file: extra

162 14 2
                                    

tw // explosion

--------

DUARRRR!!!

Suara ledakan yang memekikkan telinga memenuhi komplek perumahan yang ditinggali oleh Minho dan Chan. Minho yang sedang membuang sampah di teras pun reflek berlari ke rumah lamanya dan membuka pintu.

Dan Minho amat sangat bersyukur karena kebanyakan orang yang tinggal di tempat ini bekerja di siang hari, jadi tempat ini benar-benar sepi seolah tak berpenghuni.

"Ya! Kalian gila?!" tanyanya.

"Uhuk- jangan salahkan aku! Salahkan Jisung yang selalu bermain-main dengan alat peledak miliknya itu!" tukas Hyunjin yang baru saja keluar dari dapur dengan satu kaleng soda dan laptop di tangan.

Minho memijat kepalanya, "di mana Minchae?"

"Coba kau cari di dalam sana. Tadi dia datang membawa buku catatannya dan mencari Jisung,"

"Bocah itu,"

"Papa!" panggil seseorang.

"Hey, little Princess. Mind to tell me what did you just do with that bomber?" tanya Minho begitu ia melihat wajah sang anak yang dipenuhi dengan residu berwarna hitam di tubuhnya.

"Paman Jisung mengajakku membuat bahan peledak baru, dan percobaan kami berhasil! Katanya dia akan mencobanya di misi malam ini!"

Kepala Minho terasa sakit, "pulang ke rumah dan bersihkan tubuhmu. Ayahmu akan marah kalau tau kau bereksperimen dengannya lagi, Princess,"

"Baik!" balasnya berlari ke rumahnya sendiri.

Minho menarik nafas panjang dan lantas masuk ke dalam. Dia tau Jisung pasti bereksperimen di ruang rahasia miliknya, jadi Minho sudah bersiap dengan masker sekali pakai yang ia ambil dari lemari penyimpanan Hyunjin dan Jisung.

"Kau benar-benar mau mati, ya?" tanya Minho sambil bersandar di pintu yang terbuka.

"Uhuk- apa-apaan kau. Minchae yang mengajakku membuat peledak itu, tau," balasnya tak terima.

"Kenapa kau tidak menolaknya?"

"Dia sudah bersiap untuk menangis dan memanggil Chan hyung! Aku mana mau mati dihajar olehnya karena Minchae mengadukan hal yang tidak pernah terjadi!"

"Memangnya dia pernah mengadu soal apa pada Chris?"

"Sesuatu tentang kau dan aku. Entahlah. Tapi yang jelas Chan hyung hanya akan memukuliku karena dia takut padamu, dan Minchae tau soal itu,"

"Tuhan.." kepala Minho berdenyut sakit, "lain kali panggil aku kalau dia meminta sesuatu seperti itu lagi,"

"Ya,"

"Kalau begitu aku kembali,"

"Tolong jangan biarkan putrimu itu pergi ke sini dengan buku atau ponsel. Aku tidak mau dipaksa melakukan percobaan yang dia buat lagi,"

"Ya," balasnya sebelum pergi keluar.

Minho lantas berjalan keluar dari ruangan rahasia itu dan melepas maskernya. Menatap Hyunjin yang saat ini bermain laptop di atas meja dengan satu kaleng soda di sebelahnya.

"Jadi, apa yang terjadi di sana?" tanya Hyunjin.

"Jisung bilang Minchae memintanya untuk melakukan percobaan yang dia susun,"

Hyunjin bergidik, "dia sama gilanya denganmu dulu,"

"Yah, apapun itu.." balasnya tak berminat, "ya sudah aku kembali,"

"Ya. Perhatikan putrimu. Dia mungkin akan jadi lebih gila dari kalian,"

"Ya,"

Minho lantas berjalan kembali ke rumahnya dan masuk ke dalam. Dia lantas temukan putrinya duduk di sofa sambil menonton televisi dengan ditemani oleh Berry di sebelahnya.

Oh, dan jangan lupakan Chan yang sepertinya baru bangun dari tidurnya—setelah sebelumnya pulang dari misi yang ia jalani pukul empat pagi tadi— mendudukkan diri di sebelah sang putri.

"Hey there little Princess, we need to talk," ucap Minho.

"Ada apa, Pa?"

"Jadi rancangan projek apa lagi yang kau berikan pada paman Jisung?"

Chan mengerutkan keningnya, "lagi?"

"Kau tidak tau?"

"Jadi yang barusan itu suara ledakan percobaan mereka?"

"Benar,"

"Princess," Chan menghela nafas, "what did I told you about bomb?"

"It's dangerous.." jawabnya pelan.

"Benar. Lalu apa yang akan terjadi jika percobaan kalian gagal?"

"Mhm.. Death..?"

"Benar. Kau memang pintar,"

"Tapi aku kan sudah besar.."

"Kau bahkan takut memanjat pohon,"

"Tapi aku sudah dua belas tahun!"

"Dan kau baru lulus sekolah dasar," balas Minho.

Minchae mengerucutkan bibirnya, "tapi kan ada paman Jisung!"

"Sayang, paman Jisung baru mulai menyentuh alat-alat peledak saat dia kuliah, dan usianya sudah sembilan belas tahun. Kau butuh tujuh tahun lagi untuk bisa melakukan percobaan-percobaan berbahaya itu," jelas Chan.

"Tapi kan ada paman Jisung.." balasnya pelan.

"Oh, kalau begitu tinggallah dengan paman Jisung. Dengan begitu papa akan melahirkan seorang adik yang penurut dan akan mendapatkan jatah cokelat dua kali lipat setiap minggu karena kau tak ada," balas Minho.

"Papa!"

"Kenapa? Katanya ada paman Jisung? Pergilah,"

Mata Minchae berkaca-kaca. Air mata menetes perlahan dari pelupuk matanya dan mereka berdua hanya tertawa.

"Makanya jangan macam-macam dengan papa," kekeh Chan mengusak kepala sang anak dan memeluknya.

-

cuma sedikit extra soalnya ak gabut sksksksk lovyu all🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻

[Sunday, June 09 2024]

Two Faced • Banginho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang