Bab 7

64 10 1
                                    

Hari ini Juavel tidak banyak bicara. Biasanya, anak itu akan banyak bicara kalau ada Jenan karena Jenan yang selalu membawa energi banyak untuk mereka tapi sekarang Rakeal dan Juavel kesepian.

Jenan ini tipe yang aktif dan ceria. Dia bisa membagi energinya pada orang lain dan itu sama sekali tak membuat energinya berkurang, dan hebatnya lagi, Jenan selalu melawan apapun yang ia hadapi. Tapi tidak dengan Daniel.

"Bosen kagak si?" Tanya Juavel.

Rakeal mengangguk. "Banget bro. Kayak, apa gitu gue bosen banget. Mending kita ngejamet kuy!"

Plak!

"Ogah ah, Lo aja. Masa Juju yang ganteng ini disuruh ngejamet, rugi dong"

Rakeal memutar bola matanya malas. "Yaudah, pulang sekolah jenguk Jenan. Mau?" Tanya Rakeal mengajak.

"Boleh tuh!"

-o0o-

Jenan memainkan ponsel Haidar sementara sang empu sibuk berkutat dengan laptop dan buku buku.

Iya. Haidar tidak masuk hari ini karena menemani adiknya sementara orang tuanya bekerja. Tapi, Haidar di beri tugas oleh wali kelas untuk di kerjakan di rumah dan besok harus sudah selesai, jadi Haidar membawa laptopnya ke rumah sakit untuk mengerjakan disana.

"Abang disini sama adek" pinta Jenan.

Haidar menatap Jenan. "Abang ngerjain tugas dulu ya? Sebentar aja, besok di kumpul soalnya" ucap Haidar lembut.

Jenan menunduk. Padahal ia ingin bermain dengan Haidar tapi Haidar sibuk dengan tugasnya.

"Adek benci Abang."

Haidar menghela nafas panjang. "Kalo Abang enggak selesai sekarang, gimana Abang bisa jaga kamu? Adek ngerti sedikit bisa dong? Abang libur juga karena jagain kamu." Jelas Haidar tanpa sadar menekan tiap kata membuat Jenan terdiam dengan mata yang sudah berair.

Sadar akan ucapannya, Haidar tertegun. Ia menutup laptopnya dan menghampiri adiknya lantas memeluknya erat.

"Maaf, maaf.. maaf abang kelepasan.."

Jenan tak bergeming membuat Haidar kalut. Ia menatap adiknya yang masih setia menatapnya dengan tatapan sayu.

"Adek? Hey, Abang disini. Adek gapapa kan? Liat Abang, liat Abang sini" tutur Haidar.

"A-abang marahin adek?" Tanya Jenan yang mulai sadar dari lamunannya.

Haidar menunduk. "Maaf ya? Abang janji enggak gitu lagi. Maafin Abang, sekarang ayo main. Masalah tugas, itu belakangan" tutur Haidar lembut.

Jenan menggeleng. "Adek mau tidur aja. Abang urus aja tugas Abang."

Deg.

Skakmat!

Mati kau Haidar. Jenan sepertinya marah dengannya karena tadi sudah berkata seperti itu. Apa Jenan akan mengadu pada orang tuanya? Astaga bagaimana ini.

"Maafin Abang.."

"Pergi kerjain sana."

"Adek?"

"Lepas."

"Maaf ya?"

"Kalo Abang enggak suka sama adek, yaudah kan bisa tinggalin adek sendiri apa susahnya."

Haidar menunduk. "Iya Abang salah, Abang minta maaf.."

"Adek yang salah selalu mau di mengerti. Udah sana. Adek mau tidur"

Haidar memilih kembali dengan tugasnya sembari memikirkan cara bagaimana membujuk adiknya.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang