Amanda menunggui Reno di depan gerbang. Gadis itu tak berani menunggu sang kekasih di depan kelas Reno. Takut dengan pandangan sinis dari para gadis lain. Amanda cukup tahu diri jika dirinya tak setara dengan mereka semua.
Senyum si gadis terbit kala melihat Reno yang berjalan mendekati gerbang. Segera saja ia hampiri sang kekasih. Sepertinya suasana hati Reno sedang tak bagus, wajahnya terlihat lesu.
"Manda, kamu kenapa nggak nunggu di depan kelas aja? Kan bisa keluar barengan."
Reno tidak menyukai sifat Amanda yang tidak percaya diri ini. Padahal dirinya tak keberatan apabila Amanda menungguinya. Reno berulang kali berkata bahwa sang kekasih harus mengadukan kepadanya jika ada yang menganggu atau menghina Amanda. Reno tidak segan-segan akan mendatangi sekumpulan manusia penuh iri dengki tersebut. Yang berkencan dirinya, mengapa orang lain tersinggung?
"Ih, sama aja. Yang penting aku nunggu kamu, kan. Ayo cepetan kita pergi!"
Amanda menggandeng tangan Reno, sebelum pria itu makin muram.
Mereka rencananya akan menghabiskan waktu siang ini di sebuah kafe yang menyewakan buku pula untuk pengunjung. Amanda segera memesan tempat duduk. Hari ini adalah hari yang istimewa, hari ulang tahun dari Reno.
Amanda telah menabung untuk mentraktir sang kekasih di kafe ini. Sekaligus memberikan hadiah yang semoga saja Reno suka. Sesampainya di tempat duduk, gadis itu segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tas jinjing besar yang ia bawa.
Amanda memberikan satu kotak hadiah dan satu toples kue kering buatannya sendiri.
"Selamat ulang tahun, Reno. Semoga semua yang kamu inginkan tercapai, ya."
Senyum Amanda masih saja merekah. Sementara Reno masih terbengong. Benaran dia diberikan kado?
Reno membuka kotak tersebut. Nampaklah sebuah gantungan kunci akrilik berbentuk kucing dan inisial nama Reno. Lalu bonek kecil berbentuk kucing pula. Reno terus mengelus boneka kecil tersebut.
"Aku nggak tau hadiah mana yang pantas buat kamu. Jadi aku buat aja bonekanya sendiri, maaf ya kalo jelek. Soalnya aku belajar dadakan buat rajutnya."
Reno menggeleng, "Enggak! Bonekanya bagus, kok. Aku suka."
Senyum Amanda makin lebar. Senang sekali karena hadiahnya diterima oleh Reno. Tidak sia-sia dia belajar merajut dari tetangga kontrakan. Ah, semoga Reno juga menyukai kue buatannya. Ia membuatnya sendiri sesuai kesukaan Reno, pistachio.
"Kamu coba deh kuenya. Aku buatin pakai kacang pistachio, karena kamu suka banget."
Reno membuka toples tersebut. Lalu mencicipi rasa kue itu. Matanya berbinar karena rasanya sangat lezat. Ia menatap Amanda dengan tatapan haru.
"Gimana, enak nggak?"
Reno menggangguk. "Banget. Nanti kalau kita udah nikah, kamu tiap hari harus masak buat aku!"
Amanda memukul lengan Reno. Jauh sekali omongannya! Mereka saja baru beranjak remaja. Masa sudah terburu menikah?
"Ngaco, deh! Nikah mulu pikirannya."
"Tapi, aku pas buat boneka itu bingung banget mau buat bentuk apa. Terus aku keinget kucing, karena kamu mirip kucing." Ujarnya diakhiri dengan kekehan.
Reno mendengus. Dari sebelah mana dia mirip kucing? Bahkan ia tak mempunyai kumis! Atau telinga seperti kucing.
"Nggak mirip! Beda tau!"
"Eh, eh. Makin mirip kalau udah ngambek gini. Tinggal digambar kumis aja sama pakai telinga kucing."
Amanda tertawa setelah berhasil menggoda Reno. Pemuda itu mudah sekali terpancing. Lihatlah, sekarang bibirnya sudah memberengut. Padahal baru saja tersenyum bahagia karena mendapat hadiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.