"Reno! Pulang, dong. Kapan aku istirahatnya kalau kamu di sini terus?"
Amanda mulai jengah, pasalnya pria yang masih merasa tanpa dosa ini tetap menginap di rumahnya. Bahkan Reno tak membiarkannya bebas. Dua hari, tubuhnya terus diajak berperang oleh Reno. Pria itu seperti buldoser, tak mengenal lelah.
"Kamu ngusir aku nih ceritanya?" Tanyanya dengan nada merajuk.
Malah tambah keras dengkusan keluar dari bibir Amanda. Mengapa Reno merasa menjadi korban? Sudah menumpang, tidak tahu diri! Malah pemilik kamarnya digagahi setiap waktu.
"Iya! Pergi sana, hush hush! Kamu kan punya apartemen sendiri. Ngapain nginep lama di sini?"
"Ya udah, kamu ikut ke apartemen aku. Tinggal di sana aja. Nggak perlu ngapa-ngapain."
Amanda memukul dada Reno dengan keras. "Ngaco!"
Bukannya marah, Reno malah membenamkan tubuh Amanda pada dadanya. Kembali ia peluk wanitanya dengan erat. Sepasang sejoli ini menghabiskan waktu di atas sofa yang berfungsi sebagai kasur pula.
"Reno! Pulang, dong. Kamu nggak puas apa, dua hari sama aku terus?"
"Nggak akan pernah puas, sih."
Amanda mendengkus kesal. "Ngeselin! Lagian kita kan gak ada hubungan apa-apa."
Secepat kilat, Reno membalik tubuh Amanda. Mengunci gadis tersebut dengan tatapan yang tajam. Amanda merasa tak nyaman dengan tatapan tajam tersebut.
"Serius kamu ngomong kayak gini? Masa nggak punya hubungan apa-apa tapi tidur bareng?"
"Y-ya, tapi kamu nggak ngomong kalo aku pacar kamu!"
Reno nampak berpikir dengan keras, "Kita kan memang pacaran."
"Hah? Maksudnya? Yang bener, dong!"
Amanda menjadi bingung, sejak kapan ia berpacaran dengan Reno. Hubungannya hanya sebatas rekan kerja. Ya, meski tidak ada rekan kerja yang berbagi kehangatan ranjang berdua.
"Loh, aku bener. Memangnya kapan kita pernah putus? Aku nggak pernah anggap hubungan kita berakhir."
Amanda terdiam setelah mendengar penuturan dari Reno. Matanya mulai memandangi si pria dengan tatapan berkaca-kaca. Selama ini Reno masih menyimpan perasaan padanya. Amanda tidak tahu apakah ia pantas dicintai sebesar ini. Sampai-sampai tidak terasa bahwa air matanya telah luruh menghiasi wajah ayunya.
"Jangan nangis ..."
Reno mengusap wajah si gadis dengan penuh kelembutan. Pria berlesung pipi itu tak berbohong, menyimpan rasa sayangnya selama bertahun-tahun. Makin bertambahnya hari, rasa sayang makin memupuk sejalan dengan rindu. Pernah Reno di titik menyerah, berpikir bahwa mungkin saja Amanda dipersunting pria lain. Membuat hatinya makin hancur, sebab tempat berlabuhnya masih sang gadis tercinta.
"Kenapa kamu begini? Kamu bisa nyari cewek lain yang lebih baik dari aku."
"Tapi aku sukanya kamu. Aku sayang kamu, bukan orang lain. Waktu kamu menghilang, aku jadi kayak orang gila. Aku alihin semua ke pekerjaan, tapi waktu pulang aku tetap kesepian."
"Sudah, ya. Jangan nangis lagi."
Reno membenamkan tubuh ramping wanitanya dalam pelukan. Ia merasakan isakan Amanda makin keras di dalam sana. Reno terus menberikan ketenangan agar gadis cantik itu berhenti menangis.
"Dulu aku berpikir kalau hubungan kita cuma cinta masa sekolah aja. Buat masa depan, kamu pilih cewek lain. Kamu tau sendiri gimana keadaan keluarga aku. Terlebih ibuku. Aku nggak mau jadi benalu di kehidupan kamu. Aku mutusin buat ganti semua kontak yang aku punya. Apalagi waktu itu, kamu mulai kuliah. Aku nggak mau jadi pengganggu di hidup kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.