Sepeninggal Amanda yang menjenguk Reno, pria itu makin kacau saja. Hari-harinya dihabiskan untuk menangis. Bersembunyi di balik selimut. Tak peduli dengan kesehatannya sendiri. Dia hanya makan apabila sang itu sudah berteriak marah.
Bukan hanya itu, Reno juga mengundurkan diri dari tempatnya bekerja. Terlalu pahit mengingat kenangan bekerja di sana. Bahkan Reno sudah tak ingat kapan terakhir kali datang bekerja. Mendadak ia muak dengan semua pekerja yang dahulu tiba-tiba memecat Amanda. Hah, mengingat Amanda kembali membuat Reno merana. Dia juga bersalah karena ikut mencurigai sang kekasih. Atau sudah menjadi mantan kini. Hatinya remuk, hubungannya resmi kandas.
Reno memutuskan untuk tetap keluar dari perusahaan tersebut. Meski tak tahu langkah selanjutnya dalam berkarir. Yang terpenting ia keluar.
"Pak Reno, apa keputusannya udah bulat? Perusahaan bisa ngasih SP aja tanpa perlu Pak Reno mengundurkan diri." Bujuk rekan kerjanya.
"Nggak, saya tetap akan keluar. Saya tidak bisa bekerja di perusahaan yang tidak profesional begini. Sembarangan memberhentikan pegawai."
Reno pergi setelah merapikan barang miliknya. Mau tidak mau, pria itu pulang ke rumah orang tuanya. Karena Ratna tidak ingin Reno tinggal sendirian dengan kondisi yang memprihatinkan. Keluar dari rumah sakit, Reno malah seperti mayat hidup.
Bingung kemana lagi mencari Amanda. Dirinya tidak akan pernah mau mengakhiri hubungan tersebut. Sementara Amanda terus meninggalkannya.
Reno terus berpikir, hingga ia menemukan data diri milik Amanda. Bahkan mencantumkan alamat rumah si wanita. Reno begitu bahagia. Tanpa pikir panjang, ia pergi menuju alamat tersebut. Tidak peduli bahwa tubuhnya masih lemas dan belum sepenuhnya pulih.
***
"Reno, ngapain kamu ke sini? Pulang!"
Nyeri di hati Reno bertambah. Karena Amanda malah memarahinya. Padahal ia sudah ke sini, menempuh perjalanan jauh.
"Nggak mau. Aku mau sama kamu!" Reno menggeleng dengan cepat.
Amanda mencoba melepas pelukan tersebut. Wanita itu merasa tubuh Reno hangat, bukan hangat tapi panas. Apa pria ini demam? Namun tenaganya dalam memeluk masih kuat.
"Lepasin, Reno. Nanti diliat sama orang!"
Reno tetap memeluk Amanda dengan erat. Menolak melepaskan pelukannya. Reno ingin memuaskan diri untuk merasakan hangatnya pelukan Amanda. Peduli setan dengan orang lain. Biar mereka melihatnya, kalau perlu langsung dinikahkan saja.
Tidak ada cara lain, Amanda memukul dada Reno kuat-kuat. Tidak tahan dipeluk oleh sang mantan kekasih. Bukannya melemah, justru Reno makin memeluk tubuh ramping Amanda dengan kuat. Sesaat, Amanda mendengar suara isak tangis. Reno kembali menangis.
Akhirnya, dengan susah payah Amanda menyeret tubuh Reno menuju kamarnya. Jika penyakit manjanya sudah kambuh, pasti Reno hanya mau menempel pada Amanda. Tidak membutuhkan hal lainnya.
"Kamu udah makan?"
Amanda bertanya, setelah berhasil mengurai pelukannya. Melihat wajah Reno dengan jelas. Terlihat kurang tidur serta badannya makin kurus. Sebenarnya Amanda tak suka melihat Reno yang sakit-sakitan seperti ini.
"Aku nggak mau makan. Kamu janji mau nyuapin, tapi malah pergi."
Helaan nafas panjang terdengar dari bibir Amanda. "Terus kalau aku gak nyuapin, kamu nggak mau makan gitu? Nggak kasian sama tubuh sendiri?"
"Buat apa kasian sama tubuh aku? Kamu juga udah nggak peduli lagi."
Amanda merotasikan kedua mata. Mulai lagi merajuknya. Padahal pria itu sudah terbilang kelewat dewasa dari usianya. Tapi menurut Amanda, tingkahnya tidak beda dari balita.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.