehnya. Ternyata, orang yang menelfon Liam adalah salah satu orang suruhan Liam yang diminta untuk mencari Zassia.

"Halo, Bos! Kita ada berita bagus, nih! Orang yang Bos cari udah kita temuin! Dia ada di Kota C, taman Lavender!"

"Bagus, terus awasi anak itu. Saya akan segera kesana," balas Liam dengan dingin sebelum memutuskan sambungan telepon itu. Setelah telepon benar-benar terputus, Liam pun kembali menatap Zares yang masih diam di tempat.

"Tuan...Zassia di temukan!"

BRAK!

"Papi gue cewek! Eh!"  Liam sontak menutup mulutnya dengan tangan saat ia tidak sengaja latah akibat Zares yang tiba-tiba memukul meja kerja diantara mereka berdua dengan sangat kencang.

Tanpa sepatah katapun, Zares segera pergi dari dalam ruangan, meninggalkan Liam yang diam-diam tersenyum miring saat Zares pergi duluan tanpa mengajak dirinya terlebih dahulu. Padahal, yang tau keberadaan Zassia dia, bukan Zares.

"Kita itu sampe tiga, pasti dia bakal balik lagi ke sini. Satu...dua...tig-"

Dan benar saja, setelah hitungan Liam sampai di angka tiga. Zares kembali muncul dari balik pintu, membuat hidung Liam semakin panjang karena merasa percaya diri jika Zares akan memohon-mohon kepadanya soal Zassia.

Namun, takdir seolah tidak mendukung niat Liam. Bukannya memohon-mohon seperti yang Liam bayangkan, Zares justru langsung menarik kerah Liam, dan menyeretnya pergi seperti seekor kambing milik seorang pengembala.

"Ternyata bener ya kata orang, kalo lo babu...mau sejenius apapun lo, secerdas apapun lo...lo nggak akan bisa menang dari atas lo. Dan gue buktinya," batin Liam dengan dramatis seolah-olah ia sedang dianiaya oleh Zares, atasannya.

***

Di taman Lavender, Zassia dan Lenzo terlihat tengah berjalan beriringan seperti seorang gembel karena mereka berdua nampak linglung saat ingin melanjutkan jalannya. Lenzo pun ikut bingung karena ia tidak tau arahnya.

"Semua ini gala-gala lo! Coba aja tadi lo nggak ngajak gue pelgi dali sana! Gus nggak mungkin ikutan nyasal kaya gini sana lo! Kembalan alien!" ucap Zassia dengan kesal. Ia menunjuk-nunjuk kearah Lenzo yang berdiri dihadapannya.

 Ia menunjuk-nunjuk kearah Lenzo yang berdiri dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya maap, saya juga nggak tau kalo bakal jadi kaya gini. Lagian...salah kamu juga...kenapa kamu mau saya tarik pergi dari sana?" Bukannya mengakui atas kesalahannya, Lenzo justru memutar balikkan kesalahan itu kepada Zassia.

"Heh, bunglon! Asal lo tau, ya! Gue tadi udah nolak ajakan lo buat pelgi dali sana! Tapi lo tetep maksa gue buat ikut lo! So...siapa yang salah disini, hah? Lo atau gue?" Zassia menatap Lenzo dengan tatapan yang penuh kekesalan.

"Ya jelas ka-"

"Itu mereka! Tangkap mereka sekarang! Jangan sampai mereka lolos! Bos akan kaya! Hahaha! Bos akan kaya!" Suara teriakan dari seorang pria dewasa tua, berhasil membuat atensi Zassia dan Lenzo sontak mengarah ke pria tua itu.

Awalnya, Lenzo dan Zassia masih biasa saja karena mengira pria dewasa itu sedang gila. Namun, saat ada pria dewasa lain yang muncul dan berlari ke arah mereka berdua. Barulah, mereka berdua sadar dan langsung lari dengan terbirit-birit bak dikejar seekor singa.

"YAAAKKKK! KALO GUE SAMPE KENA SIAL HALI INI! INI SEMUA SALAH LOOO! LENZO BIJIENGANNN!" teriak Zassie dengan kencang dan histeris, membuat Lenzo yang mendengar itu mendesis pelan. Jujur, ia juga tidak mau ini terjadi.

***

BERSAMBUNG...

Nggak jelas? Tunggu kejelasannya nanti...ahaha...

Jangan lupa mampir ke book aku yang lain, ya? Aku tunggu...

Jangan lupa mampir ke book aku yang lain, ya? Aku tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa klik profil aku...

Bisa klik profil aku juga yang ada tulisan AyasaXavier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisa klik profil aku juga yang ada tulisan AyasaXavier. Atau klik ini AyasaXaviera, atau searching AyasaXavier...

Makasihh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jadi Anak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang