Amanda meneguk minuman seakan baru berpetualang di gurun pasir. Tenggorokannya terasa kering setelah mengajar anak TK. Bukan menjadi guru, ia bekerja sebagai pengajar les. Biasanya anak orang kaya itu menambahkan beberapa les untuk anak mereka. Kebetulan, Amanda mengajarkan les membaca dan berhitung. Beruntung ia dapat diterima di tempat ini, meski menjadi guru pengganti. Itu saja Amanda harus memohon, karena dirinya hanyalah murid SMA.
Setelah selesai mengajar, sudah tentu ia harus pulang. Hari ini adalah jadwalnya mencuci semua tumpukan baju kotor. Sebelum itu, Amanda akan berbelanja bahan dapur di pasar.
Amanda terkejut saat melihat Reno yang berdiri di tepat di depan tubuhnya.
Gadis itu hendak pergi. Namun tangan Reno menahan lengannya. Mau tak mau Amanda menatap kakak kelasnya tersebut.
"Jangan pergi. Aku nggak bermaksud berbuat buruk sama kamu."
Sudah beberapa waktu ini Reno terus memikirkan Amanda. Sejak ia tak lagi menemukan si gadis yang menikmati makan siang di ruangan penyimpan alat kebersihan. Reno jadi berpikir apa dia telah kelewatan? Lalu takdir membawanya bertemu lagi dengan Amanda di tempat les. Tempat yang sama dimana ia menjemput adik temannya kapan hari.
Reno menarik tangan Amanda, mengajak si gadis bercerita padanya.
"Kamu dari tadi nunduk terus."
"M-maaf." Ucap Amanda lirih.
Reno menipiskan bibir. Gadis di depannya bertingkah seolah dirinya adalah perundung. Padahal Reno tidak berniat jahat. Dia hanya penasaran saja dengan Amanda. Mengapa gadis itu rela makan sendirian.
"Maaf kalau aku ngagetin kamu dulu. Tapi aku nggak bermaksud buat nakutin. Aku cuma penasaran aja, karena denger suara dari ruang janitor."
Tubuh Amanda bergetar takut. Oh, tidak. Dia ketahuan. Apa Reno akan menyebarluaskan semuanya kepada orang lain?
"Jangan kasih tau ke guru, Kak. Saya udah nggak makan disitu lagi." Lirih si gadis, masih menunduk.
Reno menggaruk tengkuknya. Bukan itu maksudnya. Dia memang tak pernah berniat mengadukan hal tersebut. Makan di ruangan itu tidak melanggar peraturan. Reno hanya penasaran alasannya saja.
"Nggak, aku nggak bakal ngaduin. Aku cuma penasaran aja kenapa kamu makan di sana. Ruangan itu nggak layak buat tempat makan."
Amanda menimang jawaban yang ingin ia keluarkan. Haruskah ia menjawab jujur? Atau berbohong saja? Ah, tidak ada gunanya Amanda berbohong.
"Saya nggak tau lagi harus makan dimana. Teman satu kelas terganggu jika melihat saya membawa bekal. Jadi satu-satunya yang bisa saya pikirkan adalah ruangan itu."
"Kenapa kamu nggak makan di kantin aja?"
"Saya nggak punya uang."
Reno terdiam, tidak mengucapkan satu patah kata. Reno merasa hidupnya seperti di dalam tempurung. Karena seumur hidup tak pernah bertemu orang yang bahkan tidak mampu membayar uang makan. Tangannya ingin meraih pundak Amanda, namun terhenti di udara.
***
Amanda kira, hubungannya dengan Reno akan berakhir begitu saja. Namun sang kakak kelas bersikeras ingin berteman dengannya. Bahkan berinisiatif untuk selalu membelikan Amanda makan. Namun gadis itu menolak.
Reno tak membiarkan Amanda kesepian. Pemuda itu bahkan menjemput Amanda di depan kelas, kala waktu istirahat tiba. Lalu duduk bersama untuk menikmati makanan mereka.
Amanda sudah mengatakan agar Reno tidak berlebihan. Lebih baik pemuda itu bermain dengan teman-temannya daripada Amanda. Seperti yang bisa ditebak, Reno menolak. Dengan mengatakab bahwa ia juga tidak mempunyai banyak teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ЧиклитMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.