Bab 11

67 7 0
                                    

Malam ini Jenan sudah terlelap di temani Haidar. Besok hari kedua dimana Haidar menjalani ujian sekolah. Rasanya, Haidar berat meninggalkan adiknya pasca kejadian tadi siang dimana ia menemukan adiknya yang menangis di kamar dengan keadaan kacau.

Tapi Haidar menepis itu semua, ia berharap besok adiknya lebih baik dari kemarin. Mungkin kemarin Jenan memang teringat orang tuanya makannya ia menangis.

Haidar berjalan menuruni tangga, ini sudah malam dan Haidar harus belajar untuk hari kedua ujian besok. Mungkin Laura dan Arga sudah tidur jadi Haidar bebas untuk belajar.

Haidar mengambil buku buku di loker bawah televisi, ia menyimpannya di meja dan mulai belajar. Haidar membuka beberapa lembar buku dan membacanya bahkan mengisi beberapa soal yang belum terjawab.

Semakin malam suasana semakin dingin membuat Haidar bangkit dan mematikan AC nya. Namun saat Haidar ingin kembali duduk, tiba tiba gorden rumahnya terbuka membuat Haidar mengernyit.

Haidar berjalan ke arah pintu, mengintip sedikit ada apa di luar. Matanya menyipit untuk menyelidiki ada apa di luar.

"Mama? Papa?"

Haidar melotot saat tau itu siapa. Ia membuka pintu dengan cepat dan berlari ke gerbang membuat satpam yang tidur di pos langsung terbangun.

"Den! Mau kemana den!"

Pak Kamal menahan tubuh Haidar yang memberontak.

"Itu orang tua saya pak! Mereka masih hidup! Itu pak, itu!" Tunjuk Haidar.

Pak Kamal menoleh tapi tak ada siapapun.

"Aden pasti kecapean belajar, makannya halusinasi. Coba Aden liat baik baik, teliti. Ada siapa disana?" Jelas Pak Kamal membuat Haidar terdiam.

Haidar mengucak-ngucak matanya dan benar saja. Tidak ada siapapun disana. Haidar lantas menunduk, air matanya jatuh begitu saja membuat Pak Kamal langsung memeluk Haidar.

"Paman tau Aden juga belum rela. Aden berhak nangis dan jangan pura pura kuat cuman pengen ngeliat den Jenan juga kuat" tutur Pak Kamal.

Haidar menangis dalam pelukan pak Kamal.

"Aden sama adek itu anak baik, anak hebat. Harus sehat harus tetep jadi anak kuat. Bapak kerja disini dari Aden umur 6 taun, bapak udah anggap Aden sama adek kayak anak bapak sendiri. Udah ya? Mending Aden istirahat sekarang, udah malem" lanjut pak Kamal membuat Haidar mengangguk.

Pak Kamal membantu Haidar berjalan dan menemaninya untuk masuk, pak Kamal menutup pintu dan menyuruh Haidar mengunci kembali pintu itu.

Haidar terduduk di balik pintu.

Semakin lama, Haidar ketiduran di pintu tanpa membereskan bukunya.

Tap. Tap.

"Abang?"

Jenan haus dan ingin minum tapi melihat Haidar ketiduran di pintu membuat Jenan kebingungan. Jenan bergegas turun, ia ke dapur dulu untuk minum dan kembali ke ruang tengah. Jenan membereskan buku buku Haidar, lalu menghampiri sang kakak dan duduk di samping Haidar.

Jenan menyandarkan kepalanya di pundak Haidar dan ikut tidur bersama. Hey anak anak, kalian tidak kedinginan?

-o0o-

Haidar terusik, ia membuka matanya dan melihat adiknya ikut tidur di bahunya membuatnya mengernyit. Haidar ketiduran di pintu seperti ini?

Haidar lantas menoleh ke buku bukunya, sudah rapih. Apa adiknya yang membereskannya?

Merasa terusik, Jenan terbangun dan di sambut senyuman hangat dari Haidar.

"Adek kenapa tidur disini coba?" Tanya Haidar.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang