Amanda berjalan pelan melewati taman yang indah. Tidak terlalu luas, tidak kecil pula. Wanita yang pagi ini sudah mengenakan setelan santai dengan rok panjang sebagai bawahan. Matanya tak henti menatap arloji yang menampilkan waktu. Dalam hati sudah mengumpati pria menyebalkan yang membuatnya terbangun di pagi hari.
"Neng Manda, disuruh bangunin Mas Reno lagi, ya?"
"Iya nih, Bu. Saya permisi dulu, ya." Jawabnya dengan sopan. Wanita itu sudah akrab dengan asisten rumah tangga di rumah besar ini.
Amanda melanjutkan langkah kakinya hingga berhenti di depan kamar. Helaan nafasnya semakin terdengar panjang. Harusnya ia mendapatkan libur hari ini. Libur, hari keramat yang akan Amanda dapatkan setelah menukarkan jiwa dengan iblis. Oke, ini berlebihan. Tapi serius, wanita ini sudah lama tak mendapatkan libur yang berkualitas tanpa adanya gangguan sang iblis itu sendiri.
Setelah membuka pintu, tangannya bergerak lincah untuk menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuh pria menyebalkan yang sayangnya adalah atasannya di kantor. Terpampanglah pemandangan indah pria dengan kaus pendek serta celana pendek yang matanya enggan terbuka.
"Pak, bangun. Bapak ada jadwal pertemuan sebentar lagi."
Tidak ada jawaban.
Baik, Amanda harus bersabar. Ia akan mencoba trik lain. Mungkin sedikit guncangan akan membangunkan bos menyebalkannya ini. Kalau masih tidak bangun, Amanda pulang saja! Dia masih ingin bermesraan dengan guling di kamar nyaman miliknya.
"Bapak! Bangun, dong! Nanti telat, loh!"
Amanda mengguncang sekaligus melayangkan cubitan pada tubuh Reno. Pria itu masih saja tak bergeming. Matanya enggan terbuka, masih menikmati dunia mimpi.
"Lima menit lagi, Manda."
Bohong!
Mana ada lima menit, yang ada Reno tidak akan bangun sampai tengah hari. Amanda sudah terlampau hafal dengan kelakuan dari atasannya tersebut. Sulit untuk dibangunkan. Entah keajaiban apa pria itu mampu bekerja setiap hari tanpa terlambat.
"Susah banget dibangunin, sih—PAK RENO!"
Amanda memekik terkejut setelah tubuhnya terhuyung di atas tubuh Reno. Pria yang masih belum sepenuhnya membuka mata itu memeluk Amanda dengan erat. Wanita itu tentu melawan, tidak ingin acara bangun pagi ini semakin panjang.
"Aku udah bangun, Manda."
Tanpa menunggu jawaban dari Amanda. Pria itu menutup tubuh mereka berdua dengan selimut tebal. Kali ini, Reno tidak lagi tidur. Akan tetapi Amanda yang ditiduri oleh Reno.
"Nanti Bapak telat, loh—"
Wanita itu sudah tak mampu lagi melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Apalagi setelah tangan Reno bergerilya menjelajahi tubuh Amanda. Ia tahu, sekeras apapun melawan. Amanda tak akan mampu. Jadilah wanita itu pasrah paginya digunakan sebagai pagi yang panas.
***
Reno membantu Amanda untuk memakai bajunya kembali. Tangannya bergerak untuk mengaitkan kancing bra milik Amanda. Sesekali memberikan remasan kecil pada aset pribadi milik Amanda. Wanita itu hanya memutar bola mata dengan malas.
"Pak! Udah, ya. Nanti Bapak telat, loh!"
Amanda hanya mampu menggerutu melihat Reno yang hanya tersenyum tanpa beban. Padahal pagi ini Amanda sama sekali tak berencana untuk berolah raga di atas ranjang! Semua salah Reno yang selalu saja memaksanya untuk bercinta. Padahal mereka berdua harusnya berjauhan dahulu. Pria itu mempunyai sejuta alasan untuk membuat Amanda mendekatinya.
"Ini di luar kantor, Manda. Berhenti panggil aku Bapak. Kamu bukan anak aku!"
"Kebiasaan! Susah banget kalo mau bangun. Masa udah jadi bos mau ngaret kalo ada acara? Udah, ah! Aku mau pulang, ngantuk."
Reno masih memeluk Amanda dari belakang. Bibirnya sibuk mengecupi bahu polos yang hanya tertutup bra. Reno tak keberatan untuk mendengar semua omelan dari Amanda. Justru ia merasa rindu sebab sudah lama mereka berdua harus berpisah. Rasanya Reno menjadi gila karena terpisah dari Amanda.
"Tidur dulu di sini, Sayang. Nanti setelah rapat, aku mau ndusel sama kamu. Kangen, udah lama kita nggak ketemu."
"Kita emang belum boleh ketemu, ya! Sampai nanti acara nikahan digelar. Kamu yang sabar, dong! Setelah nikah juga aku tinggal sama kamu."
Reno membalik tubuh Amanda hingga wanita itu menghadap wajahnya. Pria itu kembali melayangkan kecupan pada bibir Amanda. Semakin lama, wanitanya semakin cantik saja. Reno sudah tak sabar untuk memperistri Amanda.
"Aku juga sayang sama kamu."
"Mulai, kumat lagi!"
Reno hanya mampu tersenyum hingga dua lesung pipinya terlihat jelas. Senyumnya terhenti ketika kedua mata tajamnya menatap Amanda dengan tatapan yang dalam. Wanita mana yang tidak luluh ditatap dengan sebegitu dalamnya. Kontan saja Amanda terdiam kelu, tubuhnya tak mampu bergerak. Mata Reno seolah mengunci semua pergerakan Amanda.
"Aku sayang sama kamu, Manda."
Amanda tahu.
Wanita itu tahu sebesar apa cinta Reno padanya. Pria itu mampu membuat Amanda merasa dicintai, dihargai dan dinantikan kehadirannya. Pun wanita itu merasakan perasaan yang sama. Ada gemercik api cinta yang membakar hatinya. Reno mampu memporak porandakan perasaan Amanda.
Notes:
Segini dulu, setelah cerita aku tamat. Langsung lanjut🤏🏻
Sesuai dengan komen, mintanya yang ringan-ringan ajah. Mungkin sifat Reno bakal mirip sama cerita yang aku unpub😔
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEHOLIC [Tamat]
Genç Kız EdebiyatıMenjadi kekasih dari Bos super menyebalkan, tidak pernah ada di dalam daftar tugas yang harus Amanda kerjakan.