Bab 1

331 22 0
                                    

"Abang, tolong nak ambilin bunda tas nya Jenan di kamar"

Pagi ini satu keluarga sibuk bersiap untuk pergi beraktivitas. Haidar yang akan bersekolah kelas tiga dan Jenan yang bersekolah masih kelas 1 SMA. Dua duanya satu sekolah, setiap istirahat Jenan selalu ke kelas Haidar hanya untuk mengajak sarapan.

Sekarang saja, Jenan sedang memakai dasi di bantu oleh Mia ibunya.

Mia bekerja sebagai pemilik toko makanan cepat saji yang dikenal dengan tempat makan terenak di kota, dan Jovan di kenal sebagai pemilik perusahaan terbesar.

Saat ini Haidar kembali ke bawah sembari membawa tas adiknya.

"Adek inget ya, jangan nakal di sekolah" peringat Mia membuat Jenan mengangguk.

"Nanti kalo nakal sama Abang kamu di pantau nanti" tambah Jovan.

Jenan mengangguk lucu sembari tangannya menggendong tas di punggungnya. "Tapi Abang nanti jangan jauh jauh ya, apalagi sekarang upacara" ucap Jenan menatap sang kakak.

Haidar mengangguk. "Iya. Ayo cepet nanti telat di hukum kakak enggak mau nolong"

Jenan bergegas mencium pipi masing masing orang tuanya lalu pergi duluan ke depan untuk menunggu di mobil sementara Haidar hanya menggelengkan kepalanya.

"Ma, pa. Abang berangkat ya"

"Iya nak, titip adek ya. Kalo nakal cubit aja enggak papa kok" tutur sang mama.

Haidar mengangguk kemudian menyusul Jenan di mobil.

-o0o-

Di mobil, Jean sibuk menatap ke luar jendela menikmati perjalanan dan menikmati sangin yang sangat sejuk itu. Dalam diam, Haidar memperhatikan Jenan.

Jenan biasanya aktif di rumah, tapi entah kenapa dia kalau ingin bersekolah selalu terlihat seperti dirinya seolah olah pendiam. Apa Jenan punya incaran?

Haidar memiliki sifat yang pendiam. Haidar juga sangat di gemari para siswi di sekolah. Meski begitu, Haidar ini punya sifat lemah lembut di keluarganya, ia selalu menjaga dan menyayangi adiknya kalau umur mereka terpaut dua tahun.

"Dek, kok diem?" Tanya Haidar memulai membuka suara.

"Hemat energi" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada Haidar membuat Haidar mengernyit.

"Lho? Biasanya di rumah banyak ngomong kok. Kenapa tiba tiba gini?" Tanya Haidar lagi.

Jenan menghela nafas panjang. Ia beralih menatap Haidar. "Adek males ngomong kalo mau sekolah tuh, bang. Peka dikit kek" cibir nya lalu memalingkan wajahnya membuat Haidar semakin bingung.

Masa bodo, toh mereka juga sudah tiba di halaman sekolah. Haidar memarkirkan mobilnya di paling ujung sementara Jenan langsung membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu membuat Haidar menatap fokus ke arah adiknya yang berlari memasuki sekolah.

Haidar membuka pintu mobil dan segera memasuki sekolah karena upacara sebentar lagi di mulai.

Haidar melempar tas nya lewat jendela lalu berlari ke lapangan dan baris di barisan belakang bersama temannya Samudra.

Haidar mengedarkan pandangannya ke sekeliling lapangan. Mata Haidar tertuju pada Jenan yang terlihat sedang bercanda bersama temannya. Haidar menghela nafas panjang, setidaknya adiknya tidak memiliki masalah.

Upacara dimulai, keadaan lapangan tampak tenang dan hening tanpa suara sama sekali. Semakin kesini, lapangan semakin panas.

Ada beberapa siswa dan siswi gugur dalam upacara dan berakhir di UKS. Di belakang, Haidar terus memperhatikan adiknya yang tidak bisa diam saat upacara dan bergerak gelisah.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang