5 hari berlalu.
Ali Alfarabi senyum, tawa, kelembutan, kehangatannya dan semua tentang pria itu kini menjadi luka yang selalu dikenang oleh Ali Alvarez, seorang adik dengan segala penyesalannya. sehari setelah kecelakaan Ali Alfarabi dimakamkan tepat disamping makam ayah. Alvarez baru pulih total di hari ke-lima ini. bekas-bekas luka tentu masih terbalut perban namun kebutuhan tubuhnya sudah pulih membaik tidak dengan hati dan pikirannya.
bunda masih terbaring lemas setelah 4 hari koma dan semalam siuman, sekarang beliau tengah beristirahat didampingi seorang wanita bercadar yang duduk disamping bunda. wanita itu seperti mengabdikan dirinya dalam tangisan yang mungkin sudah mereda namun hatinya masih terluka, Zahratunnisa mengawasi bunda begitu hangat, menanti mata bunda untuk pulih. kehilangan membuat dua hati perempuan itu sepertinya bersambung.
Zahra kehilangan kekasihnya dan Bunda kehilangan buah hatinya. Alvarez sedikit terkaku, Abi ada disana, pria paruh baya yang menemani Zahra bergantian dengan wanita yang selalu Zahra sebut Ummi itu sangat mengerti perasaan buah hatinya.
"Alfarabi, alfar, nak alfar" suara terdengar sayup-sayup dari mulut bunda yang masih terlelap dalam tidurnya.
Alvarez beranjak dari kasurnya, berjalan tertatih mendekati sang bunda, abi dengan sigap membawakan sebuah bangku dan meletakkannya disisi kasur besebrangan dengan Zahra. Alvarez dengan lembut memegan tangan sang bunda, menggenggam dengan pelan sembari melengecupnya beberapa kali. air mata jatuh tanpa izin mengalir di pipi Alvarez.
"bunda, Alvarez disini bunda" lirih Alvarez menahan pecah tangisnya, nafas terasa sesak namun Alvarez berusaha untuk tegar.
sesekali kelopak mata bunda bergerak, ia hampir tersadar dari istirahatnya. Zahra dengan sigap menyiapkan air hangat dan meletakkannya di meja berada tepat disisi ranjang.
"bun, bunda" Alvarez mencoba melirihkan suaranya untuk menenangkan sang bunda.
"Nak, Alva" bunda membuka mata sepenuhnya. melihat wajah Alvarez yang memiliki beberapa luka yang mulai mengering.
Bunda memegang tangan Alvarez dengan lemah.
"ada apa bun? Alvarez disini bun" spontan Alvarez menenangkan sang bunda.
"Nak" bunda memegang tangan Zahra yang sebelumnya berada disisi kasur.
"iya bunda" Zahra mensahuti panggilan bunda.
"Alvarez, boleh bunda titip nak Zahra denganmu?" pelan namun suara itu terdengar jelas di telinga Alvarez.
Alvarez tersentak, tanpa aba-aba se-mendadak itu bunda meminta dirinya untuk menjaga Zahra, padahal Zahra masih memiliki kakak, ummi dan abi yang menemaninya. Alvarez bukan siapa-siapa dan bunda juga bukan sosok yang melahirkan Zahra.
"Alvarez tidak keberatan bunda bila Zahra tidak keberatan" tidak ada penolakan dari mulut Alvarez, bagaimana tidak, Alvarez tidak mungkin menolak perkataan bunda terlebih di keadaan bunda yang sangat menyayat hati.
"nak, apakah kamu menerima Alvarez?" bunda seperti mempertegas keinginannya pada anak tercinta Zahra, bunda merasa ingin mengembalikan senyum Zahra yang timbul bak mutiara itu. ikatan hati antara seorang ibu dan seorang anak bernama Zahra sepertinya begitu dalam.
Zahra memang mungkin mengenal erat bunda lebih dalam setelah tunangan tapi bunda sudah mengenali Zahra dari kecil, wanita bernama Zahra itu sudah jauh-jauh hari menjadi anak di hati bunda.
Zahra hanya menunduk kecil.
di detik itu semua rasa bersalah, tanggung jawab dan perasaan Alvarez berguncang. ia tidak sebaik kakaknya, ia tidak sehebat kakaknya, ia juga yang menjadi salah satu penyebab kakaknya wafat. dan hari ini ia yang bunda jodohkan pada wanita yang sudah tertanam di hati sang kakak, wanita hebat yang sepatutnya berpasangan dengan sang kakak.
![](https://img.wattpad.com/cover/365263962-288-k789222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AM I YOUR ALI || TAMAT
RomancePRIA DENGAN MASA LALUNYA, WANITA DENGAN KETULUSANNYA. PERNIKAHAN YANG TAK PERNAH TERCATAT NAMUN SUATU HARI MEREKA HARUS BERLAYAR DALAM BAHTERA YANG SAMA. sebuah tali takdir menautkan dua insan yang menarik, zahra seorang wanita cantik yang hidup di...