Bab 20

92 10 2
                                    

Jenan tidak berhenti memperhatikan wajah Harsa dengan rambut yang sedikit beterbangan oleh angin. Wajah tampan itu benar benar mirip dengan mendiang abangnya. Kalau boleh Jenan jujur, Jenan merindukan abangnya.

Mengingat Harsa yang tuli membuat Jenan tersenyum tipis. Reinkarnasi itu ada, tapi dengan kondisi yang berbeda.

"Lo pasti menderita banget.." lirih Jenan.

Harsa tetap fokus pada pemandangan di depannya. Sepanjang perjalanan, mereka menikmati suasana pantai dengan berjalan di sisi pantai.

Harsa berhenti tiba tiba membuat Jenan bingung. Harsa tersenyum, ia menggerakkan kedua tangannya. "Menurut Lo, kebahagiaan sebenernya itu kayak gimana?" Tanya nya.

Jenan tersenyum tipis. "Suatu hal yang bisa bikin Lo ketawa dan senyum lepas tanpa tekanan. Gue juga enggak tau bahagia sebenernya itu kayak gimana, tapi Lo harus ngerasain rasanya ketawa lepas," jelas Jenan membuat Harsa mengangguk.

Jenan yang melihat Harsa tersenyum menikmati angin pantai, ia melepas jaketnya dan mengenalkannya ke Harsa membuat sang empu kebingungan.

"Angin pantai enggak terlalu baik buat, Lo. Jadi pake aja jaketnya," ucap Jenan.

Harsa tersenyum. Jadi begini ya rasanya memiliki teman yang bisa mengerti kondisi kita? Harsa tuli sejak lahir, terkadang keluarganya memperlakukannya selayaknya orang lain.

Harsa mendapat perlakuan buruk dari keluarganya, ia selalu dijadikan pembantu dan bahkan Harsa mendapat kamar bekas.

Keluarganya itu keluarga berada bahkan dikenal oleh banyak orang. Ibu Harsa bekerja sebagai model kecantikan dan ayahnya pemilik perusahaan besar di kota.

Harsa juga memiliki saudara perempuan, tetapi entah kenapa saudaranya tak mau berjalan bersamanya, apalagi bersentuhan sedikitpun ia tak akan mau. Harsa selalu berfikir kalau keluarganya sangat jijik memiliki anak tuli sepertinya di rumah besar itu.

Tapi sekarang, Harsa bertemu dengan sosok yang bisa mengerti apa yang ia maksud.

Puk.

Harsa menoleh saat Jenan menepuk nepuk pundaknya.

"Ikut ke rumah gue yu?"

Harsa terdiam dengan ajakan tersebut.

"Kayaknya enggak bisa. Gue harus pulang sebelum malem"

Jenan menghela nafas kecewa. Ia menunduk. Padahal Jenan ingin menghabiskan waktu bersama Harsa. Jenan merasa kalau abangnya masih ada karena lihat Harsa.

Harsa yang melihat Jenan menunduk lantas menepuk pundak Jenan. "Tapi kalo ada yang mau di bicarain boleh kok, nanti gue izin lewat chat ke ibu" jelas Harsa membuat bola mata Jenan berbinar.

-o0o-

Harsa menatap takjub pada rumah Jenan. Rumah sebesar ini Harsa baru pertama kali melihat. Keluarganya memang kaya si, tapi rumah Jenan lebih besar dari rumahnya.

Apakah di atas ayahnya masih ada keluarga Jenan yang lebih kaya?

Ceklek.

Samudra masuk ke dalam rumah bersama kedua orang tuanya di ikuti Laura yang datang menuruni tangga. Keempatnya terkejut saat melihat sosok remaja yang tengah menatap sekeliling rumahnya.

"Siapa Lo?! Maling ya?!" Tuduh Samudra.

Samudra mengernyit saat ia tak di respon, ia lantas menghampiri remaja tersebut dan membalikkan badan remaja tersebut agar menghadapnya.

Deg.

Keempatnya tentu terkejut dengan minat wajah remaja didepannya ini. Apakah ini seperti mimpi? Tapi di sisi lain, Harsa benar benar bingung apa yang terjadi.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang