"Uncle.. bukankah lebih baik kita menunggu Lisa bangun terlebih dahulu?" Chaeyoung dengan berani mengikuti langkah besar Daddy Manoban menuju lantai dua, pagi ini, si kepala keluarga itu begitu murka pada putrinya yang bahkan masih tenggelam dalam alam mimpinya.
"Tidak, Uncle tidak bisa menahan lagi untuk tidak memarahi anak nakal itu." Chaeyoung hanya mampu menghela nafasnya saja sambil membasahi bibirnya, bahkan ibu kandung Lisa juga tidak bisa lagi menghentikan suaminya yang memang tampak marah begitu mengetahui hal besar yang dilakukan oleh putri mereka.
Dengan kasar, Daddy Manoban membuka pintu kamar putrinya yang memang tidak pernah dikunci atas permintaan mereka karena Lisa tidak akan mendengar apapun saat tertidur, dengan Lisa yang tidak mengunci pintu, itu memudahkan orang-orang di rumahnya untuk membangunkannya.
"Bangun bangun, cepat bangun." Daddy Manoban tidak lagi melihat Lisa sebagai putrinya yang selalu dia anggap sebagai anak kecil, hal yang baru dia ketahui tentang putrinya membuat dirinya murka, dan di titik ini, Daddy Manoban bahkan tidak lagi mau memanjakan putrinya.
Lisa langsung berdecak begitu selimut yang membungkus tubuhnya ditarik, dia menggosok matanya yang masih terasa berat, ditambah ibunya langsung menyalakan kedua lampu yang ada di kamarnya, Lisa semakin tidak nyaman karena cahaya begitu menusuk matanya.
"Mom.. matikan lampunya." Ujar Lisa sebal lengkap dengan rengekannya, hari ini, suasana hatinya begitu buruk, bahkan bukan hanya dari hari ini saja bahkan dari kemarin malam, Chaeyoung menjadi satu-satunya orang yang paham dengan keadaannya.
"Tidak, bangun! Jelaskan pada Daddy apa yang kau lakukan selama ini." Lisa mau tidak mau bangkit, dia tidak mengerti kenapa ayahnya begitu marah padanya pagi ini, namun begitu Lisa melihat raut wajah Chaeyoung, raut wajah sahabatnya terlihat begitu cemas dengan dirinya.
"Apa yang aku lakukan? Tidak ada, Dad." Ucap Lisa sambil merapikan rambutnya yang berantakan, padahal rencananya hari ini dia ingin mengurung diri di kamar, bagaimana caranya menjelaskan pada orang tuanya jika dia sedang patah hati? Rencananya tidak berjalan dengan mulus kemarin.
"Tidak ada? Jelaskan kenapa kau membuat transaksi besar di kasino." Lisa menelan saliva nya, kenapa hari ini harus datang bertepatan dengan dirinya yang tengah patah hati? Jantungnya berdebar tak karuan kala ayahnya menyebutkan tentang Kasino.
"Enam juta won kau habiskan disana?! Apa saja yang kau lakukan, Lisa? Daddy pikir dengan bertambahnya usiamu maka kau tidak perlu lagi diawasi terlalu ketat namun ternyata tidak, kau justru semakin parah, siapa yang mengajarimu untuk berjudi? Tidak ada satupun di keturunan Manoban yang seperti dirimu, kau tidak tahu bagaimana susahnya mencari uang? Orang tuamu memberikan uang untukmu namun kau malah menggunakan uang untuk hal tidak berguna seperti ini!"
Chaeyoung bahkan sampai memejamkan matanya, dia juga ikut berdebar karena ayah kandung Lisa memang terdengar begitu tajam dan menusuk, sedangkan Lisa hanya tetap diam, tidak berani menjawab ucapan ayahnya.
"Tidak ada lagi uang untukmu, cari uang sendiri diluar sana, meski uang enam juta won itu memang adalah milikmu, tapi kembalikan pada Daddy, bagaimanapun caranya, Daddy tidak mau tahu." Lisa menghela nafasnya, dia juga tidak tahu bagaimana cara menghasilkan uang sebanyak itu.
"Mommy tidak menyangka anak Mommy seperti ini, kau tahu judi adalah awal kehancuran bukan? Apa sebelumnya kau juga menghabiskan empat juta won dua bulan yang lalu karena hal yang sama?" Mommy Manoban mengeluarkan kalimatnya dengan lebih lembut.
"Tidak semua, Mom." Balas Lisa setelahnya, "tidak semua itu artinya benar! Kau kecanduan berjudi di luar sana? Mulai sekarang kau tidak boleh keluar di malam hari lagi! Daddy yakin Chaeyoung juga pasti sudah melarang mu namun kau yang tidak mau mendengarkan ucapannya bukan?" Tanya Daddy Manoban lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE - JENLISA [G×G]
FanfictionJennie diminta oleh sahabatnya Irene untuk membalas dendam atas kesakitan hati yang dia rasakan dari seseorang bernama Lisa, gadis yang menghosting dirinya setelah mereka dekat selama beberapa bulan. Pada awalnya, Jennie merasa ragu untuk membantu I...