Seorang gadis cantik berambut hitam lebat memarkirkan mobil mahalnya dengan sempurna di salah satu restoran, dia kemudian kacamata hitam yang masih bertengger menghiasi wajahnya yang manis sebelum mematikan mesin mobilnya.
"Hari ini.. rasanya panas sekali." Gumamnya sambil mengambil barang-barangnya kemudian turun dari mobilnya, matanya otomatis menyipit begitu silaunya matahari siang hari di ibu kota negara Korea Selatan menusuk matanya.
Tanpa menunggu lama, gadis yang sudah memiliki janji siang hari ini dengan salah satu sahabatnya itu memutuskan untuk segera masuk ke dalam restoran, ada pelayan yang langsung menyapanya, menanyakan berapa orang yang akan berkunjung, namun dengan lembut, gadis itu menjawab.
"Sahabatku sudah menunggu di dalam, dia duduk di meja dua puluh delapan." Ucapnya sambil melihat layar ponselnya, setelahnya, dia melangkahkan kakinya, mengikuti pelayan perempuan yang ramah itu dari belakang, mengantarnya ke meja dua puluh delapan.
"Jennie!" Bibirnya langsung membentuk senyuman khas begitu mendengar sapaan sahabatnya yang sudah sampai di restoran sekitar tiga belas menit lebih awal darinya, gadis bernama lengkap Kim Jennie itu kemudian mempercepat langkah kakinya, menghampiri sahabatnya yang sampai berdiri untuk menyambut dirinya.
"Lama tidak berjumpa denganmu, Irene." Ucapnya berbasa-basi, layaknya gadis-gadis pada umumnya, keduanya bahkan menempelkan pipi satu sama lain bergantian, menunjukkan keramahan.
"Benar, maafkan aku, sudah lama sekali kita tidak bertemu dan menghabiskan waktu bersama seperti ini." Jennie kemudian duduk di hadapan sahabatnya, dia langsung diberikan buku menu oleh pelayan.
"Pesanlah apapun yang inginkan, hari ini, biar aku yang mentraktir makan siang kita." Jennie langsung berdecak pelan untuk protes, "tidak perlu, apa kau sudah memesan makan siang?" Tanya Jennie, dia segera menyebutkan pesanannya pada pelayan.
"Aku sudah memesan, namun sepertinya aku akan menambah camilan, berikan satu truffle french fries, terima kasih." Ucap Irene setelahnya.
"Jangan memesan terlalu banyak, kau tahu jika aku tidak makan terlalu banyak, aku harus menjaga postur tubuhku." Ucap Jennie begitu pelayan selesai mencatat pesanan mereka.
"Tuntutan pekerjaan?" Jennie mengangguk saja, "sudah berapa lama kita tidak bertemu? Kau terlihat jauh lebih cantik dari pertama kali kita berbincang." Irene terkekeh saja mendengar ucapan Jennie, sahabatnya ini memang manis dalam berbicara.
"Sudah lebih dari empat bulan kita tidak bertemu jika aku tidak salah ingat, kau juga jauh lebih cantik, Jennie, sepertinya kau menyukai pekerjaan barumu." Jennie saja terkekeh mendengarnya.
"Ya.. aku cukup menyukai pekerjaan baruku." Balas Jennie setelahnya, "bagaimana dengan pekerjaanmu? Kau juga pasti disibukkan dengan pekerjaan sampai tidak memiliki waktu untuk bertemu denganku." Jennie memajukan bibirnya, meski Irene yang berusia tiga puluh tahun sebenarnya lebih tua dua tahun daripada dirinya, namun keduanya sudah berteman dari universitas, sampai-sampai, Irene meminta Jennie untuk tidak memanggilnya dengan sebutannya Unnie.
"Bekerja di kantor memang melelahkan, kau tahu sendiri bagaimana atasanku yang sering aku ceritakan padamu, kemarin saja.. dia memarahi kami karena perusahaan rugi tujuh juta won, sebenarnya bagaimanapun juga kesalahan ada pada kami yang ceroboh, tapi terkadang kata-katanya menyakitkan." Jennie langsung berdecak mendengar ucapan Irene.
"Aku tidak mengerti kenapa kau tidak memutuskan untuk mengundurkan diri saja daripada harus bertahan dengan atasan yang menyebalkan seperti itu, dia memang pemilik perusahaan, tapi dia tidak bisa memanusiakan manusia." Bukan satu dua kali Irene mengeluh soal pekerjaannya pada Jennie, itu kenapa sedikit banyak Jennie tahu tentang keadaan di perusahaan Irene, sahabatnya ini memiliki atasan yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE - JENLISA [G×G]
FanfictionJennie diminta oleh sahabatnya Irene untuk membalas dendam atas kesakitan hati yang dia rasakan dari seseorang bernama Lisa, gadis yang menghosting dirinya setelah mereka dekat selama beberapa bulan. Pada awalnya, Jennie merasa ragu untuk membantu I...