••••••••••
Mereka semua berlari dengan cepat menuju ke tempat yang sama. Hanya tempat dan ruangan itu yang mereka tuju. Tidak ada yang lain.
Mereka yang sedang berada di lantai atas menemani Doyoung dan Jaehyuk pun keluar dari kamar. Dan menatap ke arah teman teman mereka yang berlari larian menuju ke lantai atas.
Setelah mereka semua sampai di lantai atas, Hyunsuk dan Jeongwoo segera menuju ke pintu kamar Jihoon dan mendobrak nya dengan keras.
Mereka semua terkejut melihat kamar Jihoon yang sudah sangat berantakan. Banyak barang yang berserakan di lantai. Ada darah pula yang menetes di lantai serta membasahi dinding kamar itu.
Mereka berdua dengan cepat langsung berlari menuju ke balkon kamar Jihoon.
Sesampainya di sana, betapa terkejutnya melihat Jihoon yang sudah tergantung tak berdaya.
Jihoon tergantung dengan sebuah tali yang berada di lehernya.
Matanya yang terbuka dengan sangat lebar, lehernya menjulur keluar dengan air liur yang mengalir di sisi mulutnya yang terbuka.
Jangan lupakan wajah Jihoon yang hampir hancur dan penuh dengan darah. Darah yang terlihat masih sangat segar. Sudah bisa diketahui bahwa itu darah baru keluar belum lama.
Jeongwoo langsung terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Yedam langsung membawa Jeongwoo menyingkir darisana.
Yang lain karena penasaran pun langsung mendekat ke arah pembatas balkon.
Mereka juga sangat sangat terkejut. Namun, ada yang tersenyum tipis.
"Aaaaaaaa!!" Teriak Haruto dengan keras. Mashiho yang berada di samping Haruto langsung menutup membekap mulut Haruto dengan tangannya.
Kemudian langsung membawa Haruto menjauh dari balkon dan menyusul Yedam serta Jeongwoo.
"Cepetan itu Jihoon nya di bantuin!!" Teriak Hyunsuk pada mereka semua.
Yoshi langsung mengambil tangga dan turun ke halaman belakang. Meletakkan tangga di bawah balkon kamar Jihoon, dan segera naik.
Di atas sudah ada Hyunsuk yang akan membantu mengangkat Jihoon dari atas. Yoshi memegangi tubuh Jihoon dengan hati hati saat Hyunsuk mulai menarik tali itu.
Setelah waktu yang cukup lama, akhirnya Jihoon sudah sampai di atas. Yoshi langsung naik ke balkon sekalian dan persetan dengan tangganya.
Hyunsuk langsung menangis dan mengusap lembut kepala Jihoon. Tak lupa Hyunsuk juga sudah menutup mata Jihoon.
Hyunsuk memegangi kepala Jihoon dengan sangat hati hati. Karena leher Jihoon terlihat sangat lemas bahkan terlihat nyaris terputus.
"Ji! Kenapa lo pergi?! Nanti siapa yang bantuin gue jaga anak anak?! Siapa yang bakalan omelin mereka kalo mereka rusuh! Siapa yang bakalan julidin tetangga?!" Hyunsuk menangis dengan keras sambil berteriak. Berharap dengan teriakannya itu dapat membangunkan Jihoon.
"Nanti siapa yang bakalan masak bareng Mashiho?!"
Hyunsuk berharap ini hanya prank, atau mungkin ini hanyalah sekedar mimpi buruk saja.
Yoshi tak dapat menahan air matanya lagi. Perlahan air matanya jatuh dan membasahi pipinya.
"Bang, kita urus mayat Jihoon dulu yaa?" Ujar Yoshi dengan lembut. Sambil mengusap lembut pundak Hyunsuk.
"Yosh, ini cuman mimpi kan? Ini gak nyata kan?" Hyunsuk terlihat sangat terpukul.
"Bang, ikhlasin aja Jihoon. Gue tau, ikhlas itu susah. Kita bukan ikhlas, tapi kadang terpaksa lalu terbiasa." Yoshi menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Jangan kayak gini, Jihoon gak bakalan seneng."
Hyunsuk diam menunduk kemudian mengepalkan tangannya dengan erat. Dan dengan cepat Hyunsuk meninju wajah Yoshi dengan keras tanpa memberi jeda sedikit pun.
"INI SEMUA PASTI GARA GARA LO! LO YANG NGELAKUIN SEMUA INI! IYAKAN?! LO GAK SUKA SAMA KITA SAMPE AKHIRNYA BUNUH KITA SATU PERSATU!"
Hyunsuk terus membogem wajah Yoshi hingga Yoshi lemas. Mau melawan pun rasanya susah, karna memang yoshi belum siap dan langsung mendapatkan serangan mendadak.
Asahi datang dan langsung melerai Hyunsuk.
"Bukan gini caranya Bang!" Ucap Asahi dengan wajah datar, namun tatapannya terlihat tajam.
"Gue tau lo emosi, lo sedih, lo terpukul. Tapi dengan lo bertindak kayak gini, gak bakalan nyelesain masalah. Kita semua juga ngerasain apa yang lo rasain."
"Gue gak terima Ash! Sahabat kita satu persatu mati gara gara dia!" Hyunsuk menunjuk Yoshi dengan jari telunjuknya.
Yoshi bangun perlahan sambil memegangi pipinya yang terasa sakit. Darah keluar dari sudut bibirnya yang robek.
"Kenapa lo ngomong gitu? Tau darimana lo kalo Bang Yoshi pelakunya?" Tanya Asahi.
"Kenapa?! Lo tanya kenapa setelah apa yang terjadi sama kita Sa?! Hah?!"
"Kenapa lo nuduh bang Yoshi? Padahal belum tentu bang Yoshi pelakunya."
"Kalo bukan dia siapa lagi?"
"Lo gak bisa nyalahin seseorang cuman karna bukti yang belum jelas."
"Apa yang belum jelas hah?! Semuanya udah jelas!"
"Udah, sebaiknya kita urus dulu mayat Jihoon." Yoshi melerai perdebatan yang terjadi di antara Asahi dan Hyunsuk.
Mereka menatap mayat Jihoon kemudian membawanya keluar.
Proses pemakaman Jihoon pun berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Semua pelayat sudah pulang. Kecuali mereka bertujuh. Mereka masih setia disana sambil menatap makam Jihoon.
"Ji, maaf yaa gue gak bisa lindungin lo. Gue gak bisa jadi abang yang baik buat lo. Semoga lo tenang di alam sana." Ucap Hyunsuk dengan tulus sambil kembali menitikkan air matanya dan mengusap nisan Jihoon dengan lembut. Kemudian Hyunsuk pergi ke mobil terlebih dahulu.
"Bang maaf yaa, kita selalu nyusahin lo. Buat lo marah marah terus. Semoga lo bahagia disana bareng sama Bang Junkyu dan Junghwan. Kalian baik baik yaa disana." Giliran Haruto yang berucap sambil menahan tangisnya. Walau pun sudah ditahan, ujung ujungnya tetap nangis juga.
"Maafin semua kesalahan gue ya bang. Terutama di Hartanto. Dia emang akhlak eobso banget. Maafin yaa." Mendengar kata kata Jeongwoo ingin rasanya Haruto menggeplak kepala Jeongwoo dengan penuh kasih sayang. Tapi sayangnya keadaan dan suasana sedang tidak mendukung.
Yang lainnya pun hanya mengucapkan kata kata mereka dalam hati. Berharap bisa sampai ke Jihoon.
"HAH?! APA?! JIHOON?!"
"GAK! GAK! GAK MUNGKIN KAN?! GAK MUNGKIN JIHOON!"
"AAAARRRGGHHHH!"
Seseorang tampak menangis meraung-raung. Bahkan sampai meninju tembok dengan keras, berulang kali.
"Lo harus mati di tangan gue." Geram nya dengan penuh emosi. Kilatan matanya yang tajam seakan dapat membunuh siapapun yang dia tatap.
"Gak peduli, lo kawan atau lawan. Karna lo udah bunuh Jihoon, sekarang lo lawan gue."
Bersambung.........
Keknya part nya makin pendek yaa?? Tapi gak papa deh, kerjain aja hehe. Semoga kalian terhibur.....
Maaf kalo up nya kelamaan 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ƒαкє ƒяιєη∂ѕ | Treasure
TerrorGara gara adanya penghianat di antara persahabatan mereka, membuat mereka harus kehilangan beberapa sahabat yang mereka sayangi. Hanya karena permainan dari beberapa orang membuat nyawa seseorang melayang.