Dua bulan kemudian.
"Jadi ini misi terakhir kita, ya," ujar Hyunjin.
"Benar, dan setelahnya kita akan berpisah," balas Minho.
"Berpisah? Maksudmu?" tanya Jisung.
Minho tersenyum dan menggeleng pelan. Dia lantas melangkah keluar dari rumah Chan dan meninggalkan yang lain. Chan sendiri sedang pergi saat ini, jadi hanya ada mereka berempat di sana.
"Ada apa?" tanya Jisung yang ternyata mengikuti Minho.
"Soal perjanjianku dengan Chris, aku akan menceritakannya pada kalian,"
"Memangnya perjanjian tentang apa?" tanya Hyunjin yang muncul secara tiba-tiba di sebelah Minho.
"Soal pembunuh orang tuanya,"
Mereka terdiam.
"Ajak Changbin, kita bicarakan di rumahku,"
- Two Faced -
"Aku tidak tau kalau kau punya ruang rahasia," ujar Hyunjin takjub ketika mereka masuk ke dalam ruang rahasia di rumah Minho.
"Aku akan langsung ke intinya saja. Sebenarnya sebelum kita melakukan kerja sama, aku menawarkan sesuatu pada Chris. Tawaran itu adalah, aku akan memberi tau Chris siapa yang membunuh orang tuanya dulu. Dan aku ingin minta bantuan kalian untuk itu," jelas Minho.
"Bantuan semacam apa itu?" tanya Changbin.
"Setelah dia membunuh orang itu, aku minta tolong pada kalian untuk membantunya bangkit jika ia jatuh nanti,"
"Kami? Memangnya kau mau ke mana?" tanya Jisung.
"Aku akan pergi, jadi aku tidak bisa mengawasinya,"
"Ke mana kau akan pergi?" tanya Hyunjin.
"Entahlah," —entah surga atau neraka, aku tidak tau, lanjutnya dalam hati.
"Lalu, siapa pembunuhnya?" tanya Jisung.
Minho menarik nafas panjang dan bersiap untuk mengatakannya, "aku,"
Mereka semua terdiam.
"Tunggu- apa? Kau?" tanya Changbin tak percaya.
"Iya, orang itu adalah aku. Aku yang membunuh orang tua Chris kala itu,"
"Kau serius? Astaga, tidak mungkin, kan? Katakan jika kau berbohong!" balas Hyunjin.
"Aku serius Hyunjin. Aku pernah berkata padanya jika dia bisa membunuhku nanti. Dan aku akan menepati perkataanku,"
"Kau—"
Bruk!!
Hyunjin jatuh sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya. Dia merasa sesak hanya dengan mendengar kenyataan itu. Dia tidak tau jika selama ini orang yang bersamanya adalah orang yang ingin dibunuh oleh Bangchan.
"Chris belum tau tentang hal ini. Aku harap kalian tidak mengatakannya. Biar aku yang mengatakannya nanti,"
Grep..
Jisung memeluk Minho.
"Padahal aku merasa nyaman berteman denganmu, tapi kenapa kau berencana pergi secepat ini?" tanya Jisung.
"Maaf,"
"Kenapa kau tidak pernah mengatakannya? Kenapa kau bersikap seolah kau baik-baik saja? Kenapa?" tanya Jisung lagi.
"Sudahlah, jangan menangisiku, tidak ada gunanya. Lebih baik kau berpikir tentang bagaimana kita akan berpura-pura biasa saja di depan Chris," balas Minho mengelus punggung Jisung.
"Kau benar. Tapi aku tetap tidak ingin kau pergi,"
"Hei, sudahlah. Kalau aku menyesal nanti bagaimana?"
"Memangnya kau pikir Chan sanggup membunuhmu?" tanya Jisung menatap yang lebih tua.
"Dia pasti bisa,"
"Apa kau tidak tau kalau dia menyukaimu?" tanya Jisung lagi.
"Dia- apa?" tanya Minho.
"Dia menyukaimu, bodoh. Apa kau tak sadar dengan sikapnya selama ini?" tanyanya, "apa kau pikir dia bisa dengan mudahnya membunuh orang yang ia sukai— tidak. Bahkan ku rasa dia mencintaimu!"
Minho tertawa pelan dengan air mata yang mengalir di pipinya, "kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"
"Agar kau tetap di sini,"
"Kenapa kau ingin aku tetap di sini?"
"Aku tidak akan pernah membiarkan temanku pergi untuk selamanya,"
"Kau adalah orang baik, kenapa kau mau berteman dengan orang jahat sepertiku?"
"Orang jahat? Siapa yang bilang kau orang jahat? Kau selalu memperlakukan kami dengan baik meski kau kelihatan tidak menyukainya,"
"Apa membunuh orang tua temanmu termasuk hal baik?"
Bugh!!
"Bisakah kau berhenti membahas hal itu?" tanya Jisung setelah memukul tembok di sebelah Minho.
"Tidak, maaf,"
"Dari sekian banyaknya orang, kenapa harus kau?!"
Bugh!!
Dan lagi, Jisung memukul tembok di sebelah Minho.
"Sudahlah Jisung, lebih baik memanfaatkan waktu yang ada sebelum dia benar-benar pergi," ujar Hyunjin sambil memegang bahu Jisung.
Changbin telah keluar sejak tadi untuk menenangkan pikirannya. Jisung sendiri membiarkan air matanya mengalir begitu saja dan kemudian memeluk Hyunjin. Sementara Hyunjin menatap Minho yang sedang tersenyum dalam air matanya.
Hyunjin menatap lantai di bawahnya. Dia tidak bisa jika harus terus menatap wajah Minho yang seolah baik-baik saja. Dia yakin kalau Minho memiliki beban mental yang besar selama ini.
Belum lagi Chan.
-
To Be Continued
[Sunday, May 19 2024]
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Faced • Banginho [✓]
FanfictionSemua orang bermuka dua. Tidak ada seorangpun yang benar-benar bisa dipercaya di dunia ini. Termasuk Lee Minho, seorang laki-laki yang kini jadi rekan satu tim Chan untuk menjalani misinya beberapa bulan ke depan. warn!! - fiction ≠ real - harsh wor...