PLAK!
Jenan meringis, ia tersenyum miris saat menerima tamparan tersebut. Kenapa dirinya di tampar? Dan apa alasannya?
Kalian tau yang menampar nya siapa? Samudra. Samudra pelaku yang menampar Jenan.
"Jelasin maksud dari foto ini." Tajam Samudra membuat Jenan menatap kosong ponsel Samudra.
Itu.. itu foto disaat dirinya tengah membantu temannya untuk mengobatinya. Tapi, tapi kenapa foto itu membuat Samudra salah paham?
"Abang salah pa—"
"APA YANG SALAH PAHAM?!" Bentak Samudra membuat Jenan mematung.
"Mau jadi jagoan kamu? Jangan mentang mentang kamu spesial dan kamu selalu di jagain, sifat asli kamu keluar Jenan. Abang Lo udah berjuang ngedidik dan ngerawat Lo tapi balesan Lo gini?!" Jelas Samudra.
Jenan terdiam. "Bukan adek.."
"TERUS SIAPA ANJING?!"
"BISA ABANG JANGAN TERIAK?!"
Samudra terdiam saat Jenan membalasnya dengan teriakan kembali.
"Abang percaya? Dengan mudah Abang percaya tanpa tau hal yang terjadi sebenernya?" Tanya Jenan dengan mata yang sudah berair. "AKU TANYA ABANG PERCAYA?!" Teriak Jenan dengan dada naik turun meluapkan amarahnya.
—Jenan menatap sekeliling, entah kenapa udara hari ini rasanya sangat segar bahkan bisa Jenan katakan ini kali pertama Jenan merasakan udara luar dengan sebebas ini.
Bagaimana kalau kita berkeliling? Pasti menyenangkan. Setelah mengunjungi rumah terakhir Haidar bersama Daniel tadi, Jenan mengunjungi taman bunga.
Jenan memetik bunga Anggrek yang dimana bunga tersebut menggambarkan betapa kesepiannya Jenan.
Bruk.
Jenan menoleh ke belakang, mendapati Gio yang terduduk di aspal dengan kaki yang tertimpa sepeda.
Jenan menghampirinya.
"Lo gapapa?" Tanya Jenan.
Gio menatap Jenan, kemudian tersenyum. "Santai, gue oke, kok. Tolongin dong!"
Jenan mengulurkan tangannya menyuruh Gio untuk memegang tangannya, namun Jenan mengernyit saat melihat wajah Gio yang tampak kesakitan.
Tanpa Jenan sadari, seseorang memotretnya.
"Lo beneran oke?" Tanya Jenan kembali.
"E-eh, iya serius!"
— Jadi? Apakah kejadian tersebut di foto oleh orang jahat secara sengaja?
Jenan terkekeh. Ia menatap tajam Samudra.
"Kalo adek sedih, adek bisa pulang ke Abang Sam."
Samudra mematung mendengar penuturan tersebut. Itu kan, itu kan ucapan Samudra saat kepergian Haidar?
"Nyatanya semuanya omong kosong. Omongan busuk. Lebih sakit percaya sama orang dewasa, dari pada di putusin pacar."
Jenan melenggang pergi ke kamar meninggalkan Samudra yang masih mematung di tempat. Apakah ia sudah keterlaluan? Samudra menamparnya.
Samudra menatap telapak tangannya yang bergetar akibat menampar Jenan. Tiba tiba air mata mengalir begitu saja dari matanya tanpa persetujuannya.
Sementara di kamar, Jenan menangis. Ia menangis memeluk lututnya sembari meringkuk di lantai. Rasanya sangat menyakitkan ketika kita hidup namun sudah tidak ada lagi orang yang membuat kita semangat dalam aktivitas apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓
Teen FictionJenan yang hidup dengan cukup kasih sayang, namun kehilangan peran orang tua pasca kecelakaan tragis itu. Kecelakaan yang membuat Jenan harus hidup berdua dengan abangnya. Awalnya baik baik saja. Tapi datangnya dua orang jahat yang mengaku paman bi...