16. Bad Mood

1.5K 179 9
                                    

Amanda mencoret buku catatan miliknya dengan penuh tenaga. Meluapkan segala kedongkolan hatinya siang ini. Bagaimana tidak, bos yang seperti monyet itu membuatnya harus memutar otak dari pagi hingga malam. Reno tidak menyetujui dengan agenda yang ia susun. Tak hanya itu, pria berlesung pipi itu juga seenak jidat melempar proposal yang telah dibuat oleh beberapa tim. Akibatnya, ia menerima omelan dari rekan kerjanya. Tak mampu marah kepada Reno, mereka melampiaskannya pada Amanda.

"Nyebelin! Bos nggak tau diri! Bikin kesel aja, ih ngeseliiin!"

Belum selesai dengan rasa kesalnya, telepon di atas meja berdering. Dengan penuh kemalasan, Amanda mengangkat panggilan tersebut. Gadis itu menghela nafas panjang, menambah kantong kesabaran pada tubuhnya.

"Halo—"

"Manda, kamu dimana? Mana agenda barunya? Saya sudah nunggu—"

Pada akhirnya, Amanda menutup panggilan tersebut. Ia segera merapikan barang bawaannya. Jam pulang sudah terlewat sedari tadi. Harusnya Amanda sudah bersantai di dalam kamar yang ia tempati sebagai hasil dari bekerja keras. Tanpa memedulikan bos menyebalkannya itu, Amanda bergegas untuk pulang. Mengabaikan panggilan yang kini berpindah pada ponsel miliknya.

Gadis itu berjalan dengan langkah gontai menuju lift. Menekan lantai dasar yang menjadi tujuannya. Sudah malam, pasti angkutan umum sudah tak beroperasi. Amanda menghela nafas berat, terpaksa menaiki ojek daring yang menurutnya mahal. Sebagai kaum mendang mending, gadis itu mencari di beberapa aplikasi. Berharap menemukan harga yang paling murah. Tak ingin rugi dalam mengeluarkan uang miliknya.

Belum juga lift tertutup, sudah ada tubuh tegap yang menahannya. Amanda dibuat kesal dengan orang tersebut. Terlebih setelah tahu bahwa yang menyusulnya adalah si bos monyet.

"Kamu mau pulang, Manda?"

Udah tau, pakai nanya segala!

Reno hanya mampu berdesah kecewa sebab tidak ada balasan dari kekasihnya tersebut.

"Kamu marah sama saya?"

Iyalah! Orang waras mana yang nggak marah kalau dikasih kerjaan udah kayak romusha!

Suasana di dalam lift terasa dingin. Amanda tak berniat menyahuti semua pertanyaan dari Reno. Matanya menatap lurus ke depan, tidak berminat menoleh ke arah bos paling menyebalkan tersebut. Sesampainya di bawah, Amanda langsung berjalan secepat cheetah.

"Aku antar kamu pulang, Manda." Reno menahan pergelangan tangan Amanda. "Ini udah malam, jangan ngambek ..."

Halah! Yang bikin aku pulang malam kan situ ya monyet!

Amanda berdecak sebal, "Ini bukan jam kerja ya, Pak! Jadi berhenti nyuruh-nyuruh saya."

"Aku nggak nyuruh kamu. Aku mau nganter kamu pulang."

"Nggak mau."

"Manda ... jangan begitu. Ayo aku ntar, jangan marah lagi."

Rasanya Amanda ingin muntah. Mumpung baik, berarti biasanya jahat. "Nggak, saya udah pesen ojol."

Reno kembali kembali menghela nafas dengan panjang. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi kekasih sekaligus asistennya ini. Apa susahnya menerima tawarannya, sih? Reno juga bukan pria jahat.

"Bohong! Dari tadi kamu sibuk scroll sosmed. Udah sama aku aja. Nanti aku belikan makanan, mau—"

"Ya udah, ayo! Bapak kenapa lelet jalannya? Udah malam ini, Pak!"

Reno menggelengkan kepala sembari menipiskan bibir. Giliran dibujuk makanan saja langsung semangat. Pria itu segera mengecek dompet serta saldo e-money miliknya. Untung saja ada, aman jika Amanda memborong satu gerobak telur gulung. Takut kejadian masa lalu terulang lagi, Amanda menyuruhnya membayar. Eh uang cash miliknya habis. Sedangkan e-money juga belum terisi. Jadilah Amanda mendiaminya selama satu minggu. Padahal disini Reno bosnya, namun ia takut membuat Amanda marah lalu mengancam mengundurkan diri.

LOVEHOLIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang