Suasana ruang rapat terlihat menegang. Tak jarang para petinggi itu saling berdebat dan mengeluarkan kalimat pedas nan menusuk dari mulut mereka. Pun karyawan yang ditugaskan untuk presentasi, air muka tak dapat berbohong. Penuh ketegangan dan ketakutan. Gaji serta kesejahteraan hidup mereka tergantung dari hasil rapat kali ini.
Jangankan karyawan lain, bahkan Amanda pun juga ikut menegang. Gadis itu menggunakan semua indera miliknya untuk memaksimalkan kinerja. Salah mencatat sedikit, Reno akan mengamuk seperti orang kesurupan di video yang pernah Amanda tonton.
Eh, kenapa tangannya terasa dingin?
Amanda menengok, ternyata Reno menempelkan air mineral dingin di telapak tangannya. Memberikan kode agar gadis itu segera meminum air yang sudah terbuka tutupnya tersebut. Amanda segera menerima botol itu lalu membasahi tenggorokannya yang sudah kering. Ia menaruh botol tersebut di atas meja, barulah sang bos meminum sisanya. Pemandangan yang membuat salah satu peserta rapat di sana berkedut kesal.
Selepas rapat, gadis itu bergegas menuju kamar mandi. Membuang hajat sekaligus merapikan riasannya sebelum kembali menuju meja kerja miliknya. Sebentar lagi jam pulang, Amanda berencana untuk mampir ke pusat perbelanjaan. Amanda menatap wajahnya, mencari dimana riasan yang sudah pudar di wajahnya. Dirinya bersyukur, mempunyai gaji yang cukup untuk membeli riasan dan perawatan tubuh. Wajahnya tidak lagi beraura polusi. Memang cantik harus ada dananya!
"Widih, sekarang udah berani pakai make up lo?"
Amanda menoleh, ah rupanya Nia. Kejulitan apa lagi yang akan wanita dengan rambut blow ala salon dan alis sulaman itu akan berikan padanya. Melihat wajah Nia sekilas, ia tahu bahwa seniornya itu baru saja melakukan prosedur di wajahnya. Amanda bukan gadis polos yang tidak tahu apapun, kok. Waktu yang ia habiskan di dalam dunia hiburan, tentu membuatnya paham mana kecantikan buatan dokter dan buatan Tuhan. Pun Amanda bukan tak bisa merias diri, dirinya hanya belum punya biaya! Kenapa orang-orang disini memperlakukannya layaknya orang udik.
"Eh iya, Mbak Nia." Jawabnya hanya sebagai formalitas kerja aja.
"Udah lama lo nggak ngehubungin gue. Udah nggak butuh lagi, ya? Atau mau buktiin kalo lo mampi kerja lebih dari tiga bulan."
"Iya, Mbak ..."
Amanda dapat melihat air muka Nia yang sudah berubah jutek. "Saya lagi nggak butuh bantuan dari Mbak Nia. Nanti saya hubungi kalau butuh."
Nia berusaha mengontrol emosinya. "Oh, gitu. Gue liat lo nggak pernah bergaul lagi sama anak-anak sini. Pasti udah ngerasa nggak level, ya? Karena tiap hari ketemu petinggi kantor. Inget, koneksi itu penting buat jenjang karir. Jangan ngerasa bisa ngelakuin semuanya sendiri." Sindirnya sambil tersenyum tipis.
Dalam hati, Amanda hanya mampu mendengus. Anjing sekali perempuan satu ini. Apa sih salah Amanda? Dia yang membuat orang di kantor menjauhinya karena menyebar rumor bahwa dia ani-ani peliharaan direktur! Eh sekarang mengejeknya karena tidak punya teman. Amanda jadi teringat bagaimana ekspresi Tina yang seakan ingin melahap semua manusia saat ia menceritakan perihal fitnah yang tersebar ini.
"Nggak, Mbak. Niat saya kerja bukan bergaul di kantor. Saya juga nggak niat naik jabatan. Asal digaji udah seneng, kok."
Tidak bohong, memang niat Amanda hanya mendapat gaji saja. Lelah kalau harus bertanding untuk naij jabatan. Lagipula ia sudah menjadi asisten pribadi, memangnya mau naik menjadi apa lagi? Istri atasannya? Eh! Bukan seperti itu maksudnya!
Nia kembali berdecih, gila. Sombong betul cungpret di sampingnya ini. Wajah juga standar, tubuh kurus gitu. Dia yang perempuan saja ogah melirik, apalagi lawan jenis. Nia tertawa dalam hati karena membayangkan usaha Amanda dalam mendekati Reno. Pasti pria itu tidak mempedulikan Amanda. Lihat saja, wanita itu sampai berani memakai riasan. Ngebet banget jadi cewek!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
ChickLitMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.