JAP 09

15.6K 949 8
                                    

"Nggak papa, nggak jadi," jawab Zassia dengan cepat. Ia melepaskan tangannya dari ujung jaket milik wanita kulkas itu, membuat wanita itu menatapnya heran.

"Dasar anak aneh," gumam wanita itu sambil mengambil minuman yang ada di rak gondala depannya, mengabaikan Zassia yang menatapnya dengan sinis.

"Aku bukan anak aneh! Tante, tuh, yang aneh! Make plestel kok di hidung!" ucap Zassia dengan sinis. Wanita itu pun  terdiam, dan menatap Zassia dingin.

"Kamu barusan bilang apa?" tanya wanita itu sambil menatap Zassia yang jauh lebih pendek darinya dengan ekspresi wajah dingin seperti biasanya.

Zassia pun berdecak kesal, lalu menatap wanita itu dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. "Aku bilang, Tante aneh! Make plestel di hidung!"

"Heh, bocil sotoy. Kamu pikir plester cuma ada di kaki or tangan? Di hidung juga ada, bodoh!" ucap wanita itu dengan dingin dan tak kalah sinis.

Zassia pun sedikit tertohok dengan ucapan wanita itu. Namun, bukan Zassia namanya jika ia kalah dalam debat kecil melawan wanita kulkas itu seperti ini.

"Oh, ada, ya? Kalo plestel buat otak ada nggak, ya? Bial aku bisa plastel otak Tante yang udah agak miling," ucap Zassia dengan ekspresi wajah angkuh.

"Kamu-"

"Apa?" potong Zassia dengan cepat saat wanita kulkas itu ingin membalasnya. Ia tidak mau mengalah dengan wanita itu meski wanita itu jauh lebih tua darinya.

"Siapa yang ngajarin kamu bilang kaya gitu sama orang yang lebih tua? Nggak sopan," ucap wanita kulkas itu yang membuat Zassia semakin bersemangat.

"Haha...telnyata Tante sadal dili juga, ya? Kalo sebenelnya Tante itu udah tua. Kalo gitu, aku minta maaf, deh...Nenek."

Jleb!

"Kamu-"

"Haha...nenek lampil mau belubah jadi nenek gayung, guys! Kabul, kabul...! Hahaha!" Zassia pun berlari pergi dari sana dengan tawa yang menggelegar.

Wanita itu pun menatap kepergian Zassia dengan perasaan kesal dan jengkel. Seumur-umur dia hidup, baru kali ini ada anak kecil yang mengejeknya.

"Sialan...awas aja kamu bocil. Kalo kita sampe ketemu lagi, saya geprek kamu jadi dendeng," desis wanita itu sebelum beranjak pergi menuju meja kasir.

***

Cassie berjalan menyusuri rak gondala dengan cemas. Sesekali, ia bertanya kepada pengunjung lain tentang Zassia. Namun, mereka bilang tidak melihatnya.

Cassie pun merutuki dirinya sendiri yang dengan enaknya melepas Zassia untuk mencari makanan ringan sendiri tanpa pengawasan darinya atau Zares.

"Cassie bodoh! Harusnya lo tadi nggak biarin anak lo pergi sendiri, tolol! Kalo udah kaya gini, lo mau cari dia kemana coba?" gerutu Cassie di sela jalannya.

Dari kejauhan, Zassia tertawa kencang saat berhasil membuat wanita kulkas itu kesal dengannya. Jangan salahkan Zassia, tapi salahkan saja wanita itu.

Jika tadi wanita itu mau membantu Zassia mengambil makanan ringan yang Zassia inginkan. Zassia tidak akan mungkin menjahili wanita kulkas itu.

"Hahaha...sumpah, itu lucu banget! Mana mukanya melah lagi kaya olang nahan belak, hahaha! Kocak!" ucap Zassia di sela-sela tawanya yang renyah.

"Zassia!"

Suara Cassie tiba-tiba saja terdengar, membuat Zassia sontak bersembunyi di balik rak makanan sambil mengintip kearah Cassie yang sedang mencarinya.

"Hehehe...kalena lo dulu nyebelin di mata gue. Jadi, gue bakal bikin lo dan suami lo itu panik nyaliin gue, toh gue bukan anak kandung kalian beldu-"

Ucapan Zassia terpotong saat seseorang tiba-tiba saja menutup mulutnya dari belakang. Orang itu bertubuh besar dan memakai masker hitam serta topi hitam.

"Ughh! Epasin! Epasin!" teriak Zassia panik. Jujur, ia memang ingin membuat Cassie dan Zares panik. Namun, kalo seperti ini bukan mereka yang panik.

Melainkan Zassia sendiri karena harus menjadi korban penculikan oleh orang misterius. Mana tangannya bau bawang lagi, Zassia benar-benar sial kali ini.

.

.

Bersambung...

Jadi Anak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang