"Kenapa sih? Mukanya jutek amat dari tadi."
Amanda sibuk mengaduk kuah bakso, tanpa berminat melahapnya. Padahal, gadis itu paling bersemangat jika memakan bakso. Entah pikiran apa yang tengah mengganggu Amanda.
"Kamu ada info loker nggak?"
Tina yang awalnya bertanya dalam batin mengapa kawannya ini merenung, akhirnya bernafas lega. Menjadi satu-satunya teman dekat Amanda, lantas tak membuat Tina tahu seluk beluk kehidupan gadis cantik itu. Amanda begitu ahli menutupi kehidupan pribadinya, ia tak akan membagi ruang untuk orang lain. Tina juga heran, bagaimana ia dulu mampu berteman dengan gadis super duper pendiam dan suka menuduk ini.
"Kalau di kantor aku sih nggak ada ya. Tapi aku bakal ngasih tau kalo misal ada loker ntar. Kenapa emangnya?"
Amanda kembali menunduk. Ada perasaan berat menceritakan keluh kesahnya kepada Tina. Dia lebih menyukai mendengar cerita orang lain daripada menceritakan kisahnya sendiri. Berat sekali menjadi pekerja di jaman sekarang. Padahal Amanda merasa pekerjaannya selalu ia lakukan dengan maksimal. Namun dewi fortuna seakan belum sudi hinggap di hidupnya. Menjadi sales, spg yang tersenyum sampai giginya kering, berdagang apapun yang bisa dijual, hingga sekarang ia menjadi asisten pribadi dari seorang selebritis.
"Ya gitu deh, Tin. Dibilang capek, ya namanya kerja pasti capek. Tapi aku udah nggak kuat banget kerja bareng agensi kayak gini."
Tina menatap Amanda dengan tatapan iba. Sebagai sesama orang yang terjun di belakang dunia hiburan. Tina paham betul bagaimana seluk beluk dunia ke artisan di negara ini. Apalagi menjadi asisten pribadi. Tak jarang beberapa selebritis menganggap asisten mereka layaknya budak. Tidak, kalian tidak salah. Banyak asisten yang diperlakukan semena-mena. Mereka tak dihargai dan bertahan hanya demi lembaran rupiah.
"Ntar aku carikan info loker secepatnya. Emangnya kamu mau kerja di bidang apa? Mungkin aku bisa bantu ngasih solusi."
"Apa aja, yang penting dapat duit. Nggak masalah aku apapun bidangnya."
Kedua sahabat ini lantas melanjutkan acara makan mereka. Dengan selingan candaan. Hidup harus terus berjalan, sedih boleh. Tapi tidak patut dipertahankan.
***
Setelah puluhan lamaran, akhirnya Amanda mendapatkan panggilan wawancara. Sebenarnya pekerjaan ini hasil dari info yang diberikan oleh Tina. Alias lamarannya sama sekali tidak dilirik perusahaan mana pun. Beginilah realita menyedihkan negeri ini, bekerja pun dibatasi usia. Padahal Amanda belum lansia. Syarat sudah seperti masuk ke akademi hogwarts tapi gaji melarat. Kadang Amanda selalu mengeluh dengan bobroknya dunia kerja. Apa daya, ia hanya seonggok butiran debu tak berguna.
Gadis itu datang dengan setelan formal serta riasan yang tak terlalu tebal. Kali ini adalah wawancara tahap terakhir. Amanda akan bertemu dengan calon atasannya kelak. Huh, sebenarnya dia sama sekali tak berpengalaman bekerja di kantor. Pelamar yang dicari adalah asisten pribadi, sama saja dengan pekerjaannya dahulu bukan?
Ya ampun, sekarang sudah gilirannya memasuki ruangan. Semoga saja Amanda tidak pingsan. Pagi ini perutnya belum terisi apa pun. Saking gugupnya, Amanda tak dapat tidur hingga pagi menjelang. Dirinya hanya sempat terpejam beberapa saat sebelum kelabakan karena kesiangan.
Amanda mengambil kursi untuk ia duduki. Menatap satu per satu pewawancara hingga tatapannya berhenti di satu sosok. Sebentar! Amanda mengenal sosok yang menatapnya dengan tatapan datar itu. Jangan bilang orang ini adalah atasannya kelak. Atau ... Amanda akan tersingkir setelah ini. Mana sudi mantan kekasihnya saat SMA ini sudi menerimanya. Duh kenapa nasibnya tidak beruntung ya sedari dulu?
Sepanjang wawancara, Amanda tak berani menatap wajah sang mantan kekasih masa SMA dahulu alias Reno. Ia hanya menunduk saja sepanjang waktu. Pasrah jika tak diterima. Lebih baik menghilang saja daripada bertemu dengan Reno setiap hari.
Wawancara yang menyedot energi berakhir. Amanda segera pergi setelah dipersilahkan. Dirinya mendapatkan antrian terakhir, tak ada lagi pelamar yang menunggu di luar. Gadis itu memegang kepalanya. Mendadak ia merasa pusing, pandangannya mengabur. Amanda tetap berusaha berjalan. Satu langkah ia gapai, tubuhnya limbung. Amanda tak sadarkan diri ketika tubuhnya digendong menuju rumah sakit.
***
Reno memandang bosan ke arah tumpukan kertas CV calon pelamar. Ia sudah bosan menyeleksi asisten yang tidak kompeten. Ada saja hal yang membuatnya jengkel yang berbuntut mundurnya semua asisten pribadi yang pernah bekerja bersamanya. Tangan yang awalnya melempar satu persatu kertas, berhenti seketika. Ketika nama serta potret gadis yang tidak asing muncul. Reno memegang kertas itu hingga tangannya bergetar.
Ada rasa kecewa, marah serta rindu yang menguar. Seharusnya, masih ada urusan yang harus ia selesaikan bersama gadis itu. Gadis yang menggantung dirinya selama 10 tahun lamanya. Membuat pikirannya kacau sebab gagal untuk melupakan hubungan antara mereka di masa lalu.
Reno berdecih dengan keras. Ia pikir sang mantan sudah menjadi wanita karir yang mentereng. Nyatanya dia masih melamar menjadi pesuruh. Reno jadi tak sabar bertemu dengannya. Apakah gadis itu akan terkejut?
Saat hari yang ia tunggu telah tiba. Reno hanya ingin bertemu dengan Amanda. Tidak peduli dengan pelamar lain. Mereka sama saja, tidak membuat Reno melirik sedikit pun. Baru di antrian terakhir, gadis yang ia tunggu datang. Reno mengamati dari atas sampai bawah. Bagaimana mungkin gadis itu masih sama seperti di masa lalu. Dengan kaca mata yang menghiasi mata kecilnya. Ah, tubuhnya semakin kurus. Reno bertanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi?
Amanda hanya menunduk sepanjang sesi wawancara. Membuat Reno gemas sendiri dibuatnya. Memangnya ia tak semenarik itu ya untuk dilihat? Bahkan hingga detik terakhir. Amanda hanya melenggang pergi dengan langkah gontai.
Eh, sebentar.
Kenapa cara berjalan Amanda semakin pelan. Kenapa pula Amanda memegang kepalanya? Jangan sampai gadis itu—
PINGSAN!
Amanda tak sadarkan diri. Reno tanpa berpikir panjang, segera mengangkat tubuh yang terbaring lemah itu. Reno bersumpah, tubuh Amanda sama sekali tak terasa berat. Ia semakin geram, apakah gadis ini tidak makan?
Sesampainya di rumah sakit. Perawat segera memberi pertolongan pada Amanda. Syukurlah ada kamar yang kosong. Reno segera meminta agar Amanda dipindahkan ke ruang eksklusif. Beruntung di dalam tas, terdapat kartu identitas, mempercepat proses pemilihan kamar.
Reno terduduk di samping Amanda yang tengah berbaring tak sadarkan diri. Perawat mengatakan bahwa Amanda akan tersadar ketika tenaganya telah pulih.
"Manda, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu selama ini? Apa yang kamu sembunyikan, Manda?" Tanya Reno yang tentu tak mendapatkan jawaban.
Dokter telah mendiagnosa kondisi kesehatan Amanda. Diperkirakan Amanda kehilangan kesadaran sebab perutnya tak terisi asupan apa pun alias kosong. Ditambah rendahnya tekanan darah. Dokter juga mengatakan bahwa mungkin saja pola makan yang Amanda jalani tidaklah sehat. Gadis itu kekurangan asupan nutrisi.
Reno merasa marah. Menerka apa yang nenyebabkan sang mantan kekasih hingga ia bekerja keras tanpa memikirkan tubuhnya? Reno ingin sekali berteriak menuntut jawaban pada Amanda.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.