Bab 24

52 4 0
                                    

"Kemungkinan operasi keselamatan Jenan cuman 30 persen," ucap Pipto memberitahu para dokter lain.

Para dokter mengadakan rapat khusus untuk membahas kondisi Jenan. Kemarin Jenan sempat kehilangan detak jantung sampai membuat hampir seluruh dokter dan perawat ikut menangis.

Tapi datangnya keajaiban membuat Pipto menghela nafas lega. Setidaknya Jenan masih mau bertahan untuk keluarganya yang tersisa. Jenan juga sempat sadar sebelum akhirnya ia dinyatakan koma.

Pipto mencoba mendekat, tangannya mulai mendekat ke alay alat di tubuh Jenan untuk di lepas. Namun seketika semuanya terdiam saat—

Tit. Tit. Tit.

Sekeluarga di buat terdiam. Rasa bahagia dan sedih campur aduk saat alat monitor kembali berbunyi dengan normal.

"Sus, cepat periksa"

Perawat tersebut mulai kembali memeriksa detak jantung Jenan. Dan sebuah keajaiban, Jenan kembali dan memilih bertahan.

"Detak jantungnya kembali, tapi lemah," ucap perawat tersebut.

"Tolong ganti masker oksigen dengan selang."

"Baik."

Saat para perawat berusaha mengganti masker oksigen dengan selang, dari sana mereka dibuat terkejut dengan mata Jenan yang dengan perlahan terbuka meski tidak sepenuhnya.

Harsa mendekat, ia mengusap lembut pipi kanan Jenan. Entah ada apa lagi, intinya bibir Jenan tiba tiba menciptakan lengkungan yang sangat manis untuk Harsa.

Namun tiba tiba, mata itu kembali tertutup dan deru nafas Jenan kembali tak normal.

"Tolong keluar sebentar.."

Laura mengangguk, ia menarik Harsa membawanya ke luar sementara para medis menangani Jenan.

—Perjuangan yang tak sia sia untukmu jenan. Terkadang Pipto merasa kasihan pada Jenan. Ia kehilangan orang tuanya saat sekeluarga pergi untuk membuat Jenan bahagia karena sudah pulang dari rumah sakit. Dan belum ada dua bulan orang tuanya pergi, kemudian Haidar yang menyusul membuat Jenan hancur berkeping keping.

Jenan tersisa sendiri. Sebenarnya dari awal Jenan penasaran siapa dia sebenarnya yang sering Haidar bicarakan. Dan ternyata, Harsa lah orangnya.

Saat ini, Harsa tertidur di ruangan Jenan. Mungkin Harsa kelelahan jadi ia terlelap begitu saja. Samudra yang kebetulan ada di sana sedikit terkekeh melihat wajah Harsa yang sangat menggemaskan ketika tidur.

Samudra menoleh, menatap sendu Jenan.

"Bangun dek. Harsa nungguin kamu, Harsa yang selama ini Abang kamu tunggu tunggu. Kehadirannya yang selalu di tunggu tunggu yang bikin kamu penasaran siapa dia sebenernya," ucap Samudra.

Srek.

Samudra menoleh, melihat Harsa menggeliat tak nyaman membuatnya bangkit dari duduknya dan menghampiri Harsa.

Samudra terdiam saat melihat kening Harsa mengkerut seakan ia sedang bermimpi.

"Harsa?"

"Aaaa!"

Tak!

Harsa terbangun sembari melempar Hearing Aids yang di belikan oleh Laura membuat Samudra langsung memeluk Harsa.

"Hey hey, kenapa hm?" Tanya Samudra lembut.

Harsa tak menjawab, ia kembali tak bisa mendengar karena alat bantunya ia lempar begitu saja. Harsa lantas mendorong Samudra, ia mengambil note nya di meja dan menuliskan sesuatu dengan wajah penuh keringat, kemudian ia berikan pada Samudra.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang