Bab 8

75 9 0
                                    

PLAK!

"Kemana aja Lo bangsat?!" Tanya Daniel penuh amarah.

Tamparan melayang ke pipi kiri Jenan membuat kepala sang empu tertoleh ke kanan.

"Niel udah, Niel. Gue denger dia baru keluar dari rumah sakit" cegah temannya.

Daniel berdecak. Ia menoyor kepala Jenan membuat sang empu sedikit meringis. "Sana Lo, pulang! Gue udah bad mood."

Jenan mengangguk, ia bergegas pergi dari sana meninggalkan Daniel yang masih setia mengoceh.

-o0o-

Jovan memarkirkan mobilnya di area rumah, matanya tertuju pada sosok remaja kecil yang tengah duduk di teras sembari melamun.

Jenan. Jenan tadi pulang lebih dulu untuk menemui Daniel, dan saat Daniel menyuruhnya pulang, Jenan langsung pulang dengan taksi yang dimana ia bayar menggunakan uang yang ada di saku nya.

Jovan keluar dari mobil di ikuti Mia dan Haidar. Ketiganya menghampiri Jenan.

"Adek kemana si, sayang? Kok keluar tiba tiba," ucap Mia khawatir.

Jenan menunduk. "Maaf.."

Mia menggeleng. "Enggak, adek enggak salah kok sayang. Udah ya? Sekarang masuk yu? Kita makan dulu, habis itu malam nanti kita jalan jalan gimana?" Tutur Mia menawarkan.

"Bener tuh kata, mama. Kemanapun, papa turutin asal adek jadi anak baik" tambah Jovan membuat mata Jenan berbinar.

"Kemanapun?!"

Keduanya mengangguk.

"Yeay! Ayok makan!"

Jovan dan Mia terkekeh saat melihat Jenan yang kegirangan. Haidar tersenyum melihat adiknya ceria kembali, ia lantas merangkul adiknya dan mengajaknya masuk.

Terkadang satu keluarga di buat heran karena Jenan memiliki mood yang cepat berubah. Tapi meski begitu, mereka tetap menyayangi Jenan.

Sekarang saja Jenan sedang menunggu makanan yang tengah di siapkan oleh Mia di meja makan. Ia menatap ayam di depannya membuat Haidar menggelengkan kepalanya.

Haidar mengambil paha ayam, lalu di letakkan di piring Jenan.

"Kalo mau ayam tuh, di ambil dek, bukan di liatin" ujar Haidar membuat Jenan cengengesan.

"Makasii abang~"

Jovan terkekeh melihatnya.

"Aduh, tumben bilang makasih ke Abang nya?" Tanya Jovan heran.

Jenan tampak berpikir. "Kata guru adek juga, kalo abis di bantuin itu harus bilang makasih!" Serunya menjelaskan membuat tawa Mia dan Jovan pecah, kecuali Haidar hanya terkekeh dengan wajah tampannya.

Hari ini yang siangnya mereka canggung karena perubahan sifat Jenan, tapi sekarang bahagia karena tingkah lucu dan konyol Jenan kembali.

Saat Haidar lahir dulu, Mia selalu berharap kalau ia memiliki dua anak, anak pertama yang lahir bisa menyayangi, melindungi bahkan memberi kasih sayang pada adiknya mau laki laki atau pun perempuan nantinya.

Tapi syukurlah, Haidar lahir dan tumbuh dengan sangat hebat. Ia menjadi sosok yang tegar di antara keluarga, menjadi sosok yang sangat bertanggung jawab akan sesuatu yang terjadi pada keluarganya. Bahkan Haidar tak pernah lengah menjaga adiknya saat Jenan lahir ke dunia.

Haidar paling antusias saat Jenan pertama kali bisa berjalan, pertama kali bisa berbicara meski umur mereka terpaut tiga tahun saja.

Saat ini Haidar tengah bersiap sesuai janji orang tuanya untuk mengajak Jenan jalan jalan. Setelah siap, Haidar turun ke bawah melihat Jenan yang sudah rapi.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang