Bab 18

69 5 0
                                    

Hari ini Jenan sudah rapi dengan seragamnya. Ini hari pertama ujian sekolah dan Jenan sudah sangat bersemangat karena dirinya sudah belajar dengan baik.

Semalam Jenan berbicara dengan Daniel dan berjanji akan mengajaknya ke makam Haidar. Hari ini, Jenan akan pergi ke rumah Daniel atas perintah Daniel semalam. Jenan akan memulai mandiri mulai saat ini dan mencoba kuat.

Saat ini, Jenan berdiri di depan pintu mension seseorang.

Ceklek.

Pintu terbuka, menampilkan Daniel yang berdiri di ambang pintu membuat Jenan tersenyum.

"Gimana tidur malem tadi?" Tanya Jenan.

Daniel tersenyum tipis. Anak sekecil Jenan harus di paksakan dewasa oleh keadaan.

"Lumayan. Lo, gimana?" Tanya balik Daniel.

Jenan mengangguk. "Gue juga lumayan kok, malah nyenyak! Banget." Jawab Jenan berseru membuat Daniel terkekeh.

"Lo—"

"Adek."

Daniel terdiam, ia menatap lekat wajah Jenan membuat sang empu tersenyum.

"Ayo ganti Lo—gue jadi abang—adek. Gimana?"

Daniel menatap tak percaya. Namun sesaat, ia mengangguk pelan dan tersenyum kikuk.

"I-iya.."

-o0o-

Samudra mengotak Atik laptop yang sering di pakai Haidar. Entah apa yang Samudra cari, tapi yang pasti Samudra butuh sesuatu yang harus ia cari sekarang juga.

BRAK!

"ANJING SIA!"

Bagas melotot saat mendengar latah kasar dari putranya membuat Samudra menghela nafas pasrah karena mungkin akan dimarahi segera.

"Kamu ini!"

"IYA, YAH MAAP! LAGIAN NGAPAIN MASUK TIBA TIBA?!" Pekik Samudra sat telinganya di tarik oleh sang ayah.

Bagas melepaskan tangannya dari telinga putranya. Ia menghela nafas panjang, kemudian duduk di dekat putranya.

"Cuman kamu yang Jenan punya sekarang lho, dek," ucap Bagas.

"Dak dek, dak dek. Abang! Kan sekarang aku udah jadi Abang anjay Abang enggak tuh" canda Samudra membuat Bagas tersenyum gemas. Gemas ingin MENCEKIK.

"Serem banget, yah. Bercanda kali.. ehe, peace!"

Bagas menggelengkan kepalanya. "Enggak kuliah kamu?" Tanya Bagas.

Samudra menggelengkan kepalanya. "Dosen nya enggak masuk, jadi libur deh~"

Pletak.

"Ayah sakit anjir—"

"Ngomong sekali lagi?"

"Bercanda.. a-anu tiba tiba dosen nya masuk, aku berangkat dulu ya, yah. BABAY!!"

Bagas menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putranya. Mana ada kuliah hanya memakai kolor dan baju hitam lengan pendek, udah gitu kolor nya Minion lagi.

-o0o-

Disini Jenan berada. Di tempat peristirahatan Haidar dimana Jenan kembali kesana dengan membawa setangkai bunga. Jenan mengusap lembut batu nisan tersebut, ia meletakkan setangkai bunga di atas tumpukan tanah tersebut.

"Halo Abang? Tebak, siapa yang datang hari ini.." kata Jenan sembari tersenyum manis.

Daniel yang melihat senyum tersebut merasa sesak dan ingin sekali menangis.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang