Episode 15

198 7 0
                                    




HAPPY READING




Setelah beberapa jam termenung akhirnya mereka pulang kerumah Brian dengan wajah yang sulit di artikan.

"Pah...gimana Rey sudah ditemukan dan dia selamat kan...dimana...dimana dia pah...kenapa gak pulang sama kalian hah dimana dia" ucap Diana.

"Tenangkan dirimu sayang..." Ucap Agra.

"Papah...." Ucap Brian dengan nada lemas dan tatapan kosong.

"Sayang papah harap kamu-" karna tak sanggup Agra menggantung omongannya.

"Setelah kau tau Abang mohon tenangkan dirimu Brian oke" ucap fano.

"Kenapa mas ada apa" ucap Sepa.

"Jadi begini tim SAR telah berhasil menemukan Rey" ucap Dirga.

Awalnya wajah mereka terlihat senang karna ternyata takdir memberinya secercah harapan namun wajah mereka kembali sedih saat Dirga melanjutkan kalimatnya dengan satu tarikan nafas yang sangat berat.

"Tapi tidak dengan nyawanya karna kondisinya yang mengenaskan, saat tim SAR menemukannya terlihat Rey tertimpa sayap pesawat" ucap Dirga dengan memejamkan matanya.

"A-APA...PAMAN...HIKS..PAMAN..PASTI BERBOHONGKAN...HIKS....KATAKAN KALAU...ITU...HIKS...ITU...TIDAK BENAR..." Ucap Brian.

"AYAH...AYAH...HIKS...PAMAN...DIA...DIA...HIKS.. BERBOHONG KAN....HIKS...IYAKAN...AYAH...HIKSS...REY KU...DIA...SELAMAT...DAN...HIKS...DAN...MASIH...HIDUPKAN...AYAH..." Brian kalian pasti tau lah keadaan Brian sekarang seSyok apa.

"Tenangkan dirimu nak" Ucap Hernan menenangkan Brian yang sudah terisak.

"Semua yang ada disitu menangis dan syok berat apalagi Brian dan Diana mereka berdua sangat terpukul.

"Sayang bunda mohon tenangkan dirimu" ucap Vero yang mengelap air mata Brian.

"REYYYYYY...." teriaknya sambil terduduk memukul-mukul lantai.

"Jenazahnya akan tiba besok pagi kita harus mempersiapkan nya" ucap Dirga.
*
*
*
Keesokan harinya dimana jenazah Rey akan dipulangkan ke kediaman Brian.

Terlihat Brian tengah terduduk di tepi kasur dengan tatapan kosong sembari menatap ke langit yang sedikit mendung.

Seakan langitpun tau bahwa keadaan Brian sedang tak baik-baik saja.

Tok...

Tok...

Tok...

Pintu kamar pun terbuka dan yang datang adalah Sepa dia disuruh Vero untuk memanggil Brian karna ambulans yang mengantar Rey sudah dekat.

"Brian..." Panggil Sepa namun tak dapat jawaban dari Brian.

"Apa suamiku sudah sampai, apa pekerjaannya sudah selesai disana, dan dia datang membawa hadiah untukku bukan" ucap Brian yang ngomong melantur dengan tatapan yang masih kosong.

"Brian aku mohon jangan seperti ini..hiks..." Ucap Sepa sambil memeluk Brian.

"Kenapa kakak ipar menangis, suamiku sudah pulang bukan, dan dia pasti membawa hadiah untukku" ucapnya yang semakin melantur.

"Kumohon Brian...kumohon...hiks...terima kenyataan bahwa suamimu sudah tida ada" ucap Sepa terisak.

"Tidak ada apanya kakak dia hanya bekerja dinas keluar negeri dan sekarang dia akan pulang bukan" Brian.

"Hiks...hiks...Brian..." Sepa tidak bisa berkata-kata lagi.

"Mari turun dan sambut kepulangan suamiku kakak" ucapnya sambil berjalan keluar.

Dan disusul dengan Sepa yang masih terisak dan saat di tangga para keluarga menoleh kearah Brian da Sepa.

Brian tersenyum sambil berjalan dan melirik kearah pintu.

"Lihat nak ayahmu akan segera pulang dan membawa banyak hadiah untuk kita" ucapnya sambil mengelus perut nya yang masih rata.

Sontak para keluarga merasa tersayat melihat kelakuan anaknya yang bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Brian Sayang" panggil Vero.

"Bunda sejak kapan kalian disini dan kenapa kalian semua memakai pakaian hitam" ucap Brian.

Vero dan yang lain menoleh ke arah Sepa seakan bertanya kenapa anknya bersikap seperti ini dan Sepa hanya menggeleng.

"Brian nak kenapa kamu belum berganti pakaian sebentar lagi jenazah suamimu tiba" ucap Hernan.

"Jenazah? Siapa yang meninggal ayah, kenapa kalian memanggil suamiku dengan sebutan jenazah, bukankah suamiku hanya pulang dari luar negeri sehabis dinas" ucapnya.

"Sayang...." Lirih Diana.

Dan diluar suara ambulans sudah terdengar dan mereka menuju keluar rumah dengan Vero yang merangkul Brian.

Saat pintu ambulans terbuka dan para petugas disana mulai mengeluarkan sesosok tubuh yang sudah tak berdaya disana serta ditutupi kain putih.

Petugas itu membawa nya kedalam rumah dan diikuti keluarga korban.

"Bunda dimana suamiku kenapa malah mereka yang datang" tanya Brian.

"Sayang kuatkan dirimu nak...hiks..." Vero.

"Kenapa bunda berbicara sepeti itu dimana mas Rey" Brian.

"Sayang bunda mohon kamu jangan seperti ini" Vero.

"Dimana Rey ku bunda kenapa dia belum pulang juga" Brian.

"Sayang dia sudah ada disini dan lihatlah itu adalah Rey dia sudah meninggal dunia nak...kuatkan dirimu dan jangan seperti ini...hiks..." Ucap Diana.

"HIKS....HIKSS...HIKS....MAS....HIKS....MAS BANGUN....INI AKU....MAS...HIKS.... ISTRI MU...HIKS...BANGUN MAS..." Seketika Brian langsung menangis dan memeluk sang suami yang sudah terbaring disana.

"Jenazah harus segera di makamkan pak, Bu" ucap salah satu warga disana.

"Baik makamkan sekarang saja pak" ucap Agra.

Saat jenazah mulai diangkat para warga Brian sontak panik dan ngamuk.

"TUNGGU...HEY...PAMAN...KAU MAU BAWA SUAMIKU KEMANA...INI ADALAH RUMAHNYA...PAMAN....HEY TUNGGU...JANGAN BAWA DIA....TUNGGU...APAA YANG KALIAN LAKUKAN TURUNKAN SUAMIKU...HEY...." Ucapnya sambil terus memegangi keranda itu.

"Brian tenangkan dirimu dan kuatkan hatimu" ucap Sepa yang menarik Brian agar tidak menghalangi bapak-bapak yang membawa jenazah Rey.

"KAKAK IPAR LIHATLAH MEREKA MAU MEMBAWA SUAMIKU KEMANA HAH RUMAHNYA DISINI" Ucap Brian masih tak terima.

"Suamimu akan diantarkan ke pengistirahatan terakhirnya Brian, kumohon kau jangan seperti ini" ucap Sepa.

"Sebaiknya kita ikut mereka juga untuk berpamitan pada Rey untuk terakhir kalinya" ucap Sepa.

Disitu Brian sudah tak berbicara melantur lagi lantaran ia sekarang hanya berdiam kosong dengan wajah pucat nya.





My Destiny[MaxNat]||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang