Bab 5

88 12 2
                                    

Mia menyajikan teh manis di meja ruang tamu, ia mendudukkan dirinya di samping sang suami menemani Jovan menonton berita berita di televisi.

Jenan dan Haidar sudah pulang sejak tadi. Haidar bilang, dia ada kerja kelompok dengan temannya jadi izin untuk pulang malam dan pulang hanya mengantarkan Jenan saja. Sementara Jenan, anak itu mungkin dikamar entah kenapa.

Tap. Tap.

Panjang umur. Baru di bicarakan, anaknya turun dari tangga menghampiri orang tuanya.

Jenan duduk di tengah tengah keduanya, ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang papa.

"Kenapa, dek?" Tanya Jovan sembari mengelus elus surai si bungsu.

"Papa, adek kok akhir akhir ini sering banget ngerasa engap ya?" Tanya nya heran membuat Mia dan Jovan mengernyit.

Mia lantas menaruh telapak tangannya di atas dada Jenan dan mengusapnya dengan perlahan memberi si bungsu kenyamanan.

"Sesek gitu enggak?" Tanya Mia.

Jenan dengan polos mengangguk. "Tapi cuman sebentar doang. Tapi kadang, adek kalo kaget suka tiba tiba diem kata Avel juga. Katanya, kalo adek kaget kayak orang jantungan" jelas Jenan membuat Jovan menatap Mia.

"Adek istirahat aja ya? Kecapean itu" tutur Jovan.

Jenan menggeleng. "Enggak mau, papa. Adek mau nunggu Abang aja, mau di temenin Abang" tolaknya mentah mentah.

Jovan mengusap usap surai Jenan membuat mata Jenan terpejam menikmati elusan tersebut. Konon yang katanya mau menunggu Haidar, mini perlahan anak itu terlelap di tengah tengah orang tuanya membuat Jovan terkekeh.

Jovan mengecup sayang puncak kepala Jenan.

"Mau di cek aja, ma?" Tanya Jovan.

"Tapi nanti adek tau gimana? Kita jawab apa?"

Jovan menghela nafas panjang. "Jawab aja adek kecapean jadi adek harus cek ke dokter" jawab Jovan menjelaskan.

Mia mengangguk. "Kita kapan jujur, mas?" Tanya Mia.

"Ada saatnya. Mau di telpon sekarang dokternya apa nanti?"

"Telpon Abang aja dulu, mas. Abang kan yang tau dokternya" jelas Mia membuat Jovan mengangguk.

Jenan. Jenan lahir dengan keadaan jantung yang lemah. Bisa dibilang Jenan memiliki kelainan pada jantungnya.

Awalnya, dokter mengatakan kalau tetap memaksakan Jenan lahir ke dunia akan berakibat fatal, tapi atas anugrah dari Tuhan, Jenan berhasil lahir ke dunia dengan selamat meski dengan kekurangan.

Jenan lemah akan bentakan, Jenan lemah kalau dikejutkan. Jadi itu sebabnya orang tuanya tak pernah membentak atau bahkan memarahinya sama sekali. Ini alasan Haidar dan orang tuanya sangat menjaga dan menyayangi adiknya.

Jovan belum mau memberitahu Jenan karena baginya Jenan masih terlalu kecil untuk tau penyakitnya. Tetapi, Jenan selalu bertanya tanya apa alasan ia selalu disayangi atau bahkan tak di bentak sama sekali.

Tapi sekarang, Jenan tumbuh dengan sangat baik meskipun terkadang anaknya selalu mengeluh karena selalu merasa sesak dengan kegiatan yang bahkan tak berat pun.

Saat ini, Haidar sedang di mobil. Ia baru saja di hubungi oleh Mia kalau adik nya merasa kembali sesak, jadi ia akan menjemput dokter yang sudah menjadi langganan dari Jenan kecil.

Haidar sudah tiba di area rumah dokter Pipto yang sudah menjadi dokter pribadi Jenan selama 16 tahun ini.

Tok. Tok.

Jenan Dan Lukanya [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang